Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Arti Karramullahu Wajhah, Julukan Ali bin Abi Thalib
3 April 2023 15:05 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Merujuk laman BDK Semarang Kemenag, julukan tersebut hanya disematkan kepada Ali bin Abi Thalib. Berbeda dengan tiga khalifah lain yang mendapat gelar (laqob) radhiyallahu 'anhu yang artinya semoga Allah meridhainya.
Lantas, apa arti julukan karramallahu wajhah dan mengapa hanya diberikan kepada Ali bin Abi Thalib? Berikut informasi lengkap yang telah dirangkum dari beberapa sumber.
Arti Karamallahu Wajhah
Masih dari sumber yang sama, karamallahu wajhah artinya semoga Allah memuliakan wajahnya. Ada yang berpendapat bahwa gelar tersebut didapat dari kaum Muslimin. Pendapat ini diungkapkan Muhammad bin Ahmad bin Salim as-Safarini al-Hambali dalam kitab Ghidzau al-Albab Syarh Mandlumat al-Adab.
“Para Syeikh berkata mengenai pengkhususan terhadap sahabat Ali dengan ucapan karamallahu wajhah karena sesungguhnya sahabat Ali tidak pernah sujud terhadap berhala sama sekali. Dan hal ini Insya Allah tidak apa-apa.”
ADVERTISEMENT
Meskipun Abu Bakar juga tidak pernah menyembah berhala, julukan karamallahu wajhah tetap diberikan kepada Ali bin Abi Thalib karena keislamannya lebih lama. Ia diketahui telah memeluk Islam sejak usia 10 tahun.
Sementara dalam buku Meneladani Kepemimpinan Khalifah, Abdullah Munib El-Basyiry, Lc., ada yang berpendapat bahwa gelar itu diberikan karena Ali tidak suka menggunakan wajahnya untuk melihat aurat.
Ali tidak suka memandang ke bawah saat berhubungan dengan istrinya, bahkan tidak pernah digunakan untuk melihat auratnya sendiri.
Julukan yang Paling Disukai Ali bin Abi Thalib
Menurut Abdul Syukur al-Azizi dalam buku Ali bin Abi Thalib Ra., julukan yang paling disukai suami putri bungsu Rasulullah itu adalah Abu Turab yang artinya bapak debu. Julukan itu diberikan langsung oleh Rasulullah kepadanya.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah riwayat, Ammar bin Yasir ra. mengatakan suatu hari Rasulullah SAW berhenti di Usyairah dan sempat menetap di sana. Beliau kemudian melihat sekian banyak Bani Mudhij bekerja di mata air dan kebun kurma mereka.
Lalu Ali bin Abi Thalib berkata kepada Ammar, “Wahai Abu al-Yaqzhan (julukan Ammar), apa pendapatmu apabila kita singgah ke tempat orang-orang tersebut agar bisa melihat lebih dekat yang mereka kerjakan?"
“Jika kamu mau, mari kita pergi ke sana!” jawab Ammar.
Keduanya lalu pergi melihat Bani Mudhij bekerja hingga akhirnya kantuk melanda. Mereka kemudian pergi tidur di bawah anak pohon kurma di tempat yang bertanah lembek.
Badan keduanya berlumuran tanah. Tidak ada yang membangunkan mereka, kecuali Rasulullah SAW yang menggerak-gerakkan mereka dengan kaki beliau.
ADVERTISEMENT
Lalu Rasulullah bersabda kepada Ali bin Abi Thalib, "Apa yang terjadi pada dirimu, wahai Abu Turab (bapak tanah)?" Kemudian beliau bersabda:
“Maukah kalian aku kabari tentang dua orang yang paling celaka?”
“Tentu saja, wahai Rasulullah,” jawab keduanya.
Rasulullah kemudian bersabda:
“Dua orang yang paling celaka ialah Uhaimir Tsamud yang telah menyembelih unta dan orang yang memukul tengkukmu seperti ini, wahai Ali (Rasul memegang tengkuk Ali hingga basah sambil memegang jenggotnya).”
Namun, dalam riwayat lainnya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Sahal bin Sa’ad, Rasulullah memanggil Ali dengan nama Abu Turab karena alasan lain.
Suatu hari, Ali sedang marah kepada istrinya, Fatimah az-Zahra. Ali yang tak ingin menuruti amarahnya dan takut mengatakan sesuatu yang bisa melukai hati sang istri pun keluar dari rumah dan berbaring di masjid. Tak lama Rasulullah datang ke rumah Ali dan bertanya, "Di mana putra pamanmu itu?"
ADVERTISEMENT
“Di Masjid,” jawab Fatimah.
Rasulullah kemudian pergi ke masjid dan mendapati punggung Ali penuh dengan tanah karena pakaiannya terjatuh. Beliau kemudian membersihkan tanah dari punggung Ali dan bersabda, “Duduklah, wahai Abu Turab” dan mengucapkannya dua kali.
(NSA)