news-card-video
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Utang Negara: Risiko dan Dampaknya terhadap Masa Depan APBN

Benny Eko Supriyanto
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Watampone Disclamer: Semua tulisan merupakan pendapat pribadi dan tidak mewakili pendapat organisasi
2 Maret 2025 14:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Benny Eko Supriyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Utang pemerintah sering menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Sebagian orang menganggapnya sebagai solusi bagi pembangunan, sementara yang lain melihatnya sebagai beban yang mengancam perekonomian. Lalu, bagaimana sebenarnya utang pemerintah memengaruhi keberlanjutan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)? Mari kita pahami bersama.
Benny Eko Supriyanto - Kantor Pelayanan  Perbendaharaan Negara Watampone
zoom-in-whitePerbesar
Benny Eko Supriyanto - Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Watampone
Mengapa Pemerintah Berutang?
ADVERTISEMENT
Pemerintah berutang bukan tanpa alasan. Ada berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi, seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, serta bantuan sosial. Dalam kondisi tertentu, penerimaan negara dari pajak dan sumber lainnya tidak cukup untuk menutupi seluruh kebutuhan tersebut, sehingga utang menjadi opsi yang diambil untuk menutup defisit anggaran.
Risiko Utang Pemerintah
Meskipun utang bisa membantu dalam jangka pendek, ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan:
1. Beban Pembayaran Bunga
Semakin besar jumlah utang, semakin besar pula biaya bunga yang harus dibayar. Jika bunga utang meningkat, anggaran negara yang seharusnya digunakan untuk pembangunan bisa terkuras hanya untuk membayar cicilan.
2. Ketergantungan terhadap Utang Baru
Jika utang tidak dikelola dengan baik, pemerintah bisa terjebak dalam kebiasaan mengambil utang baru untuk melunasi utang lama. Ini dapat menyebabkan ketergantungan yang berbahaya bagi stabilitas fiskal.
ADVERTISEMENT
3. Dampak terhadap Nilai Tukar dan Inflasi
Jika utang luar negeri terlalu besar, tekanan terhadap nilai tukar rupiah bisa meningkat. Pelemahan rupiah dapat menyebabkan harga barang impor naik, yang pada akhirnya berdampak pada inflasi dan daya beli masyarakat.
4. Penurunan Kepercayaan Investor
Jika pemerintah dianggap tidak mampu mengelola utang dengan baik, investor bisa kehilangan kepercayaan. Hal ini bisa berdampak pada investasi dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Strategi Menjaga Keberlanjutan APBN
Agar utang tidak menjadi beban di masa depan, pemerintah perlu menerapkan strategi yang tepat, seperti:
1. Meningkatkan Penerimaan Negara dengan mengoptimalkan pajak dan mengurangi kebocoran anggaran.
2. Mengalokasikan Utang untuk Proyek Produktif sehingga bisa menghasilkan pendapatan di masa depan.
3. Mengelola Utang dengan Bijak dengan memperhitungkan risiko suku bunga dan nilai tukar.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, utang pemerintah adalah alat yang bisa membantu pertumbuhan ekonomi jika dikelola dengan baik. Namun, jika tidak dikendalikan, utang bisa menjadi ancaman bagi keberlanjutan APBN dan stabilitas ekonomi. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa utang bukan hanya sekadar angka, tetapi juga memiliki konsekuensi yang perlu diperhitungkan secara matang. Dengan pengelolaan yang tepat, utang bisa menjadi jembatan menuju kesejahteraan, bukan jebakan bagi masa depan.