Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.7
25 Ramadhan 1446 HSelasa, 25 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Penerapan Konsep Egalitarianisme dalam Islam beserta Dalil Shahihnya
3 Mei 2023 14:31 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Egalitarianisme adalah doktrin yang menyatakan bahwa semua orang memiliki kedudukan yang sama dalam berbagai bidang, mulai dari politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Istilah ini berasal dari bahasa Prancis “egal” yang berarti sama.
ADVERTISEMENT
Konsep egalitarianisme memegang teguh unsur kesetaraan, di mana setiap orang berhak mendapatkan perlakuan yang sama. Di Amerika Serikat, konsep ini digunakan untuk menciptakan kesetaraan dalam bidang pekerjaan bagi pekerja wanita maupun pria.
Kesetaraan tersebut bisa berupa upah, jam kerja, beban kerja, kenaikan jabatan, dan lain-lain. Tujuannya, yaitu agar tidak ada perbedaan dan diskriminasi di antara keduanya. Sehingga, pekerja wanita dan pria bisa mendapatkan hak yang sama.
Konsep egalitarianisme ini sifatnya fleksibel dan universal, sehingga bisa diterapkan di mana saja. Bagaimana penerapan egalitarianisme dalam Islam? Untuk mengetahuinya, simaklah penjelasannya dalam artikel berikut ini.
Penerapan Egalitarianisme dalam Islam
Islam tidak mengenal sistem kasta. Dalam Islam, semua orang memiliki derajat sama di hadapan Tuhan. Hal yang membedakan hanyalah iman dan takwanya.
ADVERTISEMENT
Dalam Surat Al-Hujarat ayat 13, Allah SWT berfirman yang artinya: “Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.”
Secara tersirat, ayat tersebut menjelaskan tentang egalitarianisme dalam Islam. Artinya, tidak ada perbedaan dan diskriminasi antarumat. Semua orang memiliki kedudukan dan posisi yang sama di hadapan Allah SWT.
Siapa pun berhak mendapatkan perlakuan yang sama, mulai dari pelayanan publik, pemberlakuan hukum Islam, penentuan fatwa, dan lain-lain. Meskipun begitu, para ulama jauh lebih dihormati dibandingkan orang biasa.
Ini karena para ulama memiliki derajat ilmu yang lebih tinggi. Namun, mereka tidak pernah dipandang suci dan jauh dari dosa (maksum) oleh umat Muslim.
ADVERTISEMENT
Menurut Prof. Dr. Mulyadi dalam buku Islam Buat yang Pengen Tahu (2007), pandangan ini berbeda dengan kaum Syiah yang menganggap imam mereka terpelihara dari dosa dan maksiat. Di Syiah, imam dipandang sebagai orang yang paling otoratif dalam pengambilan keputusan, sehingga harus ditaati oleh para pengikutnya.
Semangat egalitarianisme telah banyak disebutkan dalam dalil-dalil shahih. Salah satunya yaitu Surat Al-Baqarah ayat 62 yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang sabi'in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.”
ADVERTISEMENT
Dengan tegas dan lugas, ayat tersebut menjelaskan bahwa yang membedakan kualitas manusia hanyalah derajat iman dan takwa. Secara sederhana, takwa dapat diartikan sebagai sebuah komitmen yang tulus untuk bersikap benar sesuai dengan ajaran Islam.
Setiap Muslim perlu menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kebebasan yang bertanggung jawab, toleran, humanis, dan lain sebagainya. Nilai-nilai tersebut mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaannya di hadapan Allah SWT.
Baca juga: 6 Cara Meningkatkan Iman bagi Umat Islam
(MSD)