Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Memahami Apa Itu Kurikulum Adaptif untuk Siswa Berkebutuhan Khusus
11 Oktober 2024 13:08 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pendidik di sekolah inklusif wajib memahami apa itu kurikulum adaptif. Sebab, kurikulum ini memainkan peran penting bagi siswa yang merupakan anak-anak berkebutuhan khusus.
ADVERTISEMENT
Kurikulum ini mengadopsi sistem pembelajaran yang fleksibel serta memanfaatkan teknologi. Tujuannya agar tercipta lingkungan belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Implementasi kurikulum adaptif yang efektif dapat membantu siswa berkebutuhan khusus dalam mengembangkan kemampuan dan minatnya.
Apa Itu Kurikulum Adaptif?
Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan di suatu negara. Kurikulum berguna sebagai acuan untuk menyelenggarakan pendidikan serta indikator mutu pendidikan.
Namun, dalam implementasinya, kurikulum yang sesuai dengan standar nasional perlu dilakukan modifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan masing-masing peserta didik.
Mengutip laman Kemdikbud, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makariem menegaskan bahwa kurikulum akan selalu adaptif dan berkembang. Nadiem menuturkan bahwa yang mengembangkan kurikulum tersebut adalah guru-guru di tingkat sekolah maupun nasional.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, melalui kurikulum adaptif, guru tak hanya sekadar sebagai penyampai informasi, tetapi juga fasilitator pembelajaran dan harus mampu memahami perbedaan setiap siswa.
Lalu, apa itu kurikulum adaptif? Berdasarkan artikel ilmiah berjudul Pelaksanaan Kurikulum Adaptif di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar Negeri Giwangan, Yogyakarta oleh Isnaini Mukarromah, Universitas Negeri Yogyakarta, kurikulum adaptif merupakan kurikulum yang disusun dan diadaptasi atau disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan keterbatasan peserta didik.
Dalam kurikulum adaptif, rancangan program pembelajaran disesuaikan dengan kebuthan masing-masing siswa yang memiliki kebutuhan khusus. Modifikasi kurikulum adaptif diterapkan pada empat komponen utama kurikulum, yakni tujuan, isi, proses, dan evaluasi.
Modifikasi ini dilakukan tim pengembangan kurikulum di sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran, guru pendidikan khusus, konselor, psikolog, serta ahli terkait. Tim sekolah berperan dalam asesmen dan penyaringan siswa berkebutuhan khusus.
ADVERTISEMENT
Pada pelaksanaan kurikulum adaptif, guru melakukan modifikasi pada tujuan, materi, proses, dan evaluasi dengan tetap mengacu pada kebutuhan siswa.
Dengan memanfaatkan teknologi seperti platform pembelajaran daring dan perangkat lunak cerdas lainnya, diharapkan dapat menciptakan pengalaman pembelajaran yang relevan dan lebih personal pada peserta didik berkebutuhan khusus.
Model Pengembangan Kurikulum Adaptif di Sekolah Inklusif
Sekolah inklusif mengakomodasi dan mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus dengan berbagai pendekatan. Mengutip artikel ilmiah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif pada Sekolah Inklusif oleh Imam Syafi’i dan Laily Rosyidah, ada beberapa model pengembangan kurikulum adaptif yang bisa diimplementasikan di sekolah inklusif, yaitu:
1. Model Duplikasi
Model kurikulum duplikasi pada dasarnya sama dengan kurikulum umum yang sedang berlaku di sekolah reguler. Keunggulan dari model kurikulum ini, yaitu peserta didik dengan kebutuhan khusus bisa mendapatkan kurikulum yang juga digunakan di sekolah reguler.
ADVERTISEMENT
Namun, kekurangannya adalah cenderung tak dapat mengakomodasikan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus. Sebab, pada dasarnya setiap siswa tersebut memiliki jenis dan kemampuan masing-masing yang berbeda dengan siswa pada umumnya.
2. Model Modifikasi
Model kurikulum modifikasi adalah pengembangan dari kurikulum 2013 yang sebelumnya diberlakukan pada siswa di sekolah reguler dan disesuaikan dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus.
Modifikasi kurikulum ini dapat dilakukan melalui empat komponen, yaitu tujuan, isi atau materi, proses, dan evaluasi. Modifikasi dapat dilakukan pada salah satu komponen atau keseluruhan, tergantung kebutuhan di lapangan.
Keunggulan dari kurikulum ini adalah akan lebih mengakomodasikan kekurangan peserta didik berkebutuhan khusus yang beragam.
3. Model Substansi
Model substansi adalah dengan mengembangkan kurikulum dan mengganti sesuatu yang sudah berlaku pada kurikulum umum. Penggantian tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus.
ADVERTISEMENT
Model ini juga memberlakukan empat komponen yang sama, yaitu tujuan, materi, proses, dan evaluasi. Kelebihan dari model ini yaitu lebih fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
4. Model Omisi
Model yang terakhir adalah model omisi. Model ini adalah dengan menghilangkan sebagian atau keseluruhan dari kurikulum umum yang berlaku. Sebab, kurikulum umum tak mungkin dapat diterapkan pada siswa berkebutuhan khusus.
Tujuan dari model omisi adalah memastikan bahwa siswa berkebutuhan khusus dapat mencapai tujuan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.
Hambatan Pengembangan Kurikulum Adaptif di Sekolah Inklusif
Dalam pengembangannya, kurikulum adaptif mengalami beberapa hambatan. Dihimpun dari Model Pengembangan Kurikulum Adaptif pada Sekolah Inklusif oleh Imam Syafi’i dan Laily Rosyidah, berikut beberapa hambatan tersebut:
ADVERTISEMENT
1. Kurangnya Partisipasi Guru
Hambatan pertama dikarenakan kurangnya partisipasi guru untuk mengembangkan kurikulum. Hal tersebut bisa disebabkan karena waktu yang dimiliki guru kurang atau adanya kesalahpahaman antara guru, kepala sekolah, dan pihak-pihak lain.
2. Hambatan dari Masyarakat
Hambatan dalam pelaksanaan kurikulum adaptif bisa juga terjadi dari masyarakat. Untuk mengembangkan kurikulum adaptif, memang dibutuhkan peran masyarakat dalam pembiayaan atapun pemberian umpan balik.
Apabila peran masyarakat kurang, sistem pendidikan yang sedang diterapkan untuk siswa berkebutuhan khusus tersebut pun tak dapat berjalan dengan baik.
3. Biaya
Hambatan lainnya terjadi dalam proses pengembangan kurikulum adaptif adalah biaya. Sebab, pengembangan kurikulum ini membutuhkan biaya yang tak sedikit, mulai dari kegiatan eksperimen yang dilakukan hingga sistem secara keseluruhannya.
Agar kurikulum adaptif dapat berjalan dengan baik, harus ada upaya kerjasama dan saling membantu antar semua pihak, termasuk guru, kepala sekolah, hingga masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu, peran sekolah untuk mengembangkan pendidikan dapat diterima bagi semua kalangan, baik peserta didik berkebutuhan khusus maupun non berkebutuhan khusus.
(NSF)