Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Latar Belakang Munculnya Gerakan Permesta pada Masa Demokrasi Liberal
15 November 2024 16:49 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada mata pelajaran sejarah kelas 12 SMA, siswa akan dihadapkan dengan soal 'Jelaskan latar belakang munculnya gerakan Permesta pada masa demokrasi liberal! Untuk menjawabnya, siswa harus memahami sejarah gerakan permesta.
ADVERTISEMENT
Pada masa demokrasi liberal (1950-1959), terjadi gerakan pemberontakan di sejumlah daerah di Indonesia, salah satunya Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Gerakan Permesta dideklarasikan pada 2 Maret 1957 di Sulawesi.
Sejarah Gerakan Permesta pada Masa Demokrasi Liberal
Permesta adalah organisasi yang memprotes kebijakan pemerintah pusat atas berbagai ketidakadilan yang dialami daerah-daerah di luar pulau Jawa.
Mengutip buku Sejarah SMA/MA Kelas XII oleh Martina Safitry, dkk., dalam aksinya, Permesta mencetuskan proklamasi lengkap dengan programnya pada 2 dan 4 Maret 1957 di Manado.
Lalu, bagaimana jawaban dari soal Jelaskan latar belakang munculnya gerakan Permesta pada masa demokrasi liberal?
ADVERTISEMENT
Sebelum menjawabnya, kita perlu memahami terlabih dahulu bahwa Permesta kerap kali disandingkan dengan PRRI sebagai pemberontakan yang mengancam integrasi bangsa Indonesia pada tahun 1950-an.
Sebenarnya, keduanya adalah dua hal yang berbeda. PRRI adalah singkatan dari Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia dan Permesta akronim dari Perjuangan Rakyat Semesta.
Namun, keduanya memiliki latar belakang yang sama, yakni rasa tidak puas para tokoh daerah terhadap kebijaksanaan pemerintah pusat.
Menyadur buku Sejarah Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XII oleh Abdurakhman, dkk., latar belakang munculnya pemberontakan PRRI/Permesta bermula dari adanya persoalan di dalam tubuh angkatan darat karena kekecewaan atas kesejahteraan tentara di Sumatera dan Sulawesi.
Hal tersebut mendorong beberapa tokoh militer untuk menentang Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Permasalahan tersebut kemudian malah meluas pada tuntutan otonomi daerah dari pemerintah daerah yang dianggap tak adil.
ADVERTISEMENT
Akibat kekecewaan tersebut, para tokoh militer dan sipil di daerah membentuk dewan-dewan daerah sebagai alat perjuangan tuntutan pada Desember 1956 dan Februari 1957.
Dewan-dewan tersebut kemudian mengambil alih kekuasaan pemerintah daerah di wilayahnya masing-masing. Hal tersebut mendapat dukungan dari beberapa tokoh sipil dan pusat, seperti Syafruddin Prawiranegara, Mohammad Natsir, dan Burhanuddin Harahap.
PRRI/Permesta yang semula berupa keinginan untuk memiliki otonomi daerah, justru berkembang menjadi perlawanan bersenjata. Puncak pemberontakan tersebut terjadi pada 10 Februari 1958.
Pemberontakan PRRI/Permesta dikatakan sebagai pemberontakan paling berat pada masa Demokrasi Liberal. Sebab, terjadi di beberapa wilayah di Indonesia dan mendapat dukungan dari pihak asing.
Mengutip situs Kemdikbud, PRRI/Permesta berakhir pada 17 Agustus 1961 yang ditandai dengan keluarnya Keputusan Presiden Nomor 449 Tahun 1961 tentang Amnesti dan Abolisi kepada Semua Orang yang Terlibat PRRI/Permesta.
ADVERTISEMENT
Tokoh-tokoh Permesta
Gerakan Permesta oleh diinisiasi beberapa tokoh yang memiliki pengaruh besar. Dihimpun dari karya ilmiah berjudul Gerakan Permesta di Sulawesi 1957-1961: Sebuah Percobaan Reformasi Pertama di Indonesia oleh Muh Darul Aksa Helmi, berikut beberapa tokoh Permesta:
1. Herman Nicholas Ventje Sumual
Herman Nicholas Ventje Sumual lahir di Remboken, Minahasa, pada 11 Juni 1923. Herman adalah kepala gerakan Permesta dan yang memindahkan pusat gerakan Permesta ke Sulawesi Utara dari Sulawesi Selatan.
