Mengenal Gus Miek, Kyai Nyeleneh yang Dianugerahi Karomah Kewalian

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
20 Februari 2023 13:19 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gus Miek, foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Gus Miek, foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Gus Miek adalah nama akrab dari KH. Hamim Tohari Djazuli yang lahir pada 17 Agustus tahun 1940 dan wafat pada 5 Juni 1993. Beliau merupakan putra dari pendiri Ponpes Al-Falah Mojo Kediri yakni KH. Djazuli Utsman.
ADVERTISEMENT
Ia merupakan salah satu tokoh ulama NU dan pejuang Islam yang masyhur. Tingkat pengetahuan agama dan sikap sopan-santun yang dimiliki oleh Gus Miek diakui tidak hanya oleh kalangan ulama namun juga masyarakat biasa.
Hingga kini, sosok Inspiratif ini masih memiliki posisi yang kuat di kalangan masyarakat Islam Indonesia secara umum dan para ulama NU secara khususnya. Bagaimanakah perjalanan dakwah Gus Miek yang dikenal sebagai kyai nyeleneh yang berkaromah ini?

Gus Miek dan Karomah Kewaliannya

ilustrasi Gus Miek dan karomah kewaliannya. Foto: Billion Photos/Shutterstock
Mengutip buku Hikayat Ulama Nusantara (Panutan dan Pejuang Bangsa oleh Ilham Chabibur Rochman dan Susilawati, banyak ulama yang percaya bahwa Gus Miek sudah memiliki karomah kewalian sejak ia berada di dalam kandungan. Salah satunya adalah KH. Mubasyir Mundzir yang kelak akan menjadi sahabat sekaligus guru Gus Miek.
ADVERTISEMENT
Selain itu, KH Djazuli atau ayah Gus Miek juga telah mengenali tanda-tanda kewalian tersebut sejak ia masih kecil. Hal ini diungkapkannya saat beliau akan wafat dan disampaikan ke keluarga dan kyai di sekitarnya pada saat itu bahwa anaknya tersebut memiliki tanda-tanda kewalian.
Sejak kecil, Gus Miek tumbuh sebagai anak yang pendiam. Ia lebih senang pergi ke pasar untuk melihat para pedagang dari pagi hingga mereka tutup. Beliau juga sangat senang memerhatikan para pemancing di belakang pesantren.
Konon, para pemancing juga selalu senang saat Gus Miek datang. Mereka percaya, ikan-ikan akan berdatangan saat Gus Miek hadir di pemancingan tersebut.
Karomah lain dari Gus Miek adalah saat ia pergi dengan salah seorang santri ke sungai. Kemudian, beliau hanyut terbawa arus dan santri tersebut pun panik karena tidak dapat menemukan Gus Miek.
ADVERTISEMENT
Santri itu berlari menuju ke kediaman ayah Gus Miek untuk melaporkan kejadian tersebut. Ketika mendengar kabar tersebut, KH Djazuli langsung memerintahkan seluruh santrinya untuk mencari Gus Miek.
Sesampainya di sungai, mereka menemui Gus Miek sedang duduk di tepi sungai dengan kondisi yang kering. Tidak tampak sedikit pun bahwa dia telah tenggelam. Hal ini membuat para santri keheranan dan bertanya “Anda dari mana saja?” lalu, Gus Miek menjawab “saya tadi dibawa oleh Nabi Khidir.”
Sejak saat itu, karomah dari Gus Miek semakin diyakini oleh banyak orang.

