Konten dari Pengguna

Apa Itu Dobby Syndrome? Ini Pengertian, Contoh, dan Cara Mengatasinya

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
30 Oktober 2023 13:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Dobby Syndrome. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Dobby Syndrome. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Dobby dikenal sebagai karakter Harry Potter berupa elf atau peri rumah tangga yang kerap melukai dirinya sendiri setiap kali dia tidak memenuhi harapan tuannya. Berkat itu, namanya dijadikan sebagai istilah psikologi untuk menyebut perilaku yang sama, yaitu Dobby Syndrome. Apa itu Dobby Syndrome?
ADVERTISEMENT
Dobby Syndrome atau Dobby Effect erat kaitannya dengan perilaku melukai diri sendiri alias self harm. Biasanya, perilaku ini muncul ketika seseorang merasa bersalah setelah melakukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai moral.
Untuk lebih memahami apa itu Dobby Syndrome dan penyebabnya, simak ulasan selengkapnya dalam artikel ini.

Apa Itu Dobby Syndrome?

Ilustrasi menyalahkan diri sendiri. Foto: Unsplash
Pada dasarnya, Dobby Syndrome adalah perasaan bersalah berlebihan yang berujung pada perilaku menghukum diri sendiri. Umumnya, bentuk hukuman yang dilakukan adalah menyakiti diri sendiri atau self harm.
Mengutip laman The Silver Lining, ketika tidak mampu bertanggung jawab atas kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan, seseorang cenderung memberikan hukuman kepada diri mereka sendiri. Rasa bersalah menyebabkan orang menolak melakukan aktivitas menyenangkan atau bahkan menghukum dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT
Ada banyak hal yang menyebabkan Dobby Syndrome terjadi. Dalam banyak kasus, rasa bersalah muncul saat seseorang tidak dapat memenuhi ekspektasi orang lain. Sindrom ini mungkin juga berasal dari trauma masa kecil ketika orang tua menumpahkan semua kekesalan mereka pada anaknya.
Ketika sedang kesal atau marah, orang tua mungkin mengatakan pada anaknya bahwa mereka tidak pantas mendapatkan sesuatu yang baik. Semua ini melekat di dalam ingatan anak. Ketika tumbuh dewasa, ia pun menghindari perkataan “itu salahmu” dari orang lain dan malah menyalahkan dirinya sendiri.

Contoh Dobby Syndrome

Ilustrasi merasa bersalah. Foto: Unsplash
Contoh Dobby Syndrome biasanya dapat dijumpai pada seseorang yang baru menjadi ibu. Mengutip laman Gate Personal Growth, menjadi seorang ibu adalah hal terbaik yang dirasakan seorang wanita. Hal ini seharusnya menjadi kebahagiaan yang melengkapi hidup mereka.
ADVERTISEMENT
Namun, karena kurang berpengalaman, ia mungkin melakukan beberapa kesalahan saat merawat dan anaknya. Perasaan bersalah pun muncul, menggantikan perasaan bahagia yang semestinya mereka rasakan.
Perasaan bersalah yang terus dipupuk dalam hati akan memengaruhi psikologis seseorang secara mendalam. Jika tidak segera diatasi, perasaan ini mungkin akan memunculkan niat menghukum diri sendiri.

Cara Mengatasi Dobby Syndrome

Ilustrasi Dobby Syndrome. Foto: Unsplash
Perasaan bersalah berlebihan karena Dobby Syndrome dapat diatasi dengan beberapa cara berikut:

1. Berhenti Mengambil Lebih Banyak Tanggung Jawab

Mengambil lebih banyak tanggung jawab berarti menambahkan tugas ke rangkaian tanggung jawab yang sudah ada. Jika merasa tidak sanggup melaksanakannya, sebaiknya kurangilah tanggung jawab tersebut.
Daripada mengambil banyak tanggung jawab yang mungkin tidak bisa dilakukan secara maksimal, lebih baik ambil sedikit tanggung jawab yang bisa dipenuhi dan lakukan dengan sungguh-sungguh.
ADVERTISEMENT

2. Meningkatkan Self Esteem

Mengutip Very Well Mind, self esteem adalah perasaan subjektif seseorang tentang nilai atau value pribadinya secara keseluruhan. Self esteem menggambarkan tingkat kepercayaan diri seseorang terhadap kemampuannya.
Self esteem memengaruhi proses pengambilan keputusan, hubungan, kesehatan emosional, dan kesejahteraan diri. Orang yang memiliki pandangan sehat dan positif terhadap diri sendiri mereka akan lebih siap menghadapi tantangan baru.
Ketika melakukan kesalahan, mereka cenderung akan mencari jalan keluar untuk mengatasinya, bukan menyalahkan diri sendiri secara berlebihan. Orang yang memiliki self esteem tinggi biasanya juga lebih mudah memaafkan diri sendiri.
(ADS)