13 Contoh Teks Anekdot Lengkap dengan Ciri-cirinya

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
22 September 2022 20:07 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi 10 Contoh Teks Anekdot. Foto: dok. Annie Spratt (Unsplash.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi 10 Contoh Teks Anekdot. Foto: dok. Annie Spratt (Unsplash.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Teks anekdot dikenal sebagai salah satu teks yang umum dibuat dan dikemas dengan kisah lucu dan menarik. Tidak hanya bersifat lucu, teks ini juga berisi kritik bagi pihak tertentu.
ADVERTISEMENT
Teks anekdot dapat ditemukan dalam berbagai macam media, mulai dari seperti surat kabar hingga konten yang ada pada media sosial. Bagi yang ingin memahaminya lebih jauh, berikut berikut ini adalah pengertian, struktur, ciri-ciri, dan contoh teks anekdot.

Pengertian Teks Anekdot

Menyampaikan kritik pada pihak tertentu dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya melalui anekdot. Anekdot merupakan bentuk teks yang disusun dengan guyonan menyentil yang berisi kritik terhadap fenomena yang terjadi saat ini.
Lebih lanjut, Janner Simarmata dkk. dalam buku Elemen-Elemen Multimedia untuk Pembelajaran menjelaskan, teks anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan.
Ada berbagai tema yang dapat diangkat menjadi anekdot, mulai dari sosial, hukum, hingga politik. Tujuannya tidak hanya untuk menghibur, tetapi juga untuk memberikan kritik kepada pihak tertentu.
ADVERTISEMENT

Ciri-ciri Teks Anekdot

Ilustrasi Teks Anekdot. Foto: dok. Rey Seven (Unsplash.com)
Teks anekdot memiliki ciri khusus yang membuatnya berbeda dengan teks yang lain. Berikut ciri-ciri teks anekdot yang dikutip dari buku Teks Anekdot karangan Maharani Sikumbang:

Struktur Teks Anekdot

Ilustrasi membaca teks anekdot. Foto: Shutter Stock
Selain dari ciri-cirinya, teks anekdot juga bisa dikenali melalui strukturnya. Berikut struktur teks anekdot yang dapat dipahami:

1. Abstrak

Merupakan bagian awal teks anekdot yang berfungsi untuk memberi gambaran tentang isi teks. Hal unik yang ada di dalam teks biasanya sudah mulai dtunjukkan pada bagian ini.
ADVERTISEMENT

2. Orientasi

Bagian ini menceritakan latar belakang suatu peristiwa terjadi. Penulis akan bercerita dengan detail di bagian ini guna membangun teks secara keseluruhan.

3. Krisis

Krisis dimaknai sebagai bagian saat terjadinya ketidakpuasan atau kejanggalan. Pada bagian ini, penulis akan menunjukkan hal atau masalah unik yang tidak biasa terjadi.

4. Reaksi

Bagian ini merupakan fase penyelesaian masalah yang timbul di bagian krisis. Pada bagian reaksi, tokoh-tokoh di dalam cerita akan saling memberikan tanggapan untuk menyelesaikan masalah.

5. Koda

Koda merupakan bagian penutup yang mengakhiri teks anekdot. Bagian ini menjelaskan kesimpulan tentang kejadian yang diceritakan penulis dalam cerita tersebut.

Contoh Teks Anekdot

Ilustrasi membaca teks anekdot. Foto: Shutter Stock
Untuk mengenal bagaimana isi teks anekdot, berikut ini adalah 10 contoh teks anekdot yang menarik untuk Anda baca:
ADVERTISEMENT

Contoh Teks Anekdot 1

Pengemis Tua : “Nak, berilah sedekah, Nak,”
Pemuda : “Tolong kembalikan lima ribu itu, Kakek,”
Pengemis Tua : "Ini, Nak, kembaliannya."
Pemuda : “Nah, Kakek, kok kembaliannya sembilan ribu, itu banyak?”
Pengemis Tua : "Oh, tidak apa-apa, Nak. Anggap saja saya sedang bersedekah."
Makna:
Cerita tersebut mengandung nasihat bagi pembaca agar bersedekah meski sedang dalam kondisi ekonomi yang kurang stabil. Seperti si Pengemis Tua yang menyedekahkan sebagian hartanya kepada si Pemuda.

