Marsan, Kusir Delman yang 26 Tahun Rawat Ratusan Orang Gangguan Jiwa

Berita Heboh
Membicarakan apa saja yang sedang ramai.
Konten dari Pengguna
26 Juni 2019 16:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Heboh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Marsan Susanto, kusir delman yang dirikan panti untuk orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ (Foto: Tangkapan layar YouTube/Froyonion)
zoom-in-whitePerbesar
Marsan Susanto, kusir delman yang dirikan panti untuk orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ (Foto: Tangkapan layar YouTube/Froyonion)
ADVERTISEMENT
Selama puluhan tahun, Marsan Susanto berbaur dengan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Pria kelahiran 1971 itu merupakan pendiri Panti Gangguan Jiwa Fajar Berseri yang berada di daerah Tambun Selatan, Bekasi. Di balik panti yang kini dihuni ratusan pasien OGDJ, ada kisah perjuangan yang tidak semua orang mampu menjalaninya.
ADVERTISEMENT
Melansir unggahan video YouTube dalam channel Froyonion, Rabu (26/6), kisah itu bermula ketika Marsan tengah bekerja sebagai kusir delman. Di sebuah tempat pembuangan sampah, Marsan berhari-hari melihat ada ODGJ di tempat tersebut, seolah menetap di sana. Suatu ketika, pada sore hari ia melihat orang tersebut makan makanan yang didapat dari tempat sampah. Padahal makanan tersebut sudah digerumuti lalat.
Merasa prihatin, Marsan pun memutuskan untuk mengajak orang tersebut pulang ke rumahnya.
"Saya bawa pulang, saya mandikan, saya cukur rambutnya yang gimbal," kata Marsan.
Menjelang magrib, Marsan mengatakan kepada istrinya untuk meminta izin merawat ODGJ tersebut untuk sementara waktu di rumahnya. Sang istri pun tidak menampik kekhawatirannya akan suatu hal yang mungkin terjadi. Ia beranggapan keinginan suaminya itu cukup berisiko.
ADVERTISEMENT
Marsan sempat merasa dilema. Ia hanya bisa diam, hingga akhirnya Marsan meminta OGDJ yang dibawanya tersebut bermalam di atas loteng rumahnya. Hanya saja, kekhawatiran akan terjadinya sesuatu pun tetap menghantui pikiran Marsan. Akhirnya Marsan tidak tidur semalaman untuk mengawasinya.
Keesokan harinya, Marsan mengajak OGDJ tersebut mencari rumput. Meski demikian, kekhawatirannya pun masih tetap menghinggapi. Terlebih, orang tersebut masih tetap tidak mau bicara. Sorot matanya yang tajam membuat Marsan merasa takut.
Marsan kemudian memberikan nama Boy untuk orang tersebut. Seiring berjalannya waktu, Boy pun sedikit demi sedikit sudah mulai mau berbicara. Hingga akhirnya, setelah hampir dua bulan waktu berlalu, Boy pun mengatakan bahwa namanya adalah Rudi.
"Sudah menginjak hampir 2 bulan, dia baru mengatakan bahwa namanya Rudi," ungkap Marsan.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya nama, Rudi pun menyebutkan alamatnya. Hal itu diungkapkan setelah kurun waktu lebih-kurang tiga bulan. Marsan merasa yakin bahwa nama dan alamat yang disebutkan itu benar. Sebab Rudi selalu konsisten menjawab dengan jawaban yang sama ketika ditanya nama dan alamat.
"Akhirnya, saya beri ongkos sebesar Rp 7 ribu, saya suruh naik kendaraan umum dari Tambun untuk pulang ke Karawang", jelasnya.
Tiga hari berselang, datanglah orang tak dikenal ke kediamannya. Orang tersebut mengaku sebagai orang tuanya Rudi. Bahkan, ibunya Rudi langsung mencium kaki Marsan ketika bertemu.
"Ibunya langsung tubruk saya, nyium kaki saya," ungkap pria yang kini usianya sekitar 48 tahun itu.
Setelah diminta berdiri, ibunda Rudi masih tercekat. Baru setelah beberapa detik berselang, ibu Rudi mulai bicara. Ia mengatakan anaknya itu sudah hampir lima tahun tidak pulang. Bahkan keluarga sudah putus asa mencari dan mengira Rudi sudah meninggal.
ADVERTISEMENT
Penjelasan ibunda Rudi itu membuat Marsan yang berprofesi sebagai kusir delman, merasa dirinya juga bisa bermanfaat untuk orang lain. Dari sanalah Marsan mulai bergaul dengan para ODGJ. Hingga akhirnya, ia mendirikan sebuah panti untuk pasien ODGJ sekitar tahun 1992, yang kemudian dinamai Panti Gangguan Jiwa Fajar Berseri.
