Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Pendiri Indische Partij dan Sejarahnya
22 Oktober 2024 16:54 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pendiri Indische Partij adalah Tiga Serangkai yang terkenal sangat berani dan keras. Berbeda dengan organisasi pergerakan nasional lainnya yang bersifat hati-hati, Indische Partij bersifat keras dan langsung bergerak dalam bidang politik.
ADVERTISEMENT
Disadur dari buku Seri Tempo: Douwes Dekker, Indische Partij merupakan partai pertama di Indonesia yang memperjuangkan kesetaraan hak untuk seluruh ras. Partai ini menjadi salah satu yang berperan penting pada awal masa pergerakan.
Tentunya, pendiri Indische Partij adalah orang-orang yang ingin membangkitkan patriotisme, memajukan tanah air, dan kemerdekaan Indonesia. Simak artikel ini untuk pembahasan lengkapnya!
Pendiri Indische Partij
Dikutip dari buku Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia dari Budi Utomo sampai dengan Pengakuan Kedaulatan terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pendiri Indische Partij adalah Dr. Cipto Mangunkusumo, EFE. Douwes Dekker, dan Suwardi Suryaningrat.
Ketiga orang tersebut kemudian dikenal dengan Tiga Serangkai yang dikenal dengan keberanian yang sangat menonjol. Keberanian para pendiri Indische Partij dapat dilihat melalui tulisan-tulisan yang telah dimuat di berbagai majalah.
ADVERTISEMENT
Berikut ini uraian singkat masing-masing pendiri Indische Partij pada masa pergerakan nasional:
1. Suwardi Suryaningrat
Suwardi Suryaningrat menulis artikel berjudul Als ik eens Nederlander was yang artinya Andaikata saya seorang Belanda. Tulisan tersebut diterbitkan di harian De Express yang berisi sindiran kepada pemerintah Hindia Belanda.
Suwardi menulis artikelnya ketika akan mengadakan peringatan 100 tahun pembebasan negeri Belanda dari penjajahan Perancis. Sebab, dalam peringatan tersebut, Belanda justru memungut biaya dari negeri jajahannya untuk digunakan berfoya-foya.
Oleh karena itu, Suwardi menulis sebagai protes secara halus. Di bawah ini sedikit cuplikan dari tulisan Suwardi:
"Jika sekiranya penulis seorang Belanda, maka ia akan mengusulkan kepada pemerintah Hindia Belanda agar tidak merayakan hari Pembebasan itu di Hindia Belanda."
ADVERTISEMENT
Kalimat tersebut mengandung maksud agar pemerintah Hindia Belanda harusnya malu ketika mengajak bangsa yang terjajah untuk ikut memperingati negeri si penjajah. Pada akhirnya, tulisan Suwandi ditarik dari peredaran dan ia ditangkap.
2. Dr. Cipto Mangunkusumo
Dr. Cipto Mangunkusumo yang juga merupakan pendiri Indische Partij berusaha membela Suwardi Suryaningrat yang ditangkap pemerintah Hindia Belanda tersebut.
Sama seperti Suwardi, Dr. Cipto Mangunkusumo juga membuat tulisan yang dimuat dalam majalah Het Tjidshrift dan harian De Express.
Judul tulisan Dr. Cipto Mangunkusumo adalah Kekuatan atau Ketakutan. Setelah tulisannya beredar, tak lama Dr. Cipto Mangunkusumo juga ikut ditangkap.
3. EFE. Douwes Dekker
Setelah Suwardi dan Cipto ditangkap karena tulisannya, pendiri Indische Partij pun tinggal satu, yaitu EFE. Douwes Dekker. Ia tetap terus berjuang membela rakyat, meskipun Douwes Dekker merupakan keturunan Belanda.
ADVERTISEMENT
Salah satu bentuk perjuangan Douwes Dekker adalah berusaha agar partai ini mendapatkan pengakuan di badan hukum. Namun, permintaannya ditolak karena Indische Partij adalah organisasi berdasarkan politik dan dianggap mengancam keamanan umum.
Meskipun begitu, Douwes Dekker tetap berjuang dengan menghadap kepada Gubernur Jenderal. Sayangnya, usaha Douwes Dekker sia-sia, sebab Indische Partij dinyatakan sebagai partai terlarang.
Selanjutnya, Douwes Dekker terus mengadakan pembelaannya. Ia menulis artikel dengan judul Pahlawan kita Suwardi Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo.
Bernasib sama dengan pendiri lainnya, setelah tulisannya diketahui pihak pemerintah Belanda, Douwes Dekker pun ditangkap.
Sejarah Berdirinya Indische Partij
Disadur dari buku Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia oleh Yusuf Perdana dan Rinaldo Adi Pratama, sejarah Indische Partij dimulai dari Douwes Dekker yang melihat adanya hal tak benar dalam masyarakat kolonial, terutama tentang diskriminasi antara keturunan Belanda dan kaum pribumi.
ADVERTISEMENT
Douwes Dekker menyampaikan ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah Kolonial melalui bidang politik dan menginginkan kemerdekaan untuk semua kalangan.
Perjuangan Douwes Dekker dimulai dari propaganda ke Pulau Jawa dan bertemulah dengan Dr. Cipto Mangunkusumo.
Kemudian, ketika ia kembali ke Bandung, Douwes Dekker mendapat dukungan dari Suwardi Suryaningrat dan Abdul Muis, yakni pimpinan Sarekat Islam.
Propaganda Douwes Dekker juga mendapat dukungan di Yogyakarta dan disambut hangat oleh Budi Utomo.
Perjalanan panjang Douwes Dekker tersebut pada akhirnya melahirkan organisasi politik pertama yang lahir pada 25 Desember 1912.
Tujuan dari pembentukan organisasi ini adalah untuk mempersatukan semua golongan sebagai persiapan untuk kehidupan Indonesia merdeka.
Selain itu, organisasi ini memiliki gagasan besar, di mana di dalamnya mengusung kesetaraan, sebuah ide yang belum populer pada masa itu.
ADVERTISEMENT
Dalam perkembangannya, organisasi Indische Partij berusaha agar bangsa Indonesia memiliki rasa terhadap rasa cinta tanah air. Mengingat semboyan Indische Partij adalah Indie untuk Indier.
Artinya, Indische Partij berharap agar semua Indier bekerjasama agar Indonesia dapat semakin maju.
Hal itulah yang membuat Indische Partij berkembang secara pesat hingga ditentang keras oleh Pemerintah Belanda.
Pencapaian Indische Partij
Tiga Serangkai pendiri Indische Partij memiliki banyak pencapaian penting untuk Kemerdekaan Indonesia. Dirangkum dari situs umsu.ac.id, berikut uraiannya:
1. Pendidikan dan Kesadaran Nasional
Pencapaian pertama dari Indische Partij adalah munculnya kesadaran nasional pada rakyat Indonesia. Hal tersebut membuat Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa pada 1922, lembaga pendidikan untuk memberikan pendidikan yang berorientasi pada kebudayaan dan nilai-nilai kebangsaan Indonesia.
ADVERTISEMENT
2. Perlawanan Terhadap Kebijakan Kolonial
Dr. Cipto Mangunkusumo cukup aktif dalam berbagai gerakan perlawan terhadap kebijakan kolonial yang tak adil, termasuk pada bidang kesehatan dan sosial.
3. Pengaruh dalam Pergerakan Nasional
Ide-ide perjuangan Indische Partij banyak menginspirasi para tokoh pergerakan nasional lainnya. Hal tersebut yang membentuk keinginan untuk kemerdekaan Indonesia.
(NSF)