Contoh Teks Anekdot 2

Jun dan Winata menonton televisi di pos ronda dan melihat kasus pencurian satu tandan pisang, pelakunya dipenjara 5 tahun.
“Para koruptor negeri ini cuma dipenjara 1 tahun dan masih bisa jalan-jalan,” ujar Winata bingung.
“Pemerintah lebih mementingkan satu tandan pisang. Jadi hukumannya lebih lama dari maling berdasi itu,”
ADVERTISEMENT
Makna:
Teks di atas merupakan kritik terhadap pemerintah yang memperlakukan rakyatnya secara tidak adil. Rakyat kecil yang hanya mencuri satu tandan pisang diberi hukuman 5 tahun penjara. Sedangkan, koruptor yang punya kekuasaan lebih hanya dipenjara 1 tahun.

Contoh Teks Anekdot 3

Penjual roti sedang menjajakan dagangannya saat pagi hari. “Pak, mau beli rotinya!” teriak anak SD lengkap dengan seragamnya.
“Mau yang mana, coklat atau keju?” tanya si penjual.
Anak kecil itu berdiri termenung cukup lama. “Nggak jadi, deh. Tadi katanya jual roti, kenapa jadi coklat sama keju?”
Makna:
Melalui teks anekdot di atas, pembaca dapat memahami bahwa kejelasan dalam berbicara adalah hal penting. Bicaralah dengan kalimat yang tidak ambigu sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
ADVERTISEMENT

Contoh Teks Anekdot 4

Ada seorang tukang becak asal Madura yang dipergoki oleh polisi ketika melanggar rambu “Becak dilarang masuk”. Tukang becak itu masuk ke jalan yang ada rambu gambar becak disilang dengan garis hitam yang berarti jalan itu tidak boleh dimasuki becak.
“Apa kamu tidak melihat gambar itu? Itu kan gambar becak tak boleh masuk jalan ini!” bentak Pak Polisi.
“Oh saya melihat Pak, tapi itu kan gambarnya becak kosong tidak ada pengemudinya. Becak saya kan ada yang mengemudi, tidak kosong berarti boleh masuk,” jawab si tukang becak.
Makna:
Teks anekdot di atas merupakan sindiran bagi masyarakat yang masih sering melanggar lalu-lintas. Bukan hanya menunjukkan ketidaksiplinan, ini bisa jadi membahayakan orang sekitar. Seperti tukang becak yang beralasan aturannya hanya dipatuhi apabila becak itu kosong.
ADVERTISEMENT

Contoh Teks Anekdot 5

Di kantin sebuah universitas, Udin dan Tono dua orang mahasiswa sedang berbincang-bincang.
Tono: “Saya heran dengan dosen ilmu politik, kalau mengajar selalu duduk, tidak pernah mau berdiri.”
Udin : “Ah, begitu saja diperhatikan sih Ton.”
Tono: “Ya, Udin tahu sebabnya.”
Udin: "Barangkali saja, beliau capek atau kakinya tidak kuat berdiri."
Tono: "Bukan itu sebabnya, Din. Sebab dia juga seorang pejabat."
Udin: "Loh, apa hubungannya."
Tono: "Ya, kalau dia berdiri, takut kursinya diduduki orang lain.”
Udin: “???”
Makna:
Lewat teks anekdot di atas, penulis menyelipkan kritik terhadap para pejabat yang haus akan kekuasaan. Pada teks, Tono mengungkapkan sindiran dengan mengibaratkan kekuasaan tersebut dengan kursi.

