Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
3 Tokoh Emansipasi Wanita dari Jawa Barat beserta Biografinya
20 April 2022 14:30 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dampak perjuangannya pun bisa dirasakan hingga kini. Perempuan tidak lagi tertindas dan terabaikan. Perempuan kini bisa mengekspresikan diri, memperjuangkan pendidikan, bekerja, dan mendapat perlakuan yang sama di mata umum.
Sebagai tokoh emansipasi wanita, R.A Kartini membawa dampak yang besar bagi Indonesia. Mengutip buku Ulama Perempuan Indonesia karya Jajat Burhanudin (2002), kontribusinya bukan hanya diberikan untuk kaum perempuan, melainkan juga untuk bangsa dan negara.
Selain R.A Kartini yang berasal dari Jawa Tengah, ada juga tokoh emansipasi wanita lain yang berasal dari Jawa Barat. Siapakah itu? Simak biografi singkatnya dalam artikel berikut.
Tokoh Emansipasi Wanita dari Jawa Barat
Dirangkum dari beberapa sumber, berikut biografi singkat 3 tokoh emansipasi wanita dari Jawa Barat yang bisa Anda simak:
1. Dewi Sartika
ADVERTISEMENT
Dewi Sartika merupakan wanita keturunan Sunda golongan priyayi. Ayahnya bernama Raden Somanegara dan ibunya bernama Nyi Raden Rajapermas. Dewi Sartika menjadi salah satu tokoh perempuan yang sangat berpengaruh di Jawa Barat.
Pada zaman dulu, anak perempuan tidak boleh bersekolah. Namun, Dewi Sartika tetap didukung oleh orang tuanya untuk menempuh pendidikan di sekolah Belanda karena termasuk golongan darah biru.
Sejak kecil, ia sudah menunjukkan kepeduliannya terhadap sesama perempuan. Ketika berumur 10 tahun, ia mulai mengajar anak-anak pembantu di kepatihan Belanda. Ia mengajarkan pelatihan membaca dan menulis kepada mereka.
Di usia remaja, Dewi Sartika mendirikan sekolah khusus untuk perempuan. Keputusannya tersebut didukung penuh oleh keluarga dan pamannya.
Kemudian pada tahun 1906, Dewi Sartika menikah dengan seorang guru bernama Raden Kanduruan Agah Suriawinata. Pada tanggal 16 Januari 1904, Dewi Sartika pun memutuskan membuka Sakolah Istri (Sekolah Perempuan) pertama Hindia-Belanda.
Karena jasanya di bidang pendidikan tersebut, pemerintah Hindia-Belanda menganugerahi bintang jasa pada Dewi Sartika sebagai tanda penghargaan. Pada tanggal 11 September 1947 ia meninggal dunia dan dimakamkan di Cigagadon-Desa Rahayu, Kecamatan Cineam.
ADVERTISEMENT
2. Raden Ayu Lasminingrat
Tokoh emansipasi wanita dari Jawa Barat selanjutnya bernama Raden Ayu Lasminingrat. Semasa hidupnya, beliau memfokuskan perjuangan pada kemajuan perempuan di Garut, Jawa Barat.
Raden Ayu Lasminingrat merupakan putri sulung dari pasangan Raden Ayu Ria dan Raden Haji Muh Musas. Ayahnya dikenal sebagai seorang penghulu dan ahli sastra yang populer di wilayah Pasundan.
Dalam memajukan pendidikan wanita, R.A Lasminingrat menggabungkan budaya barat dan Sunda. Ia mengajarkan semua ilmu yang sudah didapatkannya di negeri Belanda, termasuk membaca, menulis, dan ilmu sastra.
R.A Lasminingrat kemudian mendirikan sekolah khusus perempuan yang diberi nama Sakola Kautamaan Istri. Di awal pembentukannya, sekolah tersebut hanya dibuka untuk kalangan darah biru dan pribumi. Namun lambat laun, masyarakat umum pun dibolehkan menyenyam pendidikan di sekolah tersebut.
Sebagai pendiri, Lasminingrat memberikan pelajaran tentang pemberdayaan perempuan. Ia juga mengajarkan ambisi dan tekad perempuan dalam menggapai cita-citanya.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Masa Depan Budaya Daerah karya Ajib Rosidi (2004), Sakola Kautamaan Istri mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dalam waktu singkat, sekolah tersebut berhasil didirikan di beberapa kabupaten di Jawa Barat.
3. Raden Siti Jaenab
Raden Siti Jenab merupakan tokoh perempuan yang aktif di bidang pergerakan perempuan. Semasa hidupnya, beliau mengenalkan metode pendidikan kepada perempuan di Kota Cianjur dengan cara berkeliling dari pintu ke pintu.
Perempuan berdarah Sunda tersebut lahir pada tahun 1890. Menurut catatan sejarah, Raden Siti Jaenab pernah menempuh pendidikan di sekolah milik Raden Dewi Sartika.
Tokoh dengan nama lengkap Nyi Raden Siti Djenab Djatradidjaja tersebut pernah membuat sekolah di Kota Cianjur. Kurikulum yang diajarkan berupa bahasa Sunda, bahasa Melayu, bahasa Belanda, Matematika dasar, dan edukasi tentang budi pekerti.
ADVERTISEMENT
Di sekolah tersebut juga diberikan edukasi praktis untuk para perempuan seperti membuat batik dan merenda. Para murid juga ditanamkan tekad, semangat, dan ambisi untuk meraih cita-cita serta impian mereka.
(MSD)