Konten dari Pengguna

Digitalisasi Pembayaran APBN: Peluang Baru Bagi UMKM Lokal

Benny Eko Supriyanto
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Watampone Disclamer: Semua tulisan merupakan pendapat pribadi dan tidak mewakili pendapat organisasi
5 Mei 2025 11:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Benny Eko Supriyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di tengah derasnya arus digitalisasi, perubahan tidak hanya terasa di pusat-pusat keuangan negara, tapi juga merembes hingga ke sudut-sudut pelosok, tempat UMKM lokal berjuang menjemput peluang. Salah satu wujud nyata transformasi ini adalah digitalisasi pembayaran belanja negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Meski istilah ini terdengar kaku dan birokratis, sejatinya ada denyut kehidupan nyata yang ikut berdetak di baliknya — denyut ekonomi rakyat kecil.
Digitalisasi pembayaran APBN membuka peluang UMKM lokal, meningkatkan akses, literasi digital, dan daya saing, meski masih ada tantangan infrastruktur dan literasi (dok.pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Digitalisasi pembayaran APBN membuka peluang UMKM lokal, meningkatkan akses, literasi digital, dan daya saing, meski masih ada tantangan infrastruktur dan literasi (dok.pribadi)
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Keuangan, terus mendorong modernisasi pengelolaan APBN, termasuk belanja negara. Salah satu terobosan pentingnya adalah penerapan sistem digital dalam pembayaran belanja negara, mulai dari gaji pegawai, belanja barang dan jasa, hingga bantuan sosial. Digitalisasi ini mencakup penggunaan e-payment, e-invoice, hingga platform Marketplace Pemerintah, yang dirancang untuk memangkas birokrasi, meningkatkan akuntabilitas, dan mempercepat realisasi anggaran.
ADVERTISEMENT
Namun, bagaimana dampaknya bagi UMKM lokal?
Mengikis Sekat Akses UMKM ke Belanja Pemerintah
Selama ini, salah satu hambatan utama bagi UMKM untuk menjadi mitra pemerintah adalah kerumitan proses administrasi, lambatnya pembayaran, dan ketidakpastian waktu pencairan dana. Dengan hadirnya sistem digital, proses itu kian transparan dan terukur. UMKM yang sebelumnya enggan masuk ke ekosistem belanja pemerintah kini mulai berani mencoba.
Melalui platform seperti Marketplace Pemerintah (Digipay Satu), UMKM dapat menawarkan produknya langsung kepada instansi tanpa harus takut terjerat proses tender yang rumit. Pembayaran yang sebelumnya memakan waktu berminggu-minggu kini dapat dituntaskan hanya dalam hitungan hari. Digitalisasi menciptakan efisiensi yang memangkas sekat-sekat akses, membawa UMKM lokal lebih dekat pada sumber belanja pemerintah.
ADVERTISEMENT
Mendorong Literasi Digital dan Profesionalisme UMKM
Digitalisasi pembayaran tidak hanya soal percepatan dana, tapi juga mendorong perubahan perilaku. UMKM dituntut untuk naik kelas, memiliki rekening bank, mampu mengeluarkan invoice elektronik, hingga mengakses dashboard pelaporan secara mandiri. Bagi sebagian UMKM, ini bukan perkara mudah, tetapi dalam jangka panjang akan menciptakan peningkatan kapasitas.
Dalam konteks ini, digitalisasi menjadi katalis literasi digital di kalangan pelaku usaha kecil. Mereka mulai memahami pentingnya pencatatan transaksi yang baik, administrasi yang rapi, dan pelaporan yang akurat. Secara tidak langsung, ini mendorong profesionalisme UMKM yang selama ini kerap dianggap sebelah mata.
Meningkatkan Daya Saing dan Memperluas Pasar
Dampak lain yang tak kalah penting adalah meningkatnya daya saing UMKM. Dengan masuk dalam ekosistem belanja pemerintah, UMKM tidak hanya mendapatkan pendapatan tambahan, tetapi juga reputasi sebagai penyedia barang atau jasa yang memenuhi standar pemerintah. Label ini menjadi nilai tambah yang dapat mereka gunakan untuk memperluas pasar, termasuk ke sektor swasta maupun ekspor.
ADVERTISEMENT
Selain itu, percepatan pembayaran dari APBN juga membantu perputaran modal usaha. UMKM yang sebelumnya kesulitan memutar arus kas karena pembayaran yang tersendat, kini dapat beroperasi lebih sehat dan bahkan berinvestasi untuk mengembangkan usaha.
Tantangan yang Harus Diantisipasi
Meski begitu, digitalisasi pembayaran belanja negara tidak tanpa tantangan. Masalah infrastruktur internet di daerah, keterbatasan literasi digital, hingga kekhawatiran terhadap keamanan data menjadi pekerjaan rumah yang harus dibereskan. Di sinilah pentingnya peran pemerintah daerah, perbankan, dan lembaga pendamping untuk memastikan tidak ada UMKM yang tertinggal.
Selain itu, perlu diantisipasi adanya “kesenjangan baru” antara UMKM yang melek digital dan yang belum, agar transformasi ini benar-benar inklusif dan tidak justru memperlebar jurang.
Digitalisasi untuk Keadilan Ekonomi
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, digitalisasi pembayaran APBN bukan sekadar langkah modernisasi administrasi negara, tetapi juga instrumen untuk menciptakan keadilan ekonomi. Ketika belanja negara dapat dinikmati secara merata hingga ke pelaku UMKM di daerah, di situlah APBN benar-benar hadir untuk rakyat.
Perjalanan masih panjang, tapi tanda-tanda positif sudah terlihat. Dengan komitmen bersama, digitalisasi pembayaran APBN bisa menjadi jembatan emas bagi UMKM lokal untuk menyeberang ke era ekonomi baru yang lebih inklusif dan berkelanjutan.