Konten dari Pengguna

Teori Masuknya Islam ke Indonesia dan Cara Penyebarannya Menurut Sejarah

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
19 September 2023 9:39 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi teori masuknya Islam ke Indonesia. Foto: :Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi teori masuknya Islam ke Indonesia. Foto: :Pixabay
ADVERTISEMENT
Proses masuknya Islam ke Nusantara menjadi perdebatan di kalangan ahli dan sejarawan. Alhasil, terdapat berbagai teori masuknya Islam ke Indonesia yang berkembang di kalangan masyarakat hingga kini.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Ensiklopedia Lengkap Indonesia oleh Adi Sudirman, Islam diperkirakan masuk ke Indonesia pada abad ke-13. Penyebaran Islam dilakukan melalui jalur perdagangan dan pelayaran, perkawinan, pendidikan, juga kesenian.
Setidaknya ada empat teori yang memiliki pendapat berbeda tentang dari mana Islam masuk ke Indonesia. Apa saja teori tersebut?

Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Ilustrasi perkembangan Islam di Indonesia. Foto: Pixabay
Berikut teori masuknya Islam ke Indonesia yang disertai dengan berbagai bukti dan fakta pendukung:

1. Teori Gujarat

Teori ini pertama kali dicetuskan oleh ilmuwan Belanda bernama J. Pijnappel. Ia berpendapat yang membawa agama Islam ke Indonesia bukan orang Arab langsung, melainkan pedagang Gujarat (India) yang memeluk agama Islam dan berdagang ke Indonesia.
Teori tersebut kemudian disebarkan oleh seorang orientalis terkemuka Belanda, Snouck Hurgronje. Menurutnya, perkembangan Islam dimulai dari kota-kota pelabuhan Anak Benua India. Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka hubungan dagang dengan Indonesia dibandingkan pedagang Arab.
ADVERTISEMENT
Dalam pandangannya, kedatangan Arab justru terjadi pada masa berikutnya. Mereka yang datang ke Indonesia kebanyakan adalah keturunan Nabi Muhammad bergelar “sayyid” atau “syarif”.
Kemudian, teori Gujarat dikembangkan oleh J.P Moquetta yang membawa bukti berupa batu nisan Sultan Malik as-Saleh. Menurutnya, batu nisan yang ditemukan di Pasai ini dan makam Maulana Malik Ibrahim punya bentuk yang sama dengan nisan yang ada di Kambay, Gujarat.
Ia pun menarik kesimpulan bahwa batu nisan tersebut diimpor dari Gujarat atau dibuat oleh orang Gujarat.

2. Teori Persia

Teori ini mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah Persia (Iran). Teori Persia dicetuskan oleh Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten.
Menurut pendapatnya, budaya dan tradisi masyarakat Persia dan Indonesia memiliki sejumlah kesamaan. Misalnya tradisi memperingati 10 Muharram atau Asyura yang dikenal dengan tradisi tabut di Pariaman, Sumatera Barat. Istilah tabut diambil dari bahasa Arab yang diterjemahkan melalui bahasa Persia.
ADVERTISEMENT
Kemudian, ada pula kesamaan antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah dengan ajaran sufi Al-Hallaj dari Persia. Keduanya tewas dihukum penguasa setempat karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan ketauhidan Islam.
Bukti lain yang menguatkan teori masuknya Islam ke Indonesia ini adalah kesamaan seni pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia. Banyaknya umat Muslim di Indonesia yang menganut mazhab Syafi’i, seperti masyarakat Muslim Iran juga menjadi bukti lainnya.

3. Teori Makkah

Ilustrasi perkembangan Islam di Indonesia. Foto: Pixabay
Haji Abdul Karim Amrullah alias HAMKA merupakan tokoh yang pertama kali memperkenalkan teori ini. Ulama sekaligus sastrawan Indonesia itu menyebutkan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia tidak lain adalah langsung dari Makkah atau Arab pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M.
ADVERTISEMENT
Bukti yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab. Menurutnya, motivasi awal kedatangan bangsa Arab ke Indonesia memang dari semangat penyebaran Islam yang mereka miliki, bukan dilandasi oleh nilai-nilai ekonomi.

