Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Perbedaan Nafsu dan Syahwat yang Perlu Diketahui Umat Muslim
30 Januari 2023 14:47 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Allah SWT menciptakan hawa nafsu dalam diri manusia sebagai kekuatan agar ia mau melakukan sesuatu yang berdampak baik bagi dirinya sendiri. Hal ini sebagaimana difirmankan dalam Surat Ali Imran ayat 14 yang artinya:
ADVERTISEMENT
“Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.”
Hawa nafsu erat kaitannya dengan syahwat yang Allah karuniakan kepada manusia. Secara istilah, keduanya memiliki makna yang sama, yakni merujuk pada gairah, kehendak, selera, dan hasrat.
Namun secara hakikat, nafsu dan syahwat memiliki pengertian yang berbeda. Agar lebih memahaminya, berikut penjelasan tentang perbedaan nafsu dan syahwat selengkapnya untuk Anda.
Perbedaan Nafsu dan Syahwat
Perbedaan nafsu dan syahwat telah dikemukakan oleh Imam Ghazali dalam kitabnya. Ia berkata: “Jika kamu bertanya ‘apa perbedaan antara hawa nafsu dan syahwat?’, maka kujawab ‘Secara istilah tidak ada perbedaan. Tetapi yang kumaksud dengan hawa nafsu adalah keinginan yang terpuji, bukan yang tercela. Sebab, nafsu yang terpuji itu berasal dari Allah SWT.
ADVERTISEMENT
Dan hawa nafsu Dia ciptakan dalam diri manusia sebagai sebuah kekuatan agar terdorong melakukan sesuatu yang berdampak baik, untuk kelestarian dirinya spesiesnya, atau keduanya. Sementara syahawat adalah keinginan tercela yang berasal dari nafsu ammarah, yaitu nafsu yang menyuruh manusia melakukan kejahatan.”
Dijelaskan dalam buku Ikhlas: Memurnikan Niat Meraih Rahmat karya Dr. Umar Sulayman (2001), nafsu mempunyai daya untuk memerintah dan melarang. Nafsu akan memenuhi semua permintaan yang disukai dan diinginkan oleh seseorang.
Para ulama mengatakan bahwa orang yang mengumbar nafsu syahwatnya sebenarnya telah memasuki kesesatan yang paling utama. Dalam Surat Al-Qasas ayat 50, Allah SWT berfirman yang artinya:
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti keinginannya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun? Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”
ADVERTISEMENT
Pada hakikatnya, Allah SWT melengkapi manusia dengan kecenderungan terhadap berbagai hal karena ada hikmah di baliknya. Tujuannya yaitu agar manusia terdorong untuk melakukan perbuatan baik, amar ma’ruf nahi munkar.
Semua kecenderungan itu tidaklah tercela, selama diupayakan melalui cara-cara yang dibolehkan syariat. Jika kecenderungan tersebut membuat manusia tenggelam pada kesibukannya dan melupakan Allah SWT, tentu itu tidak bisa dibenarkan.
Macam-Macam Hawa Nafsu
Secara umum, macam-macam nafsu dibagi menjadi tiga jenis, yakni nafsu ammarah, nafsu lawwamah, dan nafsu mutmainnah. Dirangkum dari buku Penyakit-Penyakit Hati susunan Drs. Muhammad Hafiun (2022), berikut penjelasannya:
1. Nafsu lawwamah
Nafu lawwamah dimiliki oleh setiap Muslim yang masih awam. Nafsu ini seringkali membawa rasa penyesalan dalam diri. Misalnya setelah melakukan maksiat, seseorang akan merasa bersalah dan menyesal.
ADVERTISEMENT
Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Qiyamah ayat 3 yang artinya: “Dan aku bersumpah demi jiwa (nafsu) yang banyak menyesali (dirinya sendiri).”
2. Nafsu ammarah
Nafsu ammarah mendorong manusia untuk melakukan perbuatan jahat. Nafsu ini mampu menguasai seluruh jiwa dan raga karena mendapatkan dorongan kuat dari setan. Allah SWT berfirman:
“Karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53)
3. Nafsu mutmainnah
Nafsu mutmainnah membawa perasaan tenang, tentram, dan damai. Nafsu ini dimiliki oleh seorang Mukmin yang memiliki kedekatan khusus dengan Allah SWT. Dalam Surat Al-Fajr ayat 27-28, Allah berfirman: “Wahai jiwa yang tenteram, kembalilah kamu kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai.”
(MSD)