Perbedaan Aksara Swara, Aksara Murda, dan Aksara Rekan dalam Bahasa Jawa

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
13 Januari 2023 18:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Aksara Jawa. Foto: Instagram/@bagolleol
zoom-in-whitePerbesar
Aksara Jawa. Foto: Instagram/@bagolleol
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang menyimpan keunikan tersendiri. Salah satu keistimewaan yang dimiliki bahasa ini adalah keberadaan aksara Jawa yang biasa disebut hanacaraka atau honocoroko.
ADVERTISEMENT
Pada zaman dulu, aksara Jawa digunakan dalam penulisan naskah-naskah kuno, kitab, prasasti, tembang Jawa, atau surat. Meski sudah jarang dipakai, huruf yang telah menjadi warisan budaya Jawa ini masih terus dilestarikan sampai sekarang.
Ada beragam jenis aksara Jawa yang diketahui, di antaranya adalah aksara swara, aksara murda, dan aksara rekan. Apa perbedaan ketiganya?

Aksara Swara

Ilustrasi aksara swara. Foto: Maulana Surya/ANTARA FOTO
Aksara swara adalah huruf vokal dalam aksara Jawa. Jumlah huruf aksara swara sama seperti jumlah huruf vokal, yakni lima yang terdiri dari a, e, i, o, dan u.
Mengutip buku Aksara-Aksara di Nusantara: Seri Baca Tulis oleh Ridwan Maulana, aksara swara digunakan untuk menulis bunyi vokal suatu huruf yang dihitung sebagai suku kata sekaligus untuk memperjelas pelafalannya. Aksara ini juga dapat dipakai untuk menulis nama diri atau sesuatu yang dihormati.
ADVERTISEMENT
Aksara swara butuh sandhangan sebagai tanda adanya perubahan atau penambahan bunyi huruf. Sandhangan swara ada lima, yaitu wulu untuk memberi bunyi “i”, suku untuk memberi bunyi “u”, taling untuk memberi bunyi “é”, taling tarung untuk memberi bunyi “o”, dan pepet untuk memberi bunyi “e”.

Aksara Murda

Menulis aksara Jawa di Solo. Foto: Mohammad Ayudha/Antara
Berbeda dengan aksara swara, aksara murda memiliki fungsi layaknya huruf kapital dalam bahasa Indonesia. Aksara yang juga disebut aksara gede ini biasa digunakan pada penulisan nama tempat atau nama orang yang dihormati. Aksara ini berjumlah delapan, yaitu: Na, Ka, Ta, Sa, Pa, Nya, Ga, dan Ba.
Dijelaskan dalam buku Lemuria Adlantis Nusantara, tidak semua aksara mempunyai bentuk murda. Jika suku kata pertama suatu nama tidak memiliki bentuk murda, maka suku keduanya menggunakan murda. Jika suku kata kedua juga tidak punya bentuk murda, suku kata ketiga yang menggunakannya, dan begitu seterusnya.
ADVERTISEMENT
Untuk penulisan nama lebih dari dua kata yang huruf sebelumnya huruf mati, maka di bagian tengah dan akhir bisa menggunakan huruf pasangan murda. Pasangan murda terdiri dari -na -ka, -ta, -sa, -pa, -nya, -ga, dan -ba.

Aksara Rekan

Menulis aksara Jawa. Foto: Mohammad Ayudha/Antara
Aksara rekan merupakan huruf tambahan yang jarang digunakan dalam penulisan bahasa Jawa. Sebab, fungsi utama aksara ini adalah untuk menuliskan aksara konsonan pada kata-kata asing.
Secara khusus, aksara rekan digunakan untuk menulis kata-kata dalam bahasa Arab yang dipertahankan seperti aslinya. Misalnya dalam penulisan nama Ghofur, Dzalika, Fadhil, dan sebagainya.
Terdapat lima huruf beserta pasangannya yang termasuk dalam aksara rekan, yaitu kha, dza, fa/va, za, dan gha. Aksara rekan ditulis dengan menambahkan tanda tambahan berupa tiga titik (cecak telu) pada aksara yang bunyinya paling mendekati dengan bunyi bahasa asing bersangkutan.
ADVERTISEMENT
(ADS)