Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Arti Becik Ketitik Ala Ketara dan Falsafah Jawa Lain yang Penuh Makna
27 Oktober 2022 18:02 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jawa dikenal sebagai suku yang menjunjung tinggi tata krama dan sopan santun. Tak heran jika budaya Jawa memiliki banyak falsafah atau nasihat tentang kebaikan yang menjadi pedoman hidup masyarakatnya.
ADVERTISEMENT
Salah satu falsafah Jawa yang cukup terkenal adalah becik ketitik ala ketara. Kalimat ini sering menjadi nasihat orang tua untuk anak -anaknya agar mereka tidak takut berbuat baik kepada sesama.
Lalu, apa arti becik ketitik ala ketara sebenarnya? Untuk mengetahui jawabannya, simak penjelasannya dalam artikel berikut.
Arti Becik Ketitik Ala Ketara
Dalam bahasa Jawa , arti becik ketitik ala ketara adalah "baik terbukti, buruk kelihatan sendiri". Mengutip buku Ilmu Kearifan Jawa oleh Pitoyo Amrih, kalimat tersebut mengandung makna bahwa pada akhirnya kebenaran dan kesalahan itu akan terlihat.
Becik ketitik ala ketara mengingatkan bahwa semua perbuatan, entah itu baik ataupun buruk akan memperoleh ganjaran yang setimpal. Kalimat itu memiliki makna yang sama dengan surat Az-Zalzalah ayat 7: “Maka barangsiapa mengerjakan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.”
ADVERTISEMENT
Seseorang yang berbuat baik akan mendapat balasan kebaikan dari orang lain. Balasan itu bisa datang kapan saja dan tidak hanya bisa dirasakan oleh dirinya sendiri, tetapi juga orang-orang yang dicintainya.
Sebaliknya, siapa pun yang memiliki niat buruk, sebaiknya urungkanlah niat tersebut. Sebab, perbuatan buruk hanya akan mendatangkan malapetaka dan bisa merugikan orang-orang terdekat.
Arti Falsafah Jawa Lain
Selain becik ketitik ala ketara, ada falsafah Jawa lain yang dapat dijadikan sebagai pedoman menjalani kehidupan. Berikut beberapa di antaranya yang dikutip dari buku Nasihat-Nasihat Hidup Orang Jawa tulisan Iman Budhi Santosa:
1. Aja Ngomong Waton, Nanging Ngomonga Nganggo Waton
Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, aja ngomong waton, nanging ngomonga nganggo waton artinya “jangan asal bicara, tetapi bicaralah menggunakan patokan atau alasan yang jelas”.
ADVERTISEMENT
Kalimat ini juga mengingatkan manusia untuk tidak menjelek-jelekkan orang lain, menyebarkan fitnah yang tak berdasar, dan menganggap buruk atau salah terhadap hal-hal yang sesungguhnya tidak dimengerti.
2. Aja Rumangsa Bisa, Nanging Bisa Rumangsa
Kalimat ini berarti “jangan merasa bisa, tetapi bisalah merasa”. Ungkapan ini mengajak manusia untuk senantiasa rendah hati, tidak sombong, dan mampu menempatkan diri dengan baik dalam lingkungan masyarakat.
Dengan mengamalkan sifat seperti itu, pribadi yang bersangkutan akan memperoleh ketenteraman dan ketenangan hidup serta dinilai sebagai orang yang jujur dan baik hati.
3. Giri Lusi, Janma Tan Kena Ingina
Secara harfiah giri lusi, janma tan kena ingina memiliki arti "gunung, cacing tanah, manusia tidak boleh dihina". Kalimat ini bisa dimaknai sebagai nasihat untuk tidak menilai seseorang dari penampilan luarnya, sebab penampilan bisa menipu.
ADVERTISEMENT
Seorang lelaki dengan perawakan menyeramkan, rambut gondrong, pakaian lusuh, dan wajah sangar, bukan berarti dia adalah preman, bisa saja ia merupakan pelukis kondang.
(ADS)