Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
5 Contoh Ekonomi Sirkular untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan
14 Agustus 2024 13:00 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ekonomi sirkular merujuk pada usaha untuk mengurangi limbah dan penggunaan material secara berlebihan. Sistem ekonomi ini juga mengusung prinsip daur ulang agar limbah bisa kembali menjadi produk yang bermanfaat.
Menurut US Environmental Protection Agency (EPA), jika ekonomi sirkular dirancang dengan cermat dan inklusif, hasilnya bisa memperlambat perubahan iklim, meningkatkan perekonomian, dan menegakkan keadilan sosial. Ini sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang menjadi agenda global saat ini.
Pertanyaannya, seperti apa contoh ekonomi sirkular? Simak pembahasan selengkapnya berikut ini.
Contoh Ekonomi Sirkular
Seiring dengan meningkatnya kesadaran dunia akan bahaya perubahan iklim, mulai banyak perusahaan yang mengadopsi prinsip ekonomi sirkular dalam aktivitas bisnisnya. Berikut beberapa contohnya:
1. Ekonomi Kolaboratif
Mengutip Investopedia, ekonomi kolaboratif merupakan pasar yang memungkinkan konsumen untuk berbagi jasa, produk, atau layanan yang sama dengan konsumen lain. Biasanya pasar ini menggunakan perantara berbasis aplikasi atau web, seperti ojek online.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya ojek online, permintaan terhadap produk motor bisa berkurang. Bisnis ini juga mendukung efisiensi dalam penggunaan sumber daya yang ada.
2. Mendesain Produk yang Tahan Lama
Prinsip utama dalam ekonomi sirkular adalah merancang produk yang tahan lama, mudah diperbaiki, dan diperbarui. Ini artinya, produk harus didesain dengan model timeless agar bisa tetap digunakan meski tren fashion senantiasa berubah.
Materialnya juga harus kuat hingga tahun-tahun berikutnya. Kalaupun ditemukan kerusakan, produk ini masih dapat diperbaiki alih-alih dibuang dan diganti.
3. Kemasan yang Bisa Dipakai Lagi atau Dikembalikan
Ekonomi sirkular mendorong penggunaan kemasan yang dapat digunakan kembali atau dikembalikan. Tujuannya untuk mengurangi limbah kemasan sekali pakai yang seringkali menumpuk.
Sebagai contoh, brand IKEA telah mengusung program beli barang bekas. Jadi, pelanggan dapat mengembalikan furnitur IKEA mereka apabila sudah tidak dipakai lagi. Nantinya, pelanggan akan mendapat imbalan berupa voucher pembelian.
ADVERTISEMENT
Barang yang dikembalikan akan dijual kembali atau didaur ulang oleh IKEA. Pendekatan bisnis seperti ini dapat memperpanjang nilai produk, mengurangi limbah, hingga meningkatkan loyalitas pelanggan.
4. Pengomposan Sampah Organik
Pengomposan adalah teknik untuk mengubah sampah organik, seperti sisa makanan, menjadi pupuk alami. Menurut MicroBank, perusahaan yang bergerak di bidang kuliner bisa mengadopsi metode ini untuk mencegah penumpukan sampah di TPA. Cara ini juga bisa membawa manfaat untuk sektor pertanian dan perkebunan.
5. Mengadopsi Sumber Energi Terbarukan
Mengadopsi sumber energi terbarukan ke dalam aktivitas bisnis sangat sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular. Sumber energi ini dapat digunakan dalam jangka waktu panjang dan tidak perlu khawatir akan mencemari lingkungan .
Salah satu perusahaan yang sudah memakai sumber terbarukan dalam proses produksinya adalah Apple. Mengutip laman resminya, sejak tahun 2014, brand teknologi tersohor ini telah menggunakan 100% sumber energi terbarukan di setiap lini bisnisnya.
ADVERTISEMENT
Mulai dari pemasangan panel surya di gedung perkantorannya, hingga pengembangan proyek pembangkit listrik bertenaga angin untuk mengatasi emisi dalam proses produksi.
Ragam konten berkualitas dan inklusif tentang inisiatif individu, komunitas, dan pemangku kepentingan untuk mendorong terciptanya bumi berkelanjutan. Selengkapnya di kumparan.com/greeninitiative
(DEL)