Selama masa pemindahan tersebut, Herman menjadi tokoh perwakilan di tiap-tiap perundingan yang dilakukan Permesta dalam membangun gerakannya. Berbagai bentuk keputusan Permesta sepenuhnya dikendalikan Herman.
Sejak 1958 hingga 1961, Herman selalu menjaga agar Permesta mendapatkan perhatian dari pemerintah pusat agar tuntutan gerakan tersebut didengar.
ADVERTISEMENT
Herman juga menjadi orang paling terakhir yang menyerahkan diri pada berakhirnya gerakan Permesta, tepatnya pada 20 Oktober 1961.
2. Mohammad Saleh Lahade
Mohammad Saleh Lahade dilahirkan di Barru, Sulawesi Selatan. Saleh adalah tokoh utama perancang proklamasi Permesta pada 2 Maret dan dijadikan kepala staf pemerintah militer Permesta pada Maret 1957.
Peran Saleh dalam Permesta sangat banyak, ia membuat perancangan untuk Permesta. Konsep-konsep Permesta dibentuk dari komite yang dikepalai Saleh.
Saleh ditangkap pada Mei 1958 karena keterlibatannya dengan PRRI. Akibat ditangkapnya Saleh, segala perencanaan pembangunan yang dilakukan Permesta gagal.
3. Andi Pangerang Pettarani
Andi Pangerang Pettarani adalah putra dari Raja Bone terakhir, yakni Andi Mappanyukki. Ia merupakan Gubernur Sulawesi yang diangkat pada 12 Juli 1956.
ADVERTISEMENT
Andi menjadi tokoh yang turut menandatangani proklamasi Permesta. Kemudian, Andi diangkat menjadi gubernur militer Sulawesi Selatan oleh pemerintahan militer Permesta.
3. Andi Muhammad Jusuf Amir
Andi Muhammad Jusuf Amir adalah anak dari Raja Kajuara. Selama masa Revolusi Andi Muhammad Jusuf Amir menjadi ajudan Kahar Muzakkar.
Andi Muhammad Jusuf Amir menjadi salah satu tokoh yang turut dalam penandatanganan gerakan Permesta. Namun, selama masa pergerakan Permesta, ia justru dinilai membelot dari gerakan tersebut.
Hal tersebut karena dirinya tak satu paham jika Permesta dijalankan dengan jalur peperangan. Setelah pemindahan Permesta ke Sulawesi Utara, ia sudah tak melibatkan lagi dalam perencanaan-perencanaan Permesta.
4. Alex Evert Kawilarang
Alex Evert Kawilarang lahir pada 23 Januari 1920 di Jatinegara, Jawa Barat. Alex memiliki prestasi yang cukup baik di militer, hingga pada 1960 ia tergabung dalam pergerakan Permesta, yakni pada masa peperangan. Alex menjadi pimpinan pasukan Permesta di Minahasa Utara.
ADVERTISEMENT
Setelah perundingan Permesta dengan TNI pada April 1961, Alex ditempatkan dalam kedudukan yang tak aktif. Namun, peran Alex telah membawa pengaruh besar terhadap pergolakan pasukan Permesta di Sulawesi Utara.
5. Henk Rondonuwu
Henk Rondonuwu lahir pada 9 September 1910 di Tondano, Minahasa. Henk adalah seorang pendiri Pusat Keselamatan Rakyat dan surat kabar pro-Republik Pedoman Rakjat.
Pada 1957, Henk menjadi salah satu peserta sipil terpenting dalam gerakan Permesta. Henk aktif dalam pergerakan Permesta dari aspek politik. Ia memiliki kekuatan untuk mengumpulkan masyarakat sipil untuk menggalakan gerakan Permesta.
(NSF)