Warna Liturgi Rabu Abu dan Makna di Baliknya bagi Umat Katolik

Berita Hari Ini
Menyajikan informasi terkini, terbaru, dan terupdate mulai dari politik, bisnis, selebriti, lifestyle, dan masih banyak lagi.
Konten dari Pengguna
22 Februari 2023 9:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seorang penganut agama Kristen diberikan tanda salib di dahi selama kebaktian Rabu Abu di gereja Saint Anthony di Hyderabad pada Rabu (2/3). Foto: Noah Seelam/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang penganut agama Kristen diberikan tanda salib di dahi selama kebaktian Rabu Abu di gereja Saint Anthony di Hyderabad pada Rabu (2/3). Foto: Noah Seelam/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Umat Katolik di seluruh dunia tengah memperingati Rabu Abu atau Ash Wednesday pada hari ini, Rabu (22/2). Warna liturgi Rabu Abu pun mendominasi hari tanda penyesalan, perkabungan, dan pertobatan manusia tersebut.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Hari Raya Liturgi Sejarah dan Pesan Pastoral Gereja oleh Rasid Rachman, warna liturgi adalah tanda siklus gereja dan peristiwa gerejawi. Berbagai atribut mulai dari pakaian, banner, spanduk, hingga taplak altar didominasi oleh warna liturgi dari peristiwa bersangkutan.
Setiap momen penting dalam ajaran Katolik memiliki warna liturgi yang berbeda-beda. Lalu, apa warna liturgi Rabu Abu dan apa maknanya?

Warna Liturgi Rabu Abu

Pangeran Xavier, seorang imam Katolik, memimpin misa selama kebaktian Rabu Abu di gereja Saint Anthony di Hyderabad pada Rabu (2/3). Foto: Noah Seelam/AFP
Rabu Abu merupakan awal masa Prapaskah yang menandai masuknya umat ke dalam masa tobat 40 hari sebelum Paskah. Mengutip laman J. Oliver Buswell Library, Rabu Abu umumnya dilambangkan dengan warna ungu atau violet.
Selama masa Rabu Abu, pastor, misdinar, diakon dan prodiakon, serta petugas misa mengenakan busana berwarna ungu. Berbagai ornamen di gereja pun didominasi dengan warna tersebut.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan dalam buku Dasar-Dasar Liturgi, warna ungu merupakan simbol kebijaksanaan, keseimbangan, sikap hati-hati, dan wawas diri. Itu sebabnya warna ini dipilih untuk ibadat tobat, masa Adven, serta masa Prapaskah yang diawali dengan Rabu Abu.
Pada masa-masa tersebut, semua umat Nasrani diundang untuk bertobat dan mempersiapkan diri untuk perayaan agung Natal atau Paskah. Pakaian serba ungu yang dikenakan para umat pada perayaan Rabu Abu menjadi wujud kesiapan atas peringatan momen spesial tersebut.
Warna ungu juga dipandang sebagai lambang kesedihan dan ketenangan. Dalam tradisi Katolik, warna yang dipakai menjelang Paskah berkaitan erat dengan kisah sengsara dan wafatnya Yesus Kristus. Dikisahkan para prajurit memakaikan Yesus jubah ungu serta mahkota dari anyaman duri.
Tak hanya menjadi warna liturgi Rabu Abu, warna ungu juga identik dengan beberapa momen penting lainnya. Mulai dari masa Adven, ibadat harian, maupun misa arwah.
ADVERTISEMENT
Umat Katolik menghadiri misa selama kebaktian Rabu Abu di Basilika Katedral St. Thomas di Chennai pada Rabu (2/3). Foto: ARUN SANKAR/AFP
Selain ungu, ada pula yang menggunakan warna hitam atau merah sebagai simbol untuk memperingati Rabu Abu. Namun, warna merah lebih sering muncul untuk Pekan Suci yang dimulai dengan Minggu Palma.
Sedangkan, warna hitam yang menjadi alternatif warna liturgi Rabu Abu merupakan lawan warna putih yang identik dengan kegelapan, ketiadaan, pengorbanan, serta lambang kesedihan dan kedukaan. Penggunaan warna hitam tidak mutlak dan biasanya jarang digunakan.
Setelah masa Rabu Abu selesai, umat Nasrani akan memasuki masa Prapaskah yang juga ditandai dengan warna liturgi ungu. Begitu pula pada masa setelahnya, yakni Minggu Palma atau Pekan Suci, di mana ungu menjadi warna liturgis alternatif untuk menggantikan warna merah.
ADVERTISEMENT
Warna merah sendiri menggambarkan penumpahan darah Tuhan Yesus yang berkorban demi kehidupan umat-Nya di dunia. Pada perayaan Paskah, barulah gereja menggunakan warna liturgi putih.
(ADS)