Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Arti dan Penjelasan Ungkapan Historia Magistra Vitae
29 Agustus 2022 18:31 WIB
·
waktu baca 4 menitDiperbarui 13 Maret 2023 14:09 WIB
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Historia magistra vitae merupakan salah satu ungkapan yang terkenal dalam sejarah . Sayangnya, banyak orang yang tidak tahu atau melupakan sejarah, termasuk mengenai salah satu ungkapan ini.
ADVERTISEMENT
Sejarah terkadang dianggap sebagai kejadian masa lalu yang tidak terlalu penting. Padahal, sejarah sangat penting bagi kehidupan.
Siapakah orang yang pertama kali membuat ungkapan tersebut? Simak penjelasannya dalam artikel di bawah ini.
Arti Historia Magistra Vitae
Mengutip buku dengan judul Kamus Linguistik karya Kridalaksana (2008: 250), ungkapan merupakan aspek fonologis atau grafemis dari unsur bahasa yang mendukung makna.
Ungkapan tersebut diambil dari bahasa Latin dalam buku dengan judul De Oratore karya Marcus Tullius Cicero. Studinya tentang masa lalu atau sejarah menjadi salah satu pilar yang sangat penting bagi historiografi klasik di abad pertengahan dan renaisans.
ADVERTISEMENT
Lalu, apa sebenarnya arti dari historia magistra vitae? Jika diterjemahkan secara harfiah, historia magistrate vitae mengandung arti “sejarah bagi guru kehidupan”.
Ungkapan ini kemudian dilanjutkan dengan dua kata lagi yang berbunyi “nuntia vetustatis” yang memiliki arti pesan dari masa silam. Jadi, ungkapan “historia magistra vitae, nuntia vetustatis” artinya sebagai berikut.
Pencetus ungkapan tersebut adalah seorang orator, ahli hukum, filsuf, dan anggota senat yang hidup pada masa Republik Roma bernama Marcus Tullius Cicero.
Sosok Cicero, Pencetus Ungkapan Historia Magistra Vitae
Marcus Tullius Cicero atau dikenal sebagai Cicero adalah seorang orator, ahli hukum, filsuf, dan anggota senat yang hidup pada masa Republik Roma.
ADVERTISEMENT
Cicero lahir pada 3 Januari 106 SM di sebuah kawasan bernama Arpinum yang berjarak 70 mil di sebelah tenggara kota Roma. Nama Cicero diambil dari bahasa Latin cicer yang merupakan nama tanaman kacang polong.
Cicero adalah anak dari tuan tanah dan seorang pejabat publik. Karenanya, dia dapat mengenyam pendidikan di bawah bimbingan Marcus Licinius Crassus di Kota Roma, salah seorang anggota senat yang merupakan orator terbaik saat itu.
Pada tahun 79-77 SM, Cicero pergi ke Yunani untuk mempelajari filsafat dan retorika di Rhodes. Pada waktu itu, Cicero mempelajari empat aliran filsafat.
Dikutip dari Pertanggungjawaban Pidana Korporasi dari Masa Ke Masa oleh Timbo Mangaranap Sirait (2020: 126), Cicero merupakan advokat yang memiliki keterampilan andal dalam retorika, filsafat, berbicara, dan berpidato di hadapan umum.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Cicero juga seorang yuris yang andal dalam hukum untuk mendakwa dan membela baik di pengadilan maupun di Majelis Tinggi.
Semasa hidupnya, Cicero belajar mengenai hukum dan filsafat sembari melakukan banyak sekali aktivitas politik. Saat usianya menginjak enam puluh tahun, pemikiran dalam ilmu filsafatnya mencapai puncak kematangan.
Karya-Karya Cicero
Karya-karya filsafat Cicero sangat berpengaruh dan terkenal pada masanya. Filsuf satu ini merupakan pembaru bahasa Latin terbesar di zamannya.
Karya-karyanya tertuang pada pidato yang berjumlah 57 tulisan. Hingga saat ini, karya filsafat, retorika, dan surat yang berjumlah kurang lebih 800 buah tersimpan dengan rapi.
Dikutip dari The New Encyclopaedia Brittanica Vol. 3 Micropaedia oleh Jacob E. Safra, dkk., (1997: 313-315), Cicero juga memiliki lebih dari 900 tulisan yang berhasil diselamatkan, dengan 835 tulisan ditulis oleh Cicero sendiri dan sisanya merupakan tulisan dari orang lain untuknya.
ADVERTISEMENT
Selain terkenal karena karya filsafat dan tulisan lainnya yang terkait dengan politik, Cicero merupakan seorang penyair. Filsuf ini menerbitkan puisi-puisi dalam bahasa Latin, seperti de Consulatu Suo dan de Temproribus Suis.
Kedua puisi tersebut dipakai untuk mengkritik tradisi penyembahan masyarakat Romawi yang sangat kuno pada saat itu.
Tidak hanya membuat karya filsafat, politik, dan puisi, Cicero juga membuat karya tulis yang bergenre humor, salah satunya adalah Pro Murena. Karya tulis ini memuat prinsip-prinsip Stoikisme yang termuat dalam pidato berjudul Pro Caelio.
(FAR & SFR)