4. Teori China

Menurut teori China, masuknya Islam ke Indonesia, khususnya ke tanah Jawa, merupakan hasil dari hubungan perdagangan antara perantau China dengan masyarakat Indonesia pada masa Hindu-Buddha.
Sebelumnya, ajaran tersebut telah menyebar terlebih dahulu di China pada abad ke-7 M. Ini bisa dilihat dari adanya pemukiman Islam di daerah Kanton, Zhang-zho, Quanzho, dan pesisir China. Kemudian, para perantau China membawa ajaran Islam ke Indonesia lewat jalur perdagangan.
Bahkan, menurut sejumlah sumber lokal (babad dan hikayat), tertulis bahwa raja Islam pertama di Jawa, yaitu Raden Patah, merupakan keturunan China. Sang ibu diketahui berasal dari Campa, China bagian selatan (sekarang termasuk Vietnam).
ADVERTISEMENT
Nama dan gelar raja Demak beserta leluhurnya pun menggunakan istilah China, seperti Cei Ko Po, Jin Bun, Cun Ceh, Cek Ban Cun, dan Cu-cu. Sementara itu, nama seperti Moechoel dan Munggul merupakan kata lain dari Mongol. salah satu wilayah di China bagian utara.
Adanya masjid-masjid tua berarsitektur Tiongkok yang didirikan di berbagai tempat juga menjadi bukti pendukung teori China. Selain itu, menurut catatan-catatan China, pelabuhan penting sepanjang abad ke-15 seperti Gresik diduduki oleh pelaut dan pedagang dari China.
Keempat teori masuknya Islam ke Indonesia di atas memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri. Tidak ada kepastian yang jelas mana teori yang benar dan mana yang salah.

Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia Menurut Catatan

Ilustrasi sejarah Islam. Foto: Pixabay
Banyak catatan sejarah yang menyebutkan bagaimana Islam bisa masuk ke Indonesia. Dirangkum dari buku Sejarah untuk Kelas XI tulisan Nana Supriatna, berikut di antaranya:
ADVERTISEMENT

1. Keterangan dari Pedagang Arab

Berita-berita dari bangsa asing menunjukkan bahwa bangsa Arab dan Persia telah mengenal kerajaan maritim Sriwijaya pada abad ke-9. Abad ini merupakan waktu di mana orang-orang Islam mulai menguasai jalur dagang laut ke arah timur.
Menurut keterangan Ibnu Hordadzbeth, pedagang Sulayman, Ibnu Rosteh, dan ahli geografis Mas’udi, Kerajaan Sriwijaya berada di bawah kekuasaan Raja Zabag yang menguasai jalur dagang dengan Kerajaan Oman. Dari Sriwijaya, para pedagang mendapatkan berbagai komoditas, seperti kayu, gading, timah, dan rempah-rempah.
Di antara pedagang-pedagang tersebut adalah orang Arab dan Persia yang telah beragama Islam. Selain kontak bisnis, dipercaya bahwa terjadi pula kontak budaya dan agama dari interaksi antarpedagang.

2. Keterangan dari Marcopolo

Marcopolo merupakan salah seorang penjelajah dunia paling terkenal. Pada tahun 1292, ia melakukan perjalanan pulang dari China menuju Persia dan singgah di Perlak, Aceh.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan keterangannya, sudah ada kerajaan Islam di Tumasik dan Samudra Pasai kala itu. Kedua kerajaan ini menguasai perdagangan di Selat Malaka dan memiliki pelabuhan-pelabuhan dagang untuk mengekspor lada ke Gujarat dan Benggala, serta menampung barang dari pelabuhan di Jawa.
Karena itu, pelabuhan-pelabuhan ini banyak dikunjungi pedagang dari Gujarat, Benggala, dan Jawa. Lewat interaksi inilah Islam mulai berkembang di wilayah tersebut. Bahkan, salah satu pelabuhan terbesar di jalur perdagangan itu berkembang menjadi kerajaan Islam besar, yaitu Kesultanan Malaka.

3. Berita dari Tome Pires

Seseorang berkebangsaan Portugis yang bernama Tome Pires memberitakan bahwa Pelabuhan Malaka ramai dikunjungi pedagang dari Barat, Timur, dan Nusantara.
Sambil menunggu proses pengangkatan barang ke kapal dan menunggu musim baik untuk berlayar, pedagang-pedagang tersebut menetap sementara waktu di Kota Malaka.
ADVERTISEMENT
Bertemunya pedagang dari negeri Arab, Persia, Gujarat, dan Benggala dengan pedagang dari Indonesia menyebabkan adanya pertukaran pengalaman, kebudayaan, dan peradaban. Dari sinilah agama Islam menyebar ke seluruh penduduk yang tinggal di sekitar pelabuhan dan pesisir.

