Konten dari Pengguna

Perbedaan Less Sugar dan Low Sugar dalam Produk Minuman

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
5 Agustus 2024 18:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gula merah dan gula putih. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gula merah dan gula putih. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengurangi asupan gula harian, mulai bermunculan minuman yang berlabel less sugar atau low sugar. Perbedaan less sugar dan low sugar ini harus dipahami agar Anda bisa menyesuaikan jumlahnya dengan kebutuhan gula harian.
ADVERTISEMENT
Merujuk laman American Hearth Association, kebutuhan gula harian laki-laki adalah 37.5 gram atau 9 sendok makan. Sedangkan perempuan membutuhkan 25 gram gula yang setara 6 sendok makan.
Bagi anak-anak, kebutuhan gulanya lebih sedikit lagi. Dijelaskan dalam laman Cleveland Clinic, anak-anak yang berusia 2-18 tahun direkomendasikan untuk mengonsumsi gula kurang dari 25 gram per hari. Sedangkan anak-anak di bawah 2 tahun sebaiknya diberikan gula sesedikit mungkin.

Perbedaan Less Sugar dan Low Sugar

Ilustrasi low sugar dan less sugar. Foto: NIKCOA/Shutterstock
Less sugar dan low sugar sama-sama istilah yang merujuk pada pengurangan takaran gula dalam suatu produk minuman maupun makanan. Namun, jumlah kadar gula yang dikurangi berbeda.
Merujuk Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Nomor 13 Tahun 2016, produk yang dianggap low sugar (rendah gula) tidak boleh mengandung gula lebih dari 5 gram per 100 gram produk padat, atau 2,5 gram per 100 ml produk cair.
ADVERTISEMENT
Sedangkan, less sugar biasa juga disebut reduced sugar. Menurut laman American Heart Association, produk yang berlabel less sugar berarti mengandung gula yang dikurangi sebanyak 25% dari takaran aslinya.
Selain dua istilah itu, di pasaran juga terdapat produk yang kerap diklaim sugar free yang artinya bebas gula. Meski istilahnya demikian, produk tersebut biasanya masih mengandung gula alami atau tambahan dengan kadar kurang dari 0,5 gram.
Jika Anda ingin produk yang benar-benar tidak mengandung gula, carilah yang memiliki label ‘no added sugar’ atau ‘without added sugar’ yang artinya ‘tanpa penambahan gula’.

Risiko Konsumsi Gula Berlebih

Ilustrasi gula. Foto: Shutterstock
Kampanye mengurangi gula semakin masif di seluruh dunia karena konsumsi gula berlebih memang membawa dampak buruk bagi tubuh. Merujuk Healthline dan WebMD, berikut sejumlah dampaknya untuk tubuh.
ADVERTISEMENT

1. Membuat Ketagihan dan Merusak Gigi

Ketika seseorang mengonsumsi gula, di dalam otaknya akan terjadi lonjakan dopamin yang membuat hati senang dan ketagihan. Itulah kenapa kebanyakan orang lebih menginginkan permen dibandingkan buah-buahan.
Konsumsi permen berlebihan dapat membuat gigi rusak. Sebab, bakteri penyebab gigi berlubang suka memakan gula yang tertinggal di mulut setelah seseorang makan sesuatu yang manis.

2. Meningkatkan Risiko Diabetes

Mengonsumsi gula dalam jumlah besar secara tidak langsung dapat meningkatkan risiko diabetes. Ini karena gula berkontribusi dalam penambahan berat badan dan lemak tubuh. Nah, kedua kondisi inilah yang meningkatkan risiko diabetes.
Konsumsi gula berlebihan dalam jangka waktu panjang juga dapat membuat seseorang resisten terhadap insulin, sebuah hormon yang diproduksi pankreas untuk mengatur kadar gula darah. Resistensi insulin menyebabkan kadar gula darah meningkat dan risiko diabetes semakin tinggi.
ADVERTISEMENT

3. Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung

Pola makan yang tinggi gula dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. Ini terbukti dari penelitian berjudul Associations Between Added Sugar Intake and Risk of Four Different Cardiovascular Diseases in a Swedish Population-Based Prospective Cohort Study oleh Suzanne Janzi dkk.
Penelitian tersebut melibatkan lebih dari 25.877 orang dewasa. Hasilnya, individu yang mengonsumsi lebih banyak gula memiliki risiko lebih besar terkena penyakit jantung dan komplikasi koroner dibandingkan individu yang konsumsi gula hariannya sedikit.
(DEL)