Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.97.1
Konten dari Pengguna
Riwayat Militer Sultan Hamid II, Sosok Pembuat Lambang Negara Garuda Pancasila
29 Juni 2020 11:33 WIB
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Ilustrasi Riwayat Militer Sultan Hamid II, Sosok Pembuat Lambang Negara Garuda Pancasila foto: Instagram @pontianaksejarah](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1593401197/dlbbh29qxkb6zemkjues.jpg)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sultan Hamid II lahir pada 12 Juli 1913 di Pontianak, Kalimantan Barat. Ia adalah putra sulung Sultan ke-6 Pontianak yang berdarah Arab – Indonesia.
Rekam jejak militer Sultan Hamid II berawal dari pendidikan di Koninklijke Militaire Academia (KMA) di Breda, Belanda. Ia menamatkan pendidikannya tersebut dengan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.
Setelah lulus, Sultan Hamid II dilantik sebagai perwira Koninklijke Nederlands (ch) – Indische Leger (KNIL) dengan pankat letnan dua pada tahun 1937. Selama berkarier di dunia militer, Sultan Hamid II banyak bertugas di berbagai wilayah Indonesia, mulai dari Malang, Bandung, Balikpapan hingga beberapa daerah lainnya di Pulau Jawa.
Di akhir masa penjajahan Jepang akibat serangan Sekutu, Sultan Hamid memasuki babak baru dalam karier militernya. Pada 10 Maret 1942, ia diberikan kenaikan pangkat menjadi kolonel. Kala itu, pangkat kolonel dikatakan sebagai pangkat tertinggi yang diberikan kepada pemuda Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada Oktober 1945, Sultan Hamid mulai memasuki dunia politik. Ia diangkat menjadi Sultan Pontianak menggantikan ayahnya. Dengan ini gelar Sultan Hamid II pun diberikan.
Menjalankan pemerintahan Kalimantan Barat, Sultan Hamid turut aktif dalam berbagai perundingan bersejarah. Ia pernah terlibat dalam Majelis Pemusyarawatan Federal (BFO) hingga IJC dan KMB di Indonesia dan Belanda.
Terakhir, karier politiknya berlabuh di kementerian kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS) pimpinan Perdana Menteri Mohammad Hatta. Kala itu, ia menjabat sebagai Menteri Negara Zonder Portofolio. Salah satu tugasnya adalah merencanakan, merancang, dan merumuskan gambar lambang negara.
Karier Sultan Hamid II diketahui berakhir ketika namanya dikabarkan terkait dengan kudeta yang dianggap ingin membunuh Menteri Pertahanan RI Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Kudeta yang diketahui dijalankan bersama Westerling di tahun 1950 itu pun membuat Sultan Hamid II diadili dan dijatuhi hukuman 10 tahun penjara.
ADVERTISEMENT
(RDR)