4. Keterangan dari Batu Nisan Sultan-Sultan Islam

Peninggalan batu nisan sultan-sultan Indonesia menjadi salah satu bukti kuat mengenai pengaruh Islam yang masuk ke Nusantara. Bentuk dan tulisan yang tertera di atasnya membuktikan bahwa pengaruh Gujarat dan Benggala cukup dominan dalam kebudayaan Islam di Indonesia.
Pedagang Indonesia yang berdagang di Malaka memang lebih banyak berhubungan dengan pedagang dari Arab atau Persia. Karena itu, pengaruh kebudayaan Islam dari Gujarat pun lebih besar ketimbang pengaruh dari kalangan pedagang Arab dan Persia.
ADVERTISEMENT

Cara Penyebaran Islam di Indonesia

Ilustrasi peninggalan sejarah Islam di Indonesia. Foto: Pixabay
Penyebaran Islam di Indonesia tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui proses yang damai, responsif, dan proaktif. Itu mengapa masyarakat Indonesia yang belum memeluk Islam mudah tertarik dengan agama dan kebudayaan ajaran ini.
Mengutip buku Modul Pembelajaran SMA Sejarah Indonesia oleh Mariana, M.Pd., cara penyebaran Islam di Indonesia dilakukan melalui beberapa jalur, seperti:

1. Perdagangan

Ini merupakan jalur penyebaran Islam yang paling awal dalam tahap Islamisasi. Penyebaran Islam lewat jalur ini diperkirakan dimulai pada abad ke-7 M melalui pedagang-pedagang Arab, Persia, dan India.
Penyebaran Islam melalui jalur perdagangan melibatkan hampir semua kelompok masyarakat, mulai dari raja, birokrat, bangsawan, masyarakat kaya, sampai rakyat menengah ke bawah. Prosesnya dipercepat dengan runtuhnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha.
ADVERTISEMENT

2. Perkawinan

Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap perdagangan. Para pedagang yang datang lama-kelamaan menetap hingga terbentuklah perkampungan yang dikenal dengan nama pekojan.
Selanjutnya, mereka membentuk keluarga dengan penduduk setempat dengan cara menikah. Sebelum menikah, penduduk lokal yang belum beragama Islam harus memeluk agama ini terlebih dahulu. Setelah itu, penyebaran Islam semakin berjalan lancar dengan adanya keluarga yang menghasilkan keturunan-keturunan Muslim.

3. Pendidikan

Para ulama, kiai, dan guru agama berperan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam. Tokoh-tokoh tersebut memberi pendidikan melalui pondok pesantren bagi para santrinya. Dari para santri inilah Islam mulai dikenal di tengah masyarakat.
Pesantren yang berdiri pada masa perkembangan Islam di Jawa antara lain Pesantren Sunan Giri di Giri dan Pesantren Sunan Ampel di Surabaya. Kala itu, terdapat berbagai kiai dan ulama yang dijadikan guru agama atau penasihat agama di kerajaan-kerajaan.
ADVERTISEMENT

4. Kesenian

Ilustrasi penyebaran Islam melalui kesenian. Foto: Pixabay
Penyebaran Islam melalui kesenian dilakukan melalui seni bangunan, seni pahat atau ukir, musik, tari, dan sastra. Namun, seni yang paling efektif dalam menyebarkannya adalah pertunjukan wayang dan musik.
Salah satu tokoh yang aktif menyebarkan Islam melalui pertunjukan Islam adalah Sunan Kalijaga. Cerita wayang diambil dari kisah Mahabarata dan Ramayana, tetapi Sunan Kalijaga menyelipkan beberapa pahlawan dan simbol-simbol Islam.
Ada banyak simbol Islam yang dituturkan Sunan Kalijaga pada pengikutnya. Salah satunya panah kalimasada, senjata paling ampuh yang dihubungkan dengan kalimat syahadat.
Sementara, penyebaran melalui seni musik banyak dilakukan oleh Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Sunan Bonang menciptakan banyak nyanyian populer, sedangkan Sunan Drajat memainkan gamelan dan gending yang berisi syair-syair Islam.
ADVERTISEMENT

5. Politik

Kekuasaan raja berperan penting dalam penyebaran Islam di Indonesia. Ketika seorang raja memeluk Islam, secara tidak langsung rakyatnya juga akan mengikuti.
Setelah Islam tumbuh di masyarakat, kepentingan politik pun dilaksanakan melalui perluasan wilayah kerajaan yang diikuti dengan penyebaran agama.

6. Tasawuf

Tasawuf merupakan ajaran untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah dengan tujuan membangun koneksi dengan-Nya dan memperoleh ridha-Nya. Tasawuf berperan dalam membentuk kehidupan sosial bangsa Indonesia pada masa pertumbuhan Islam.
Bukti-buktinya dapat diketahui dari sejarah Banten, babad Tanah Jawi, dan hikayat raja-raja Pasai. Ajaran tasawuf ini mulai masuk ke Indonesia sekitar abad ke-13, tetapi baru berkembang pesat sekitar abad ke-17.
ADVERTISEMENT
(ADS)