4 Upacara Adat Toraja yang Unik dan Menarik

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
30 Juli 2022 18:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://unsplash.com/@tjalondo - upacara adat toraja
zoom-in-whitePerbesar
https://unsplash.com/@tjalondo - upacara adat toraja
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anda mungkin tahu bahwa suku Toraja adalah sebuah kelompok masyarakat yang berdomisili di wilayah Sulawesi Selatan, tapi tahukah Anda bahwa ada beberapa upacara adat Toraja yang unik, menarik, namun tetap sangat sakral?
ADVERTISEMENT

Upacara Adat Toraja yang Unik

Meskipun masih menjunjung tinggi budaya dengan mempertahankan pelaksanaan upacara adat Toraja, mayoritas masyarakat Toraja adalah umat Kristen taat, sebagian lainnya memeluk agama Islam, dan kepercayaan asli nenek moyang Suku Toraja yang dikenal dengan Aluk Todolo.
Mengutip dari buku Hinduism in Modern Indonesia, Martin Ramstedt, 2005, Aluk Todolo telah menjadi agama yang diakui negara sebagai bagian dari sekte Hindu-Bali semenjak sekitar tahun 1970. Selain upacara adat Toraja, suku Toraja juga dikenal dengan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan, dan ukiran kayunya.
Berikut beberapa upacara adat Toraja tersebut.
1. Upacara Rambu Tuka’ Toraja
Kata rambu tuka’ berasal dari bahasa Toraja yang berarti “asap yang naik ke atas”. Maksud dari ungkapan ini adalah asap persembahan yang naik ke langit sebelum matahari mencapai zenit.
ADVERTISEMENT
Rambu Tuka’ juga sering disebut dengan aluk rampe matallo, ritus-ritus bagian timur. Ritus-ritus yang dilakukan dimaknai sebagai bentuk rasa syukur dan permohonan untuk memperoleh berkat hidup di dunia.
Upacara adat Toraja ini biasanya dilakukan pada pagi hari atau sebelum siang. Tempat pelaksanaanya adalah di sebelah timur tongkonan (rumah adat Toraja). Acara akan dilengkapi dengan berbagai pertunjukan tari-tarian dan kesenian musik khas Tana Toraja.
https://unsplash.com/@jessica_rigollot
2. Upacara Pemakaman Toraja Rambu Solo’
Kata rambu solo’ dalam bahasa Toraja artinya adalah “asap yang turun ke bawah”. Maksudnya, ritus-ritus yang dilaksanakan dipersembahkan untuk orang mati.
Upacara rambu solo Toraja ini umumnya dilaksanakan setelah pukul 12 siang, saat matahari berada di barat danbergerak menurun. Pihak keluarga yang melaksanakan upacara adat ini harus mempersiapkan persembahan berupa kerbau. Kerbau yang dikorbankan tersebut dipercayai akan mengantar arwah menuju tempat peristirahatannya di puya. Semakin banyak kerbau yang dikorbankan, maka semakin cepat pula arwah tersebut diantar menuju puya.
ADVERTISEMENT
3. Ma’tinggoro Tedong
Ma’tinggoro Tedong adalah tradisi menyembelih kerbau dengan sekali tebas menggunakan parang. Ma’tinggoro Tedong umumnya dilakukan oleh orang yang memang sudah berpengalaman dan andal dalam melakukannya. Sebelum disembelih, kaki kerbau harus diikatkan pada sebuah pohon atau sebatang kayu yang ditancapkan ke tanah dengan kuat.
4. Ritual Adat Ma’nene
Upacara adat Toraja berikutnya adalah yang dikenal dengan nama Ma’nene. Ritual ini adalah kegiatan membersihkan jasad para leluhur yang telah ratusan tahun meninggal dunia. Di Desa Pangala dan Baruppu’, kegiatan ini masih dilakukan secara rutin setiap tahun.
Ma’nene dimulai dengan para anggota keluarga mendatangi patane (rumah kuburan keluarga) untuk mengambil jasad dari anggota keluarga mereka yang telah meninggal. Kemudian, jasad tersebut dibersihkan. Pakaian lama diganti dengan pakaian yang baru. Setelah itu, jasad tersebut akan dibungkus dan dikembalikan ke patane.
ADVERTISEMENT
Ritual Ma’nene biasanya dilakukan setelah masa panen, atau kira-kira pada akhir bulan Agustus. Alasannya, karena pada waktu itu, para anggota keluarga yang merantau ke luar daerah akan pulang ke kampung halamannya, sehingga seluruh anggota keluarga dapat hadir untuk melakukan prosesi ritual bersama.
Mungkin setelah membaca beberapa penjelasan tadi, Anda menyadari bahw ternyata upacara adat Toraja mengajarkan kepada kita untuk menjaga hubungan baik meskipun ada yang sudah meninggal.
Masyarakat Toraja secara tidak langsung mengajarkan pada kita bahwa hubungan antar anggota keluarga memang tidak boleh terputus, meskipun dipisahkan oleh kematian. Menarik, ya? (DNR)