Konten dari Pengguna

Mengenal Suku Bajo, Para Pelaut Tangguh yang Pandai Menyelam

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
23 Desember 2022 13:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi orang-orang Bajo yang berprofesi sebagai nelayan. Foto: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang-orang Bajo yang berprofesi sebagai nelayan. Foto: Unsplash
ADVERTISEMENT
Suku Bajo merupakan salah satu suku di Indonesia yang terkenal sebagai hidup berpindah-pindah (nomaden). Suku ini hidup di atas laut dan telah lama dikenal sebagai pelaut yang andal.
ADVERTISEMENT
Menurut sejarah, Suku Bajo berasal dari Kepulauan Sulu di Filipina Selatan yang hidup nomaden di lautan lepas. Sejak ratusan tahun lalu, suku ini telah tersebar di beberapa wilayah perairan Asia Tenggara, terutama Indonesia dan Malaysia.
Saat ini, Suku Bajo menempati hampir seluruh kepulauan Indonesia, seperti Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat. Kebanyakan suku ini menetap dan berbaur dengan suku-suku lain.
Meski terkenal hidup berpindah-pindah, kehidupan dari Suku Bajo tidaklah senomaden para pendahulu mereka, banyak dari anggotanya telah menetap tinggal di suatu pulau. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai Suku Bajo, simak informasinya di bawah ini.

Suku Bajo

Sejak lama, masyarakat suku Bajo telah menempati wilayah pesisir pulau-pulau di Indonesia, hidup dengan kearifan dan budaya mereka sendiri. Laut adalah tumpuan utama mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup setiap harinya.
Ilustrasi orang Suku Bajo yang menggunakan perahu sebagai alat transportasi sehari-hari. Foto: Unsplash
Suku Bajo dikenal sebagai pelaut-pelaut yang tangguh dengan kemampuan berenang dan menyelam yang hebat. Mereka dilaporkan bisa tahan sampai 13 menit di kedalaman air 60 meter tanpa alat bantu napas atau oksigen.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Pengantar Wisata Bahari oleh Jussac Maulana Masjhoer (2019: 42), tubuh orang-orang Suku Bajo secara genetik telah beradaptasi untuk menyelam. Hal ini karena adanya perubahan limpa dalam tubuh orang-orang Bajo yang mengakomodasi kebutuhan akan oksigen di dalam air.
Saat manusia menahan napas dalam air, tubuh secara otomatis memicu respons menyelam. Respons tersebut membuat denyut jantung melambat, pembuluh darah menyempit, dan kontraksi limpa.
Suku Bajo melakukan kegiatan penyelaman untuk mencari ikan, gurita, hingga kepiting, yang telah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu. Kondisi ini telah meningkatkan ukuran limpa orang-orang Bajo, menyediakan reservoir oksigen untuk menyelam.
Perubahan ukuran limpa tersebut memberikan kemampuan kepada Suku Bajo untuk menyelam tanpa bantuan alat napas selama 13 menit dan kedalaman hingga 60 meter.
ADVERTISEMENT
Karena tinggal di perairan laut, mayoritas mata pencaharian masyarakat Suku Bajo adalah nelayan. Aktivitas sehari-hari mereka juga didukung oleh transportasi air berupa perahu. Perahu-perahu tersebut biasanya terparkir di pelataran rumah mereka.
Ilustrasi orang Bajo yang hidup sebagai nelayan. Foto: Unsplash
Walaupun Suku Bajo tersebar di berbagai pulau, hampir tidak terdapat perbedaan dengan suku-suku Bajo di daerah lain. Dikutip dari Iklim Tropis dan Uniknya Bentuk Rumah Tradisional Nusantara oleh Nur Inayah Syar (2019: 22-23), Suku Bajo umumnya memiliki tiga pola pemukiman yang berbeda, yaitu:
ADVERTISEMENT
Rumah-rumah yang dibuat oleh Suku Bajo tersebut berbentuk rumah panggung. Bentuk rumah panggung ini lazim disebut "rumah atas", yakni rumah yang berada di atas laut.
Walaupun Suku Bajo tersebar di beberapa pulau, hampir tidak terdapat perbedaan dengan suku-suku Bajo di wilayah lain. Namun, karena rumah-rumah yang mereka huni secara keseluruhan berada di atas laut, sehingga membuat komunitas suku lain agak sulit melakukan interaksi dengan mereka dalam kehidupan sehari-hari.
(SFR)