Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Tradisi Ruwahan beserta Pemaknaannya dalam Islam
6 Maret 2023 17:16 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ruwahan adalah tradisi yang dilakukan sebagai upacara penghormatan kepada arwah leluhur atau keluarga yang sudah berpulang. Tradisi ini biasa digelar pada bulan Ruwah atau bulan kedelapan dalam kalender Jawa.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Budaya Makan dalam Perspektif Kesehatan susunan Toto Sudargo, dkk., tradisi ruwahan merupakan hasil akulturasi budaya Jawa, Melayu Palembang, dan Islam. Orang-orang yang memperingati ruwahan biasanya melakukan ziarah untuk mendoakan keluarga yang sudah meninggal dunia.
Tradisi ruwahan menjadi salah satu ciri khas yang kerap dilakukan untuk menyambut bulan suci Ramadhan . Biasanya, ruwahan dihiasi dengan acara kumpul-kumpul bersama keluarga dan sanak saudara.
Tujuannya adalah untuk bersilaturahmi dan saling meminta maaf sebelum menunaikan ibadah puasa. Bagi yang ingin tahu seperti apa tradisi ruwahan di Indonesia, simak penjelasan berikut.
Tradisi Ruwahan di Indonesia
Secara bahasa, ruwahan merupakan turunan dari kata “ruwah” yang berarti arwah. Sedangkan secara istilah, ruwahan adalah tradisi yang menjadi sarana pengirim doa kepada arwah leluhur dan para pendahulu yang telah meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Tujuannya yaitu untuk memohonkan ampun para leluhur dan pendahulu tersebut. Mengutip buku Detektif Bahasa susunan Rifan Bilaldi, tradisi ruwahan biasanya diadakan sebelum bulan suci Ramadhan.
Saat ruwahan diadakan, tuan rumah akan menyajikan makanan yang beragam untuk tetangga sekitar. Tradisi tersebut diisi dengan sejumlah rangkaian acara, mulai dari pengajian hingga doa bersama.
Tidak hanya itu, tuan rumah juga biasa mengundang keluarga, kerabat, dan sanak saudara. Ruwahan dapat dijadikan menjadi media untuk mendoakan sekaligus meningkatkan interaksi sosial masyarakat.
Tradisi tersebut bersumber dari ajaran agama Islam yang umumnya dilaksanakan pada bulan Sya’ban. Namun seiring berjalannya waktu, tradisi ruwahan semakin mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Sebagian umat Muslim menganggap bahwa ruwahan adalah amalan bid’ah yang harus dihilangkan. Banyak gerakan keislaman ekstrem yang berkomitmen untuk memurnikan ajaran agama Islam yang dianggap takhayul, bidah, dan khurafat
ADVERTISEMENT
Padahal jika ditelisik lebih jauh, ruwahan tetap mengandung banyak sekali nilai positif. Mengutip jurnal Kearifan Lokal dalam Tradisi Nyadran Masyarakat Sekitar Situs Liangan oleh Ernawati Purwaningsih (2016), tradisi ini mengandung nilai kearifan yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan lingkungan.
Tradisi ruwahan juga menjadi wujud kearifan lokal yang syarat akan makna.Tradisi ini dapat mempererat tali persaudaraan, sikap gotong royong, sedekah, serta menjalin komunikasi yang baik antar warga masyarakat.
Kini ruwahan mengalami banyak degradasi dalam pelaksanaan tradisinya. Dahulu, ruwahan dilaksanakan setiap hari selama bulan Sya'ban di setiap rumah. Namun saat ini, tradisi ruwahan hanya diperingati satu kali secara bersama-sama di masjid.
ADVERTISEMENT
(MSD)