Konten dari Pengguna

Kisah Sabdo Palon Nagih Janji yang Diramalkan Terjadi di Abad Ke-20

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
3 November 2021 12:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sabdo palon nagih janji. Foto: iStock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sabdo palon nagih janji. Foto: iStock
ADVERTISEMENT
Keruntuhan Kerajaan Majapahit membawa kisah tentang sosok bernama Sabdo Palon Noyogenggong. Ia dikenal oleh masyarakat Jawa sebagai sosok historis yang memiliki hubungan dengan kekelaman dan keruntuhan Majapahit.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah kisah disebutkan bahwa Sabdo Palon hidup di masa Brawijaya V atau Bhre Kertabhumi. Ia merupakan tokoh legendaris yang dipandang sebagai pandita dan penasihat Brawijaya V.
Nama Sabdo Palon banyak dikisahkan dalam Serat Jangka Jayabaya Sabdo Palon oleh pujangga Ronggowarsito. Salah satu syairnya memuat ramalan kehancuran Islam di tanah Jawa pasca 500 tahun keruntuhan Majapahit.
Dalam syair tersebut Sabdo Palon meramalkan kejayaan Agama Budi setelah keruntuhan Islam. Adapun bait ramalan tersebut dikenal dengan istilah Sabdo Palon Nagih Janji. Bagaimana kisahnya? Untuk mengetahuinya, simak penjelasan berikut.

Sabdo Palon Nagih Janji

Tokoh Sabdo Palon sangat dihormati kalangan umat Hindu-Buddha dan aliran Kejawen di tanah Jawa. Pada masa Kerajaan Majapahit, ia mengemban tugas yang cukup berat yaitu sebagai Panakawan abdi kinasih Prabu Brawijaya V.
Ilustrasi kerajaan majapahit. Foto: pinterest
Mengutip Jurnal Manuskrip Nusantara yang berjudul Sabdo Palon Nayagenggong Nagih Janji: Makna dan Pemahaman dari Masa ke Masa oleh GPH Dipokusumo, dalam kesehariannya, Sabdo Palon terlibat langsung dengan Sang Prabu dalam proses wawan-sabda atau dialog dengan para wali, salah satunya Kangjeng Sunan Kalijaga.
ADVERTISEMENT
Sabdo Palon menganut kepercayaan Budi yaitu agama Jawa yang sudah berlaku secara turun menurun. Dalam Jangka Sabdo Palon, ia meramalkan kehancuran Islam di tanah Jawa. Syair ramalan ini berbunyi:
"Pepesthene nusa tekan janji, yen wus jangkep limang atus warsa, kepetung jaman Islame, musna bali marang ingsun, gami Budi madeg sawiji"
Artinya: “Takdir nusa sampai kepada janji, jka sudah genap lima ratus tahun, terhitung zaman Islam, musnah kembali kepadaku, Agama Budi berdiri menjadi satu”.
Menurut Peri Mardiyono dalam buku Sejarah Kelam Majapahit, Syair tersebut muncul di penghujung Serat Jangka Sabdo Palon yang dikenal sebagai "Sabdo Palon Nagih Janji". Melalui syairnya itu, Sabdo Palon memberitahukan tanda-tanda alam dan sosial kemasyarakatan yang akan muncul di zaman kembalinya nanti.
Ilustrasi sabdo palon nagih janji. Foto: iStock
Sabdo Palon menyatakan sumpahnya untuk kembali ke tanah Jawa 500 tahun lagi tepat setelah Majapahit runtuh. Pada masa itu, agama baru yang sempurna yakni Islam tidak dijalankan paripurna oleh pemeluknya. Oleh karena itu, agama ini akan hancur dan digantikan dengan Agama Budi.
ADVERTISEMENT
Jika dihitung dari waktu Sabdo Palon menyatakan sumpahnya, ia diprediksi akan kembali di abad ke-20. Sabdo Palon bersama anak buahnya akan menguasai Tanah Jawa dan mengembangkan agama Budi di Nusantara.
Meski dikisahkan dalam beberapa riwayat, sumpah Sabdo Palon Nagih Janji ini masih diperdebatkan oleh banyak kalangan. Sebagian tidak mempercayainya, namun sebagian lain justru sangat menanti kedatangannya.
Mengingat beberapa ramalan Sabdo Palon juga pernah menjadi kenyataan di Indonesia. Ramalan tersebut di antaranya tentang letusan Gunung Semeru, Gunung Merapi, dan lain-lain. Adapun isi syairnya adalah sebagai berikut:
Ilustrasi wayang. Foto: iStock
Hardi agung-agung samya,
Huru-hara nggegirisi,
Gumaleger swaranira,
Lahar wutah kanan kering,
Ambleber angelebi,
Nrajang wana lan desagung,
Manungsanya keh brastha,
Kebo sapi samya gusis,
Sirna gempang tan wonten mangga puliha
ADVERTISEMENT
Artinya:
Gunung berapi semua,
Huru hara mengerikan,
Menggelegar suaranya,
Lahar tumpah ke kanan dan ke kirinya,
Menenggelamkan, menerjang hutan dan perkotaan,
Manusia banyak yang tewas,
Kerbau dan sapi habis,
Sirna hilang tak bisa dipulihkan lagi.
(MSD)