Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
Mitos Burung Kedasih Menurut Islam dan Adat Jawa
21 Desember 2022 17:40 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 8 Maret 2023 10:41 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mengutip laman Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, burung kedasih dewasa memiliki punggung, sayap, dan ekor berwarna cokelat keabu-abu. Sementara tubuh bagian bawahnya berwarna merah karat.
Di sisi lain, burung kedasih yang berwarna muda memiliki punggung berwarna cokelat terang. Tubuh bawahnya keputih-keputihan dengan garis-garis hitam yang cukup lebar dan jelas pada seluruh bulunya.
Dari namanya, burung kedasih mungkin terdengar indah. Sayangnya, burung ini justru sering dikaitkan dengan mitos oleh sebagian orang. Lantas, apa mitos burung kedasih menurut Islam dan adat Jawa?
Mitos Burung Kedasih Menurut Islam
Kedasih merupakan burung yang licik. Baik burung jantan maupun betina tidak pernah mau bertanggung jawab membuat sarang untuk bertelur dan mengerami telurnya.
ADVERTISEMENT
Perilaku burung kedasih yang culas tersebut membuatnya sering dihubungkan dengan berbagai mitos. Menurut beberapa kepercayaan, kicauan burung ini bahkan disebut sebagai pertanda kematian.
Dalam Islam sendiri, burung merupakan binatang yang diberikan keistimewaan oleh Allah SWT. Mereka dianugerahi sayap yang bisa membuatnya terbang ke mana pun.
Burung kedasih menurut Islam tidak membawa pertanda apa-apa, entah itu baik ataupun buruk. Tak hanya kedasih, burung jenis lainnya pun tidak memiliki makna tertentu. Hal itu ditegaskan dalam hadis Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda:
“Tidak ada penyakit yang ditularkan, burung penentu nasib baik dan buruk, burung hantu pembawa nasib sial, dan bulan Safar pembawa keberuntungan atau kesialan.”
ADVERTISEMENT
Mitos Burung Kedasih Menurut Adat Jawa
Burung kedasih menurut Islam memang tidak menandakan apa-apa. Namun, sebagian masyarakat, khususnya yang berasal dari tanah Jawa percaya jika kehadiran burung kedasih membawa malapetaka.
Dijelaskan dalam jurnal Emprit Gantil karangan Trirani, suara kicauan burung kedasih yang panjang dan menakutkan menandakan akan terjadi musibah pada keluarga yang mendengarnya. Biasanya, kicauan burung ini terdengar di malam hari.
Mitos ini berkembang dalam tradisi kejawen yang terdapat di Yogyakarta. Tidak diketahui pasti siapa yang pertama kali menyebarkannya sehingga ada pula masyarakat yang tidak memercayainya.
Untuk menolak bala tersebut, masyarakat Jawa zaman dulu sering berdoa dengan melantunkan tembang tertentu. Tembang macapat berjudul “Kidung Rumeksa Ing Wengi” ciptaan Sunan Kalijaga menjadi salah satu doa penolak bala yang dipercaya bisa menghalau segala marabahaya, termasuk bahaya kicauan burung kedasih.
ADVERTISEMENT
Fakta Burung Kedasih
Burung kedasih memiliki beberapa fakta unik yang membedakannya dengan burung lain. Berikut uraian lengkap soal fakta-fakta unik burung kedasih.
1. Menitipkan Telurnya di Sarang Burung Lain
Seperti yang disebutkan, kedasih merupakan burung yang licik. Setelah menetaskan telur, induk betina akan menitipkan telur-telurnya tersebut di sarang burung lain secara diam-diam. Setelah telurnya menetas, barulah mereka mengambil anak burungnya.
2. Membuang Telur Burung Lainnya
Apabila sarang burung tempat ia menitipkan telurnya sudah penuh dengan telur burung lain, kedasih tidak akan segan membuang telur-telur itu. Dengan demikian, ia bisa menyimpan telurnya dengan lebih aman dan nyaman.
3. Penyendiri
Berbeda dengan kebanyakan burung yang hidup berkelompok dan membuat sarang untuk keluarganya sendiri, burung kedasih lebih suka hidup menyendiri. Mereka umumnya tidak memiliki kawanan, karena itu burung ini lebih sering terbang sendirian
ADVERTISEMENT
4. Meminta Makanan pada Anak Burung Lain
Sifat licik kedasih tidak hanya melekat pada burung dewasa, anakan kedasih pun demikian. Ketika anak burung lain menetas duluan, burung kedasih akan meminta paksa makanan anak-anak burung yang berada di dalam sangkar yang sama dengan mereka.
5. Wilayah Persebaran Burung Kedasih
Burung kedasih banyak dijumpai di daerah pedesaan, tepatnya di kawasan tepi hutan atau perkebunan dengan ketinggian ratusan meter di atas permukaan air laut. Burung ini biasanya hobi bertengger di ranting pohon-pohon tinggi.
(ADS)