Menurutnya, selama lebih dari 26 tahun mengurus orang-orang yang kurang beruntung ini, tidaklah mudah. Dibutuhkan kesabaran ekstra dan mental yang kuat.
Para pasien OGDJ di Panti Gangguan Jiwa Fajar Berseri tengah makan. (Foto: Tangkapan layar YouTube/Froyonion)
"Kalau kita enggak kuat, enggak benar-benar ikhlas, enggak tulus, enggak sabar, dan enggak bersyukur, ya stres juga," jelasnya.
Panti tersebut biasa menerima pasien ODGJ yang tidak diterima di rumah sakit jiwa. Bedanya dengan rumah sakit jiwa, panti yang didirikan Marsan tidaklah memberi batasan waktu bagi pasien-pasiennya. Jika pasien OGDJ di rumah sakit jiwa hanya dibatasi beberapa bulan saja, maka di Panti Gangguan Jiwa Fajar Berseri tidaklah demikian. Selain itu, pasien ODGJ juga biasa dibawa oleh polisi karena terlibat melakukan tindakan kriminal.
ADVERTISEMENT
Dari sanalah nama Marsan mulai dikenal. Bahkan ia kerap dipanggil ke kantor polisi ketika ada orang yang diduga pelaku kriminal, kerap memberikan jawaban tidak jelas saat diinterogasi. Dari pengalamannya, Marsan dianggap mampu membedakan orang yang benar-benar memiliki gangguan jiwa dan mana yang tidak.
"Setelah dibawa ke kantor polisi, ditanya, dia ngomongnya enggak nyambung, saya dibawa ke polsek," ungkapnya.
Kini, yayasan yang didirikan oleh Marsan telah menampung sebanyak 350 pasien ODGJ. Untuk mengurus sebanyak itu, Marsan tidak sendiri. Ia kini sudah memiliki setidaknya 37 orang yang turut membantunya mengurus orang-orang kurang beruntung itu.
Suasana ruangan Panti Gangguan Jiwa Fajar Berseri. (Foto: Tangkapan layar YouTube/Froyonion)
"Satu orang ada yang merawat 30 orang. Merawat satu orang dengan gangguan aja sudah bikin pusing. Lha ini 30 orang. Makanya, semua tergantung bagaimana tekniknya kita menangani orang-orang seperti ini"
ADVERTISEMENT
Marsan mengaku sangat sulit mencari orang yang bersedia membantunya mengurus pasien ODGJ. Mulanya, dirinya hanya dibantu keluarga. Setelah panti mulai berkembang, akhirnya beberapa orang pun menawarkan diri untuk membantunya. Bahkan ada juga mantan pasiennya sendiri yang kini turut membantu Marsan.
"Setelah namanya mulai berkembang, setelah kita bisa memberi kontribusi kepada orang-orang yang membantu saya, orang-orang mulai pada mau," lanjutnya.
Namun, tidak semua orang yang baru saja ikut membantunya betah. Marsan mengungkapkan ada juga yang baru setengah hari sudah tidak betah. Orang tersebut bahkan langsung pergi tanpa pamit.
Marsan Susanto, kusir delman yang dirikan panti untuk orang dengan gangguan jiwa atau ODGJ (Foto: Tangkapan layar YouTube/Froyonion)
Selain itu, Marsan mengaku langkah yang diambilnya tidak sepenuhnya mendapat dukungan masyarakat sekitar. Hingga suatu saat, beberapa warga mendatangi kediamannya untuk berdemo. Warga yang berdemo mengaku terganggu dengan pasien ODGJ di panti milik Marsan, lantaran kerap berisik saat tengah malam.
ADVERTISEMENT
"Pak RW ngomong, 'Ini katanya masyarakat merasa keberatan dengan adanya tempat orang gila di sela-sela lingkungan'," jelas Marsan, menirukan ucapan ketua RW saat itu.
Hingga ada salah satu tokoh masyarakat mengatakan bahwa apa yang telah dilakukan Marsan itu memiliki tujuan yang baik. Tokoh tersebut juga beranggapan Marsan tidak semata-mata melakukan sesuatu demi kepentingan sendiri.
Dalam video tersebut, Marsan juga berpesan agar ketika bertemu orang dengan gangguan jiwa agar tidak dijauhi. Bahkan, kalau bisa diajak komunikasi dan ngobrol. Sebab, menurutnya itu adalah salah satu terapi yang mampu menjadi 'obat' bagi orang-orang tersebut menjadi lebih sehat jiwanya.
(zhd)
Baca lebih banyak informasi mengenai berita artis/berita heboh/info bola/dan lifehack lebih nyaman di aplikasi kumparan.
ADVERTISEMENT
Download aplikasi Android di sini.
Download aplikasi iOS di sini.