Konten dari Pengguna

Efektivitas APBN dalam Memperkuat UMKM di Masa Pemulihan Ekonomi

Benny Eko Supriyanto
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Watampone Disclamer: Semua tulisan merupakan pendapat pribadi dan tidak mewakili pendapat organisasi
18 Desember 2024 16:19 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Benny Eko Supriyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor ini terbukti menjadi penyelamat ekonomi ketika krisis ekonomi terjadi, termasuk dalam masa pandemi COVID-19. Kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang mencapai lebih dari 60% serta perannya sebagai penyerap tenaga kerja terbesar menunjukkan betapa strategisnya UMKM bagi ekonomi Indonesia. Namun, pandemi telah menghantam UMKM dengan keras, menyebabkan penurunan pendapatan, masalah likuiditas, serta keterbatasan akses pasar.
Benny Eko Supriyanto - Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Watampone
zoom-in-whitePerbesar
Benny Eko Supriyanto - Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Watampone
Dalam masa pemulihan ekonomi pascapandemi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) memegang peran kunci dalam memperkuat dan menghidupkan kembali sektor UMKM. APBN menjadi instrumen yang digunakan pemerintah untuk menyalurkan berbagai stimulus, bantuan, dan program pemulihan ekonomi yang difokuskan pada UMKM. Artikel ini akan membahas bagaimana efektivitas APBN dalam memperkuat UMKM pada masa pemulihan ekonomi serta tantangan yang dihadapi dalam implementasinya.
ADVERTISEMENT
Peran Strategis UMKM dalam Masa Pemulihan Ekonomi
UMKM merupakan pondasi utama dalam membangun ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Setelah pandemi COVID-19 melanda, banyak UMKM mengalami keterpurukan karena penurunan permintaan, gangguan rantai pasok, serta kendala operasional akibat pembatasan kegiatan. Oleh karena itu, kebangkitan UMKM sangat krusial untuk memulihkan ekonomi nasional.
Dalam konteks ini, pemerintah melalui APBN telah menyadari bahwa intervensi fiskal menjadi salah satu solusi utama. Dukungan fiskal yang diberikan melalui APBN tidak hanya berfokus pada bantuan modal, tetapi juga penguatan kapasitas, akses pasar, dan adopsi teknologi.
APBN sebagai Instrumen Pemulihan Ekonomi untuk UMKM
APBN adalah alat utama yang digunakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui pengeluaran negara yang tepat sasaran. Pada masa pemulihan ekonomi, pemerintah telah mengalokasikan dana APBN untuk mendukung UMKM melalui berbagai program, antara lain:
ADVERTISEMENT
1. Bantuan Modal Kerja dan Insentif Keuangan
Pandemi menyebabkan banyak UMKM mengalami masalah likuiditas akibat penurunan pendapatan. Untuk itu, APBN digunakan untuk menyediakan program bantuan langsung tunai, subsidi bunga pinjaman, serta skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga rendah.
Program KUR, misalnya, memberikan akses pembiayaan yang lebih mudah dan terjangkau bagi pelaku UMKM. Dengan suku bunga rendah dan persyaratan yang fleksibel, KUR membantu UMKM mendapatkan modal kerja yang sangat dibutuhkan untuk melanjutkan aktivitas usaha mereka. Selain itu, hibah dan bantuan modal dari APBN memberikan dukungan bagi UMKM yang tidak mampu mengakses kredit perbankan.
2. Subsidi Pajak dan Relaksasi Regulasi
APBN juga dialokasikan untuk memberikan insentif berupa pembebasan pajak, pengurangan tarif pajak, dan relaksasi regulasi lainnya. Misalnya, Pajak Penghasilan (PPh) Final UMKM sebesar 0,5% diberikan insentif pengurangan atau pembebasan dalam masa pemulihan ekonomi. Langkah ini memberikan ruang bagi UMKM untuk mengurangi beban operasional dan fokus pada pemulihan bisnis.
ADVERTISEMENT
3. Program Pelatihan dan Peningkatan Kualitas SDM
Melalui APBN, pemerintah menyelenggarakan berbagai program pelatihan untuk meningkatkan kapasitas pelaku UMKM. Program ini mencakup pelatihan manajemen keuangan, digital marketing, inovasi produk, dan penguatan kewirausahaan. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan daya saing UMKM di tengah tantangan ekonomi yang semakin kompetitif.
