Peran Syarif Abdurrahman sebagai Tokoh Sejarah Lokal Kerajaan Pontianak

Berita Terkini
Penulis kumparan
Konten dari Pengguna
21 Mei 2024 20:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi untuk Tuliskan Peran Syarif Abdurrahman sebagai Tokoh Sejarah Lokal. Sumber: Unsplash/Tom Hermans
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi untuk Tuliskan Peran Syarif Abdurrahman sebagai Tokoh Sejarah Lokal. Sumber: Unsplash/Tom Hermans
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tuliskan peran Syarif Abdurrahman sebagai tokoh sejarah lokal Kerajaan Pontianak! Terdapat beberapa kerajaan Melayu yang memiliki pengaruh besar di Indonesia, salah satunya adalah Kerajaan Pontianak.
ADVERTISEMENT
Mempelajari sejarah kerajaan Islam di Indonesia penting untuk dilakukan. Dengan begitu, masyarakat bisa mengetahui peristiwa penting apa saja yang pernah terjadi di masa lampau.

Tuliskan Peran Syarif Abdurrahman sebagai Tokoh Sejarah Lokal!

Ilustrasi untuk Tuliskan Peran Syarif Abdurrahman sebagai Tokoh Sejarah Lokal. Sumber: Unsplash/Clay Banks
Tuliskan peran Syarif Abdurrahman sebagai tokoh sejarah lokal! Sultan Syarif Abdurrahman lahir pada 3 Juli 1738. Beliau adalah putra dari seorang ulama keturunan Arab Hadramaut dari Kerajaan Mempawah.
Dikutip dari Ekonomi Islam Nusantara, Ubaidillah (2023:67), Kesultanan Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie pada 23 Oktober 1771. Pendirian kesultanan ini ditandai dengan pembukaan hutan di persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar untuk mendirikan balai dan tempat tinggal.
Pada 1778, Syarif Abdurrahman diangkat menjadi Sultan Pontianak. Jadi, beliau adalah pendiri sekaligus sultan pertama Kesultanan Pontianak. Adapun pusat pemerintahan kerajaan ini ditandai dengan didirikannya Masjid Jami Pontianak yang saat ini bernama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman dan Istana Kadariyah.
ADVERTISEMENT
Pada 1778, kolonialis Belanda dari Batavia datang ke Pontianak di bawah pimpinan Willem Ardin Palm. Pada saat itu, Sultan Syarif Abdurrahman memberikan izin kepada Belanda untuk menempati daerah yang berada di seberang istana kesultanan. Saat ini daerah tersebut dikenal dengan nama Tanah Seribu.
Palm lalu digantikan oleh Wolter Markus Stuart yang bertindak sebagai Resident van Borneo’s Wester Afdeling I yang berkedudukan di Pontianak. Sultan Syarif Abdurrahman awalnya menolak tawaran kerja sama dari Belanda, namun setelah utusan kedua tersebut datang Sultan Syarif menerima tawaran tersebut.
Belanda membuat perjanjian dengan Sultan Syarif Abdurrahman pada 5 Juli 1779 tentang penduduk Tanah Seribu supaya bisa dijadikan daerah kegiatan Belanda lalu menjadi kedudukan pemerintahan Resident het Hoofd Westeraffieling van Borneo (Kepala Daerah Keresidenan Borneo Barat) dan Asistent Resident het Hoofd der Affleeling van Pontianak (Asisten Residen Kepala Daerah Kabupaten Pontianak).
ADVERTISEMENT
Sultan Syarif Abdurrahman wafat pada tahun 1808 dan dimakamkan di Batu Layang. Kesultanan Pontianak kemudian dipimpin oleh Syarif Kasim Alkadrie, salah satu putra Sultan Syarif Abdurrahman.
Tuliskan peran Syarif Abdurrahman sebagai tokoh sejarah lokal! Beliau merupakan pendiri sekaligus sultan pertama Kesultanan Pontianak. (KRIS)