Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Penyakit Hati dalam Islam dan Cara Menyembuhkannya
15 Maret 2021 11:55 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 21 Juni 2022 13:30 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Karena sesungguhnya hati diciptakan oleh Allah untuk membawa kebahagiaan sekaligus kebinasaan pada manusia. Rasulullah SAW bersabda:
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
Ingatlah, sesungguhnya di dalam tubuh kalian terdapat segumpal daging; bila ia baik, maka akan baik seluruh badannya. Namun bila ia rusak, akan rusak pula semua tubuhnya. Ingatlah, itu adalah hati. [Muttafaq ‘alaih]
Oleh karena itu, hendaknya seorang Muslim menjauhkan dirinya dari penyakit hati dan senantiasa menjaganya agar tetap suci. Apa saja penyakit hati dalam Islam dan bagaimana cara menyembuhkannya?
Penyakit Hati dalam Islam
Penyakit hati dalam Islam ada banyak jenisnya. Berikut penjelasan tentang beberapa jenis penyakit hati lengkap dengan cara menyembuhkannya yang dikutip dari buku Kiat Mengatasi 8 Penyakit Hati oleh Abdullah Gymnastiar:
ADVERTISEMENT
Orang yang dengki memiliki ciri khusus, yaitu “senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain senang”. Sifat ini dapat mengancam ketenangan jiwa seseorang. Sebab ia akan merasa gelisah dan kesal jika melihat orang lain bahagia.
Penyakit dengki bisa dihindari dan disembuhkan dengan iman dan keyakinan. Meyakini bahwa semua rezeki datangnya dari Allah SWT dan setiap manusia diberikan porsinya sendiri yang tentu beda antara satu dengan yang lainnya.
Dengan menerapkan sikap ini, seorang Muslim akan lebih mesyukuri pemberian Allah dan tidak membandingkan rezekinya dengan yang lain. Ia akan lebih tenang dengan rezeki yang didapatkan.
Jika ingin menjadi insan yang mulia, kendalikanlah marah. Orang yang mudah marah akan jauh dari keberkahan dan keberhasilan hidup.
ADVERTISEMENT
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya ada seseorang berkata kepada Nabi SAW:
"Berilah saya nasihat. Kemudian beliau bersabda, "Janganlah marah." Orang itu terus mengulang-ulang permintaannya dan beliau tetap menjawab, "Janganlah marah." (HR. Bukhari).
Amarah adalah penyakit hati yang bisa membawa banyak mudharat pada diri manusia. Oleh karena itu, hendaknya seorang Muslim senantiasa menjauhkan dirinya dari amarah.
Ketika marah, seorang Muslim dianjurkan untuk mengucapkan “audzubillahiminasy syaithaanirrajiim”. Kemudian diamlah sejenak, jangan bereaksi ketika amarah sedang bergejolak.
Jika marah dalam keadaan berdiri, sebaiknya duduk. Namun jika dengan duduk masih belum reda, cobalah berbaring. Terakhir ambilah air wudhu untuk menenangkan hati yang panas terbakar amarah.
Secara naluriah, setiap manusia pasti senang dipuji dan ingin dilihat hebat oleh orang lain. Namun sikap ini tidak baik dan dilarang dalam Islam.
ADVERTISEMENT
Riya merupakan penyakit hati yang bisa mendatangkan mudharat bagi pelakunya. Bahkan sifat ini dapat menghapuskan pahala amal kebaikan yang telah dilakukan. Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 264:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا ۖ لَا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.
ADVERTISEMENT
Untuk menghindarkan diri dari penyakit riya, seorang Muslim hendaknya menyembunyikan perbuatan baiknya sebagaimana ia menyembunyikan aibnya rapat-rapat.
Cukuplah hanya ia dan Allah yang mengetahuinya. Jika alasan berbuat baik untuk mendapatkan ridho Allah SWT, maka tidak perlu pamer atau riya terhadap orang lain.
(MSD)