Contoh Teks Anekdot 6

Di suatu sore, seorang Ibu dan anak sedang berbincang-bincang.
ADVERTISEMENT
Anak : “Ibu, Ibu sedang nonton apa sih? Asik banget.”
Ibu : “Ini sinetron Kasih Cahayaku.”
Anak : “Astaga, ini sinetron dari aku mulai jadi mahasiswa sampai sekarang udah kerja nggak tamat-tamat. Selesainya lama, ceritanya nggak jelas, nggak mendidik lagi!”
Ibu : “Ya namanya juga sinetron, tamatnya lama.”
Makna:
Cerita anekdot di atas membahas mengenai sindiran terhadap kualitas sinetron Tanah Air yang belum membaik. Sindiran tersebut disampaikan lewat dialog Ibu yang mengatakan sinetron tamatnya lama.
Ilustrasi 10 Contoh Teks Anekdot. Foto: dok. Jess Bailey (Unsplash.com)

Contoh Teks Anekdot 7

Reuni berlangsung di sekolah Pancasila. Roni bertanya pada Tono, "Wah, kamu jadi pejabat, ya?".
"Kok tahu kamu?", tanya Tono.
Lalu Roni menjawab, "Ya, tahulah...wajahmu kan terlihat seperti gambar uang".
ADVERTISEMENT
Mereka pun tertawa bersama, dan hanyut dalam suasana gembira.
Makna:
Teks anekdot di atas menyiratkan bahwa pejabat dikenal sebagai sosok yang punya banyak uang. Sayangnya, masih banyak dari mereka yang mendapatkan kekayaan tersebut dari hasil makan uang rakyat alias korupsi. Hal ini tampak dari dialog Roni yang menyampaikan wajah Tono terlihat seperti uang.

Contoh Teks Anekdot 8

Seorang perempuan sangat ingin memiliki sepatu dari kulit buaya. Dia pun pergi ke toko sepatu dan kecewa karena mahalnya.
"Mahal amat sih," tanya si perempuan.
"Kalau ingin murah, ya menangkap sendiri sana." Kata si pemilik toko.
Terinspirasi oleh perkataan si pemilik toko, perempuan tersebut pergi ke sungai besar di daerah itu sambil membawa senjata api. Beberapa saat kemudian, si pemilik toko datang dan terkagum-kagum ketika melihat tiga ekor buaya mati ditumpuk di pinggir sungai.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, si perempuan terlihat di tengah sungai sedang membidikkan senjatanya ke seekor buaya lainnya. Suara tembakan terdengar.
Kemudian, si perempuan menyeret buaya yang baru ditembaknya ke pinggir sungai, kemudian berkata, "Yang ini juga tidak memakai sepatu."
Makna:
Makna tersirat dari teks anekdot di atas adalah masih maraknya pemburuan hewan-hewan seperti buaya, ular, dan lainnya demi kepentingan pribadi. Misalnya, untuk fashion, pengobatan, dan sebagainya.

Contoh Teks Anekdot 9

Suatu hari para aktivis lingkungan akan melakukan pelepasan para orangutan yang telah direhabilitasi. Para aktivis begitu senang karena di benak mereka para orangutan pasti ceria karena kembali ke habitat asli mereka. Namun, anehnya tak tampak raut kebahagaan pada wajah orangutan.
Lalu aktivis itu bertanya pada orangutan, "Mengapa kau terlihat bersedih, padahal aku akan melepasmu ke rumah aslimu?"
ADVERTISEMENT
Lalu orangutan itu menjawab, "Bagaimana aku tak sedih, jika kau mengembalikanku ke hutan maka celakalah aku."
Dengan heran aktivis itu bertanya kembali, "Mengapa bisa begitu?"
Lalu orangutan itu menjawab kembali, "Sekarang hidup di penangkaran jauh lebih aman daripada di hutan. Di hutan sekarang sulit mencari makan. Pohon-pohon pun banyak ditebang. Kami pun jadi buruan para manusia. Jadi, mengapa harus pergi ke hutan?"
Aktivis itu pun hanya bisa terdiam tak bisa menjawab.
Makna:
Teks anekdot di atas menyinggung pihak-pihak yang suka menebang dan membakar hutan. Kerusakan hutan yang disebabkannya membuat hutan tak lagi menjadi rumah yang aman bagi orangutan.

