Konten dari Pengguna

Ritual Hari Raya Kuningan dan Maknya bagi Umat Hindu

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
2 Mei 2025 19:53 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ritual Hari Raya Kuningan. Foto: unsplash.com/Ruben Hutabarat
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ritual Hari Raya Kuningan. Foto: unsplash.com/Ruben Hutabarat
ADVERTISEMENT
Hari Raya Kuningan diperingati 10 hari setelah perayaan Hari Suci Galungan. Pada tahun 2025, perayaan ini jatuh pada Sabtu, 3 Mei.
ADVERTISEMENT
Dalam tradisi umat Hindu, Hari Raya Kuningan menjadi penutup dari rangkaian Galungan. Peringatannya diwarnai dengan berbagai ritual khas yang memiliki makna spiritual.
Berbeda dengan Galungan yang dirayakan secara meriah, ritual Hari Raya Kuningan justru berlangsung lebih sederhana. Umat Hindu percaya bahwa Kuningan merupakan hari kembalinya para dewa dan roh leluhur dari bumi.
Lantas, apa saja rangkaian ritual Hari Raya Kuningan yang diyakini umat Hindu? Yuk, simak ulasan lengkapnya berikut ini.

Ritual Hari Raya Kuningan

Ilustrasi ritual Hari Raya Kuningan. Foto: Unsplash/Eyestetix Studio
Runtutan ritual Hari Raya Kuningan biasa dilaksanakan di pura. Dihimpun dari skripsi Makna Hari Raya Kuningan pada Umat Hindu di Pura Khayangan Jagat Kerthi Buana Waylunik Bandar Lampung oleh Agustina Wulandari, UIN Raden Intan Lampung, berikut sederet ritualnya:
ADVERTISEMENT

1. Persiapan

Sebelum ritual Hari Raya Kuningan dilaksanakan, para pemangku dan umat Hindu mempersiapkan segala keperluan upacara. Persiapan awal biasanya dimulai pada hari Jumat yang meliputi penyiapan perlengkapan dan bahan-bahan yang akan digunakan dalam rangkaian upacara.
Bagian penting dari persiapan ini adalah pelaksanaan upacara mecaru, yaitu ritual pembersihan pura agar suci dan layak menjadi tempat pelaksanaan upacara. Upacara ini dilakukan secara gotong-royong oleh para pemangku, panitia, dan umat Hindu lainnya.
Pura harus dalam keadaan bersih dan tertata rapi. Para pemangku dan panitia menyiapkan berbagai perlengkapan, seperti air suci dalam bejana, tikar untuk tempat duduk, serta kain yang dipasang di beberapa titik area pura.
Selain itu, dipasang pula hiasan-hiasan pendukung seperti bunga, janur, dan pengeras suara untuk mendukung jalannya upacara. Di sisi lain, para ibu-ibu turut berperan mempersiapkan sesajen sebagai bagian dari upacara mecaru.
ADVERTISEMENT

2. Pelaksanaan

Hari Raya Kuningan dikenal juga dengan sebutan Tumpek Kuningan. Peringatan ini merupakan momen sakral yang disambut dengan penuh khidmat oleh umat Hindu.
Saat perayaannya berlangsung, umat datang berbondong-bondong ke pura sambil membawa sesajen sebagai bentuk persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Selama upacara berlangsung, umat melantunkan doa-doa berisi permohonan kepada Sang Pencipta. Sebelum melakukan sembahyang, mereka wajib menjalankan asuci laksana, yakni ritual menyucikan diri dengan menjaga perilaku dan menjauhi perbuatan negatif.
Sikap ini penting untuk memastikan hati tetap tenang, bersih, dan tulus dalam bersembahyang, sekaligus menunjukkan penyerahan diri secara penuh kepada Tuhan. Adapun tahap pelaksanaan Hari Raya Kuningan adalah sebagai berikut:
ADVERTISEMENT

3. Penyineban

Pada hari Minggu, sehari setelah perayaan Hari Raya Kuningan, umat Hindu melaksanakan upacara Penyineban sebagai penutup rangkaian ritual suci. Upacara ini menjadi simbolisasi kembalinya para dewa dan leluhur ke alam niskala.
Sebelum upacara dimulai, para ibu menyanyikan kidung-kidung suci yang diiringi alunan gamelan. Ritual ini untuk menciptakan suasana sakral dan penuh keheningan.
Rangkaian Penyineban diawali dengan prosesi Nuur Tirta oleh pandita, yaitu permohonan air suci yang disertai dengan pengucapan mantra-mantra suci. Setelah itu, Pandita menghaturkan sesajen kepada Ida Sang Hyang Widhi sebagai bentuk persembahan dan penghormatan terakhir dalam ritual Kuningan.
Kemudian, umat Hindu melaksanakan sembahyang bersama, dipimpin oleh pandita atau pemangku. Setelah sesi ini, umat menjaga keheningan dan hanya pandita yang mengucapkan doa.
ADVERTISEMENT
Sebagai penutup, pandita bersama umat melakukan prosesi pradaksina, yaitu mengelilingi pura sebanyak tiga kali sambil membawa sesajen, payung, bendera, dan iringan gamelan. Prosesi ini menandai berakhirnya seluruh rangkaian Hari Raya Kuningan.

Makna Hari Raya Kuningan

Ilustrasi Hari Raya Kuningan. Foto: Unsplash
Makna Hari Raya Kuningan sangat penting untuk dipahami sebagai landasan spiritual dalam pelaksanaannya. Mengutip buku Character Building III: Relasi dengan Tuhan oleh Gea dkk, Hari Raya Kuningan merupakan simbol kemenangan dharma (kebenaran) atas adharma (kebatilan).
Dikenal juga dengan sebutan Tumpek Kuningan, hari raya ini mengajarkan umat Hindu untuk melakukan instrospeksi diri, meningkatkan kesadaran batin, serta menjaga pikiran dan perilaku agar terhindar dari mara bahaya dan godaan negatif.
ADVERTISEMENT
Dalam kepercayaan umat Hindu, para Dewa dan Bhatara masih hadir di bumi hingga tengah hari saat Kuningan berlangsung. Itu mengapa, seluruh rangkaian sembahyang dan persembahan dilakukan sebelum siang sebagai bentuk penghormatan dan pemujaan yang sepenuh hati kepada para Dewa dan leluhur.
(NSF)