Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Kami Mendatangi Flyover Jakarta dan Berjumpa Asmara di Atasnya
12 Juli 2019 15:21 WIB
Diperbarui 22 Juli 2019 16:40 WIB
Tulisan dari Berita Heboh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Selasa (9/7) sore itu matahari tenggelam tanpa menampakkan wujudnya. Bola cahaya merah itu larut di balik awan mendung yang menggelayut di atas flyover (jembatan layang) Pasar Rebo, Jakarta Timur. Rintik hujan jatuh berderai di atas aspal lalu dilindas roda kendaraan yang ditumpangi orang yang berpacu pulang ke rumah.
ADVERTISEMENT
Para pedagang mulai berdatangan mendorong gerobak ke pagar flyover. Mereka berhenti di titik masing-masing yang menjadi lapak mangkal pada hari-hari sebelumnya. Pedagang rokok, minuman, batagor, dan pedagang buah potong hadir di sana. Seperempat ruas jembatan layang tiba-tiba berubah menjadi pasar dadakan.
Sejumlah pemotor yang melintas pun mulai menepi. Semuanya adalah pasangan ABG yang hendak beristirahat di sana. Para penikmat sore. Motor diparkir di sela-sela para pedagang.
Berita Heboh menghampiri sepasang muda-mudi yang tengah pacaran itu. Sebelum memperkenalkan diri, kami disambut semerbak wangi parfum si perempuan. Wangi itu beradu dengan bau pesing yang juga meruap dari pinggiran beton yang memagari tepian flyover.
Lana (22), laki-laki yang kami temui jelang malam itu, mengaku sengaja mengajak kekasihnya menongkrong di flyover Pasar Rebo. Dia menceritakan, sang kekasih, Eva (19), saat itu tengah merajuk alias ngambek. Oleh karenanya, ia mengajak sang kekasih untuk jalan-jalan, menyaksikan secuil lanskap Jakarta di malam hari dari atas flyover Pasar Rebo.
ADVERTISEMENT
"Di sini suasananya adem. Bisa sambil menyaksikan langit, lampu-lampu, juga lalu-lalang kendaraan. Ngajakin dia (Eva) nih, lagi ngambek," tutur Lana.
Di atas flyover, Lana menceritakan kenangannya semasa pendekatan dengan Eva. Raut wajah Lana tampak bersemangat, sedang Eva terlihat malu dan menyembunyikan wajahnya di balik punggung sang kekasih. Rupanya mereka berkenalan di flyover itu juga.
Sepasang muda-mudi lain duduk berdempetan di atas sebuah jok sepeda motor matic. Motor seperti berebut tempat dengan gerobak penjual buah potong. Kedua remaja itu mengenakan baju couple, kombinasi warna merah dan putih. Sweet.
Tidak hanya duduk berdempetan, beberapa kali si laki-laki tampak merangkul si perempuan yang mengenakan jilbab cokelat. Dari jarak lima meter di belakang, terdengar cukup jelas mereka bercanda, tertawa, sesekali cekikikan.
ADVERTISEMENT
Baca Juga:
Bising lalu-lalang kendaraan, juga klakson yang bersahut-sahutan di bawah flyover, tak menjadi masalah bagi pasangan yang sepertinya tengah dimabuk asmara itu. Pun ketika sekelompok pengamen ondel-ondel melintas di belakangnya.
"Norak! Pacaran kok di atas flyover," kata salah satu pengamen, setelah pasangan muda-mudi itu tidak menggubris kehadirannya yang menyodorkan sebuah kaleng putih, bekas wadah cat.
"Kalau mau pacaran, ya, di hotel saja," timpal kawan pengamen satunya.
Sejoli itu tidak merespons. Setelah pengamen berlalu, pasangan itu tampak saling pandang. Sesaat kemudian, si perempuan menempelkan telapak tangannya di pipi sang kekasih. Syahdu betul.