Syi’ar Gus Miek yang Nyeleneh

Gus Miek, foto: Unsplash
Selain dikenal sebagai seorang ulama besar, Gus Miek juga populer sebagai Kyai yang nyeleneh. Beliau lebih menyukai dakwah di kerumunan orang yang melakukan maksiat dibandingkan dengan menjadi kyai yang tinggal di kawasan pesantren.
ADVERTISEMENT
Hampir tiap malam beliau menyusuri jalan-jalan di Jawa Timur, keluar masuk kelab malam. Bahkan ia berbaur dengan tukang becak atau pedagang kopi di pinggir jalan hanya untuk memberikan nasihat agama. Ajaran beliau yang terkenal adalah suluk jalan terabas atau pemikiran jalan pintas.
Hal nyeleneh lainnya yang terkenal dari seorang Gus Miek adalah cara berpakaian beliau yang berbeda dengan lazimnya kyai pada saat itu. Beliau selalu mengenakan celana jeans, kaos oblong dan kacamata hitam saat melakukan syiar dari jalan ke jalan.
Konon, kacamata hitam yang dikenakan oleh Gus Miek digunakan untuk menutupi air matanya yang selalu keluar saat beliau melihat orang yang jauh dari ajaran agama. Hal ini menunjukan bahwa Gus Miek adalah seorang tokoh agama yang berhati lembut.
ADVERTISEMENT
Itu juga yang menyebabkan ia banyak dikagumi dan dihormati oleh masyarakat. Meskipun melakukan syiar agama dengan cara yang nyeleneh, tidak lantas mengurangi penghormatan masyarakat kepada beliau dikarenakan keilmuan dan kemulian sikap beliau kepada sesama manusia.

Gus Miek dan Kontroversinya

Selain sukses dengan dakwah antimestrimnya, Gus Miek juga berhasil berdakwah melalui majelis dzikir. Gus Miek mendirikan Majelis dzikir bernama Jam'iyah Dzikrul Ghofilin atau yang terkenal dengan sebutan 'Jantiko Mantab'.
Jantiko diambil dari bahasa Jawa yang artinya anti kolir atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai jamaah anti putus asa dan melakukan maksiat meskipun dari segi ekonomi dan pikiran (keilmuan) lemah atau kurang. Sedangkan dzikrul ghofilin sendiri memiliki arti mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara berdzikir.
Gus Miek, foto: Unsplash
Akan tetapi, majelis dzikir yang Gus Miek dirikan mendapatkan banyak pertentangan dari tokoh-tokoh kyai besar di Jawa pada saat itu. Sehingga ia harus melakukan pendekatan lebih kepada simpul-simpul Kyai NU untuk menjelaskan maksud dan tujuan dari dzikrul ghofilin yang didirikannya.
ADVERTISEMENT
Ia meyakinkan kepada para kyai bahwa tujuan berdirinya majelis dzikir ini adalah untuk mengingatkan masyarakat bahwa tujuan utama dari kehidupan adalah kematian. Oleh karenanya, beliau mengajak para jamaah untuk mempersiapkan kebahagian akhirat melalui majelis dzikir ghofilin dan jantiko mantab.
Meskipun pada akhirnya tidak semua kyai dapat menerima majelis yang didirikannya, Gus Miek berhasil menggandeng beberapa kyai besar untuk ikut menyelenggarakan dzikrul ghofilin di tempat atau sekitar pesantren mereka. Menurut Gus Miek, hal ini cukup sebagai perwalian syiar Islam di kawasan tersebut.
Selain memiliki kontroversi saat mendirikan majelis dzikir ghofilin, Gus Miek juga sering mendapatkan kritik dari kyai NU lainnya karena gaya syiar beliau yang dianggap berbeda. Salah satunya adalah KH Ahmad Siddiq yang secara lantang menyebutkan bahwa gaya syiar Gus Miek tidak sesuai dengan syariat Islam.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, pada saat itu Gus Miek memilih untuk diam dan tidak memberikan komentar apapun atas pernyataan KH Ahmad Siddiq tersebut. Ia tetap fokus dengan cara syiarnya sendiri meskipun menyadari hal itu banyak tidak disukai oleh para nahdliyah.

Gus Miek Wafat

Pada 5 Juni 1993 bertepatan dengan bulan dzulhijjah dalam kalender Hijriyah, Gus Miek mengembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Budi Mulya Surabaya. Beliau meninggalkan seorang istri dan lima orang anak.
Saat kabar kematian beliau tersebar, semua orang langsung berdatangan menuju kediaman beliau untuk ikut menyalatkan dan menguburkannya. Terlepas dari kontroversinya, ketika Gus Miek wafat banyak ulama mengakui kegigihan beliau dalam melakukan syiar Islam.
(PHR)