Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Pengertian, Jenis, dan Amanat Geguritan Bahasa Jawa
2 Maret 2023 20:15 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 18 Maret 2023 16:13 WIB
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kalian pasti sudah mengenal puisi , kan? Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang memiliki rima dan disusun secara bait. Sama seperti sastra Indonesia, sastra Jawa juga mengenal puisi namun dengan sebutan geguritan. Jelaskan amanat geguritan!
ADVERTISEMENT
Selain amanat, kalian juga harus memahami apa pengertian dan jenis geguritan. Simak penjelasannya dalam artikel ini.
Amanat Geguritan Bahasa Jawa
Subalidinata dalam Belajar Bahasa Daerah Jawa Untuk Mahasiswa PGSD dan Guru SD oleh Damariswara (2020) menyatakan bahwa puisi dalam sastra Jawa baru modern disebut sebagai geguritan. Genre geguritan disebut memiliki kemiripan dengan genre puisi sastra Barat.
Masih merujuk dari sumber yang sama, Rass mengatakan bahwa terdapat kemiripan dengan genre sastra Barat pada semua genre sastra Jawa modern (cerkak, crita sambung, novel, dan puisi).
ADVERTISEMENT
Jelaskan amanat geguritan! Amanat merupakan sesuatu atau pesan yang ingin disampaikan oleh pangripta kepada para pembaca melalui geguritan. Penentuan amanat tergantung dari masing-masing pembacanya. Berikut ini penjelasan unsur geguritan lainnya:
Tema
Diksi
Diksi atau pemilihan kata berkaitan dengan ketepatan penyair (pangripta) ketika menulis karya geguritannya. Diksi sangat penting dalam geguritan karena dengan diksi yang tepat akan lebih bisa mewakili isi hati pangripta.
Rima (purwakanthi)
Rima merupakan suara yang diulang-ulang pada larik-larik puisi. Rima dibagi menjadi asonani, aliterasi, rima akhir, rima dalam, rima rupa, rima identik, dan rima sempurna.
ADVERTISEMENT
Jenis Geguritan
Dikutip dari Antologi Geguritan Tresna lan Kuciwa yang disusun oleh PBSD UNS 2019 (2020), geguritan dibagi menjadi dua, yaitu:
Geguritan lama/tradisional
Geguritan lama terikat dengan aturan-aturan tertentu seperti jumlah gatra (baris) tidak tetap, setiap gatra terdiri dari 8 wanda (suku kata), bunyi pada akhir kata bersuara sama, dan pada bagian awal dimulai dengan kata “sun gegurit” (aku mengarang).
Geguritan modern/kontemporer
Berbeda dengan geguritan lama, geguritan modern tidak terikat dengan aturan guru lagu (bunyi vokal pada akhir baris) dan guru wilangan (jumlah suku kata tiap baris) seperti macapat serta tidak terikat dengan metrum seperti kakawin.
Demikian penjelasan tentang geguritan bahasa Jawa . Semoga bermanfaat. (KRIS)
ADVERTISEMENT