Dengan pelatihan yang didukung oleh dana APBN, pelaku UMKM dapat memanfaatkan teknologi digital dan platform e-commerce untuk memperluas pasar mereka.
4. Digitalisasi UMKM
Pandemi telah mempercepat transformasi digital, termasuk bagi UMKM. Pemerintah melalui APBN mendorong digitalisasi UMKM dengan menyediakan platform digital, pendampingan e-commerce, dan bantuan teknologi. Program digitalisasi ini membantu UMKM menjangkau pasar yang lebih luas, baik di tingkat nasional maupun global.
Program seperti "Bangga Buatan Indonesia" yang didanai melalui APBN adalah contoh konkret dukungan digitalisasi. Program ini membantu UMKM memasarkan produk mereka secara online dan meningkatkan daya jual.
ADVERTISEMENT
5. Penguatan Infrastruktur dan Ekosistem UMKM
APBN juga digunakan untuk membangun infrastruktur fisik dan non-fisik yang mendukung kegiatan UMKM. Infrastruktur fisik mencakup pembangunan pasar tradisional, sentra produksi UMKM, dan pusat distribusi logistik. Sementara itu, infrastruktur non-fisik mencakup pembangunan ekosistem bisnis yang kondusif, seperti penyederhanaan perizinan usaha dan penguatan lembaga pendukung UMKM.
Efektivitas Penyaluran APBN untuk UMKM
Efektivitas APBN dalam memperkuat UMKM dapat diukur melalui beberapa indikator, seperti peningkatan produksi, akses pasar, penyerapan tenaga kerja, dan pertumbuhan ekonomi daerah. Beberapa dampak positif yang telah terlihat antara lain:
1. Peningkatan Kapasitas Produksi: Dengan adanya bantuan modal dan subsidi dari APBN, UMKM dapat meningkatkan kapasitas produksi dan memenuhi permintaan pasar yang mulai pulih.
ADVERTISEMENT
2. Digitalisasi yang Signifikan: Program digitalisasi yang didanai oleh APBN membantu UMKM memanfaatkan teknologi untuk menjangkau pasar yang lebih luas, terutama melalui e-commerce.
3. Penyerapan Tenaga Kerja: Dukungan APBN bagi UMKM berdampak pada peningkatan penyerapan tenaga kerja, sehingga membantu mengurangi angka pengangguran yang meningkat selama pandemi.
4. Peningkatan Pendapatan UMKM: Dengan dukungan modal, insentif pajak, dan program pelatihan, banyak UMKM yang berhasil meningkatkan pendapatan mereka dan bangkit dari keterpurukan.
Tantangan dalam Implementasi APBN untuk UMKM
Meskipun APBN memiliki peran besar dalam memperkuat UMKM, implementasinya masih dihadapkan pada berbagai tantangan, seperti:
1. Birokrasi yang kompleks: Proses pencairan bantuan masih ditemukan memakan waktu lama akibat birokrasi yang kompleks.
2. Kurangnya Informasi: Tidak semua pelaku UMKM mengetahui program bantuan yang tersedia, terutama di daerah terpencil.
ADVERTISEMENT
3. Penyalahgunaan Dana: Masih adanya potensi penyalahgunaan anggaran atau penyaluran yang tidak tepat sasaran menjadi hambatan dalam implementasi program APBN.
4. Ketimpangan Akses: Tidak semua UMKM memiliki akses yang sama terhadap program pemerintah, sehingga masih ada kesenjangan antar wilayah.
Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah perlu meningkatkan transparansi, memperkuat pengawasan, serta memastikan bahwa program-program APBN benar-benar tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan UMKM.
APBN memainkan peran kunci dalam memperkuat UMKM di masa pemulihan ekonomi. Melalui berbagai program seperti bantuan modal kerja, insentif pajak, pelatihan SDM, digitalisasi, dan pembangunan infrastruktur, APBN membantu UMKM untuk bangkit dari keterpurukan akibat pandemi.
Namun, efektivitas program-program APBN bergantung pada implementasi yang transparan, efisien, dan tepat sasaran. Dengan dukungan yang optimal, UMKM dapat menjadi motor penggerak pemulihan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Optimalisasi APBN untuk UMKM bukan hanya investasi bagi sektor usaha kecil, tetapi juga investasi bagi masa depan ekonomi Indonesia yang lebih kuat dan mandiri.
ADVERTISEMENT