Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Warna Liturgi Rabu Abu dan Makna di Baliknya bagi Umat Katolik
22 Februari 2023 9:22 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Hari Ini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Umat Katolik di seluruh dunia tengah memperingati Rabu Abu atau Ash Wednesday pada hari ini, Rabu (22/2). Warna liturgi Rabu Abu pun mendominasi hari tanda penyesalan, perkabungan, dan pertobatan manusia tersebut.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Hari Raya Liturgi Sejarah dan Pesan Pastoral Gereja oleh Rasid Rachman, warna liturgi adalah tanda siklus gereja dan peristiwa gerejawi. Berbagai atribut mulai dari pakaian, banner, spanduk, hingga taplak altar didominasi oleh warna liturgi dari peristiwa bersangkutan.
Setiap momen penting dalam ajaran Katolik memiliki warna liturgi yang berbeda-beda. Lalu, apa warna liturgi Rabu Abu dan apa maknanya?
Warna Liturgi Rabu Abu
Selama masa Rabu Abu, pastor, misdinar, diakon dan prodiakon, serta petugas misa mengenakan busana berwarna ungu. Berbagai ornamen di gereja pun didominasi dengan warna tersebut.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan dalam buku Dasar-Dasar Liturgi, warna ungu merupakan simbol kebijaksanaan, keseimbangan, sikap hati-hati, dan wawas diri. Itu sebabnya warna ini dipilih untuk ibadat tobat, masa Adven, serta masa Prapaskah yang diawali dengan Rabu Abu.
Pada masa-masa tersebut, semua umat Nasrani diundang untuk bertobat dan mempersiapkan diri untuk perayaan agung Natal atau Paskah. Pakaian serba ungu yang dikenakan para umat pada perayaan Rabu Abu menjadi wujud kesiapan atas peringatan momen spesial tersebut.
Tak hanya menjadi warna liturgi Rabu Abu, warna ungu juga identik dengan beberapa momen penting lainnya. Mulai dari masa Adven, ibadat harian, maupun misa arwah.
ADVERTISEMENT
Selain ungu, ada pula yang menggunakan warna hitam atau merah sebagai simbol untuk memperingati Rabu Abu. Namun, warna merah lebih sering muncul untuk Pekan Suci yang dimulai dengan Minggu Palma.
Sedangkan, warna hitam yang menjadi alternatif warna liturgi Rabu Abu merupakan lawan warna putih yang identik dengan kegelapan, ketiadaan, pengorbanan, serta lambang kesedihan dan kedukaan. Penggunaan warna hitam tidak mutlak dan biasanya jarang digunakan.
Setelah masa Rabu Abu selesai, umat Nasrani akan memasuki masa Prapaskah yang juga ditandai dengan warna liturgi ungu. Begitu pula pada masa setelahnya, yakni Minggu Palma atau Pekan Suci, di mana ungu menjadi warna liturgis alternatif untuk menggantikan warna merah.
ADVERTISEMENT
Warna merah sendiri menggambarkan penumpahan darah Tuhan Yesus yang berkorban demi kehidupan umat-Nya di dunia. Pada perayaan Paskah, barulah gereja menggunakan warna liturgi putih.
(ADS)