ADVERTISEMENT
Malam semakin menyelimuti Jakarta. Sisa gerimis dan angin musim kemarau menyisakan hawa dingin. Namun, flyover yang dibangun pada awal Januari 2005 itu justru semakin ramai. Kebanyakan dari mereka adalah sejoli muda-mudi. Mereka tampak asyik bercengkerama di bawah temaram sinar lampu jalan. Sebagaimana Lana dan Eva, kami coba menghampiri sepasang muda-mudi lainnya.
Adalah Rizal, remaja yang kini usianya 17 tahun. Dia merupakan salah satu siswa SMA di Kramatjati, Jakarta Timur. Bukan dengan pacar, ia datang bersama remaja perempuan yang baru menjalin kedekatan dengannya belum lama ini.
"Saya Bela," kata remaja perempuan itu, memperkenalkan diri.
Alasan Rizal mengajak Bela nongkrong di flyover Pasar Rebo, agar bisa mengobrol dengan leluasa sembari menikmati pemandangan sekitar jembatan layang tersebut. Meski cukup bising, remaja yang tinggal di Kelurahan Dukuh, Kramatjati itu tetap menikmatinya.
ADVERTISEMENT
Justru kebisingan itu menjadi jeda kapan dia harus bicara, kapan dia harus diam dan berpikir untuk mengutarakan maksud hatinya. Sebelum keduanya beradu pandang lalu tersenyum sipu.
"Bagus kok (pemandangannya). Enak kalo lihat sebelah sono," ungkap Rizal, sembari menunjuk arah timur flyover.
Pemandangan di sisi timur flyover Pasar Rebo pada malam hari memang cukup menarik . Cahaya lampu kendaraan yang terjebak kemacetan dari arah terminal Kampung Rambutan, hingga bawah flyover menjadi pemandangan yang harmonis. Pemandangan itu berpadu dengan gedung-gedung beserta kerlip lampu kota.
Rizal mengaku pacaran di flyover membuatnya tak akan kehabisan bahan omongan. Alih-alih mengutuk kemacetan, Rizal justru menertawakannya. Dari atas flyover sana, Rizal menikmati Jakarta dengan segala keruwetannya.
ADVERTISEMENT
Bahkan, ketika beberapa petugas Satuan Polisi Pramong Praja atau Satpol PP datang ke lokasi sekalipun. Sebab, kehadiran para petugas hanya untuk menertibkan para pedagang bandel yang tetap nekat berjualan. Padahal sudah ada larangan berjualan di flyover.
"Saya juga sering melihat drama antara pedagang dengan Satpol PP yang melakukan penertiban. Saat petugas datang, para pedagang akan mendorong gerobak lapaknya turun. Begitu petugas pergi, mereka (para pedagang) akan kembali lagi ke atas," ungkap Rizal.
Namun, Rizal juga tidak menampik jika dirinya kerap dihampiri rasa khawatir. Sebab, ramainya kendaraan yang melintas dengan kecepatan tinggi bisa saja menjadi musibah. Belum lagi kekhawatiran pada persoalan kriminal seperti, pemalakan, pencopetan, dan sebagainya. Tapi sekali lagi, hal-hal semacam itu tak digubrisnya.
ADVERTISEMENT
"Nyaman sih. Cuman ya kadang khawatir kalau misal ada orang yang resek," jelas Rizal.
Tak ada yang tahu persis, kapan flyover marak menjadi tempat nongkrong favorit di Jakarta. Tak hanya flyover Pasar Rebo, kami juga sempat mengunjungi flyover Kalibata, dan Depok Baru. Yang pasti, hadirnya fenomena itu menjadi magnet bagi puluhan pedagang kaki lima.
Langit malam semakin pekat. Udara jalanan semakin sesak oleh debu dan asap knalpot kendaraan. Di tepian pagar flyover, bau pesing masih meruap tapi gagal mengusik para sejoli yang asyik menikmati dunia yang seolah jadi milik mereka berdua.
(zhd)
Baca lebih banyak informasi mengenai berita artis/berita heboh/info bola/dan lifehack lebih nyaman di aplikasi kumparan.
Download aplikasi Android di sini.
ADVERTISEMENT
Download aplikasi iOS di sini.