Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Pemimpin Perjuangan Melawan Penjajah dari Daerah Banten
24 Februari 2023 17:38 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Bangsa Indonesia harus melewati perjalanan panjang sebelum pada akhirnya bisa menyatakan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebelum itu, bangsa Indonesia harus berjuang untuk melawan para penjajah. Salah satunya adalah perjuangan melawan penjajah dari daerah Banten dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa, berikut adalah sejarah perlawanannya.
ADVERTISEMENT
Perjuangan Melawan Penjajah Dari Daerah Banten Dipimpin Oleh Sultan Ageng Tirtayasa
Dikutip dari buku IPS Terpadu karya Nana Supriatna, Mamat Ruhimat dan Kosim, (Grafindo) dijelaskan bahwa perlawanan terhadap kolonial Belanda yang dilakukan oleh rakyat Banten berlangsung pada era tahun 1651 sampai 1682.
Perjuangan melawan penjajah dari daerah Banten dipimpin langsung oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Pada masa kepemimpinannya memang Kerajaan Banten sedang berada dalam masa puncak kejayaannya dan terus melakukan perlawanan terhadap VOC yang ingin melakukan monopoli perdagangan.
Sebenarnya sejak sebelum Sultan Ageng Tirtayasa menjadi raja di Kerajaan Banten VOC sudah berusaha keras untuk menghalang-halangi perkembangan perdagangan rakyat Banten. Pihak VOC tidak ingin Banten berkembang dan mengancam bahkan membuat rugi VOC di Batavia yang sekarang menjadi Jakarta.
ADVERTISEMENT
Namun, pemimpin sebelumnya tidak mau berbuat banyak terhadap usaha yang dilakukan oleh VOC. Baru pada era Sultan Ageng Tirtayasa rakyat Banten mulai melakukan perlawanan pada VOC. Salah satunya adalah melakukan penyerangan dengan sistem gerilya kepada Batavia melalui jalur darat dan serangan-serangan kecil melalui laut.
Contoh keberhasilan Sultan Ageng Tirtayasa adalah tahun 1656, di mana mereka berhasil merampas dua dua kapal VOC dan dilakukan pula perusakan terhadap perkebunan-perkebunan tebu Belanda. Sultan Ageng Tirtayasa juga menolak menerima utusan Belanda.
Kondisi itu membuat Belanda marah dan akhirnya memblokade pelabuhan Banten untuk merugikan perdagangan kerajaan. Namun hal tersebut semakin membuat permusuhan memanas. Dan pada akhirnya pecah salah satu pertempuran melawan VOC yang terkenal pada masa Sultan Ageng Tirtayasa yaitu peperangan di daerah Angke-Tangerang (1658-1659).
ADVERTISEMENT
Peperangan itu diakhiri dengan perjanjian 12 pasal yang disepakati pada 10 Juli 1659. Salah satu isi perjanjian tersebut menyatakan bahwa Banten tidak lagi bisa mengadakan perdagangan dengan Maluku.
Untuk menghancurkan perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya Belanda mengambil jalur licik dengan melakukan adu domba di internal Banten. Belanda melalui VOC mendekati Sultan Haji yang merupakan anak dari Sultan Ageng Tirtayasa untuk bekerjasama dengan berbagai tawaran.
Akhirnya pada tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjara sehingga harus menyerahkan kekuasaannya politik kerajaan kepada Sultan Haji. Berakhirnya perjuangan Sultan Ageng Tirtayasa menjadi tanda kekuasaan penuh VOC di Banten.
Demikian adalah penjelasan mengenai sejarah perjuangan melawan penjajah dari daerah Banten yang dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa. (WWN)
ADVERTISEMENT