Contoh Teks Anekdot 10

“Hey Anton, nanti mau buat aplikasi apa buat Indonesia?” Tanya Toto.
ADVERTISEMENT
“Mau buat aplikasi anti korupsi, supaya Indonesia sejahtera dan aku sebagai pendiri jadi kaya raya, bagus kan?” tanya Anton sambil mengangkat alisnya berulang kali.
Makna:
Makna tersirat dari teks anekdot di atas adalah masih banyaknya koruptor yang ada di Indonesia. Keberadaan koruptor membuat kesejahteraan rakyat terhambat sehingga tidak bisa hidup dengan layak.

Contoh Anekdot 11

Seorang warga melapor kemalingan kepada polisi.
"Pak, saya kemalingan," lapornya.
"Kemalingan apa?" tanya polisi.
"Mobil, Pak. Tapi saya beruntung, Pak," jawab pelapor sambil tersenyum. Polisi bingung mendengar cerita pelapor.
"Iya, Pak. Saya beruntung karena CCTV merekam dengan jelas. Saya bisa melihat jelas wajah malingnya."
"Sudah minta izin malingnya untuk merekam?" tanya polisi.
"Belum," jawab pelapor sambil menatap polisi dengan penuh keheranan.
ADVERTISEMENT
"Itu ilegal. Anda saya tangkap!" kata polisi.
Pelapor bengong dan hanya bisa pasrah menerima kenyataan.
Makna:
Teks di atas menunjukkan bahwa masih ada banyak ketidakadilan di negeri ini. Orang yang benar dianggap salah, bahkan mendapatkan hukuman yang tidak semestinya dia dapatkan. Sebaliknya, orang yang salah justru dianggap benar dan tidak diadili.

Contoh Anekdot 12

Suatu hari, ada sepasang kekasih yang sedang duduk di taman. Di sana, mereka memperbincangkan hal-hal yang dialami mereka sehari-hari. Hingga suatu ketika, si wanita pun iseng memberi rayuan gombal kepada kekasihnya.
Wanita: "Sayang, bapak kamu politikus ya?"
Pria: "Ih, kamu kok tahu?"
Wanita: "Oh, pantas saja kamu sering ingkar janji."
Dan sang wanita pun pergi meninggalkan sang pria yang termangu dan memerah pipinya.
ADVERTISEMENT
Makna:
Teks tersebut merupakan sindiran bagi politikus yang sering ingkar janji. Awalnya, mereka menebar janji untuk memperbaiki kehidupan rakyatnya. Namun, ketika sudah terpilih, mereka dibutakan kekuasaan sehingga lupa akan janjinya tersebut.

Contoh Anekdot 13

Suatu malam, Pak Tua yang hendak beristirahat dikejutkan dengan sejumlah hewan. Mereka adalah sekawanan Orangutan, Harimau Jawa, dan sebagainya.
Sontak, Pak Tua pun bertanya, "Ada perlu apa kalian ke sini?"
"Kami ingin mengungsi ke rumah Pak Tua," ujar mereka.
"Loh, memangnya kalian sudah tidak punya rumah lagi?"
"Rumah kami kini sudah lenyap karena ditebang dan sudah menjadi tanah gersang. Kami juga sudah tidak bisa berteduh lagi di rumah lama. Jadi, bisakah kami mengungsi ke rumah Pak Tua?"
Pak Tua pun hanya termangu mendengar pernyataan mereka.
ADVERTISEMENT
Makna:
Teks anekdot di atas menyinggung isu penebangan liar. Penebangan hutan yang semakin marak membuat para hewan tidak memiliki habitat lagi untuk tinggal.
Pemaparan mengenai definisi, ciri-ciri, struktur penulisan, lengkap dengan 10 contoh teks anekdot ini dapat Anda ketahui untuk memperkaya pengetahuan Anda tentang sastra. Semoga bermanfaat. (DAP)