Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Urutan Bulan Jawa dan Penjelasannya Masing-Masing
7 Maret 2022 20:18 WIB
·
waktu baca 5 menitDiperbarui 7 Juni 2022 14:40 WIB
Tulisan dari Berita Terkini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bulan dalam Kalender Jawa merupakan sistem kalender yang dibuat berdasarkan perpaduan antara budaya Islam, Hindu-Buddha, Jawa, serta sedikit budaya barat. Lantas apakah kamu tahu bagaimana sejarah dan urutan bulan Jawa? Untuk mengetahui jawabannya, simak artikel berikut ini ya!
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Seri Penemuan Kalender oleh Arnerlia F, sebelum adanya kalender Jawa, masyarakat Jawa masih menggunakan sistem penanggalan Saka Hindu yang berdasarkan pergerakan matahari.
Kemudian pada tahun 1625 Masehi atau 1547 Saka, Sultan Agung dari Mataram berusaha keras untuk menanamkan agama Islam di Jawa. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Sultan Agung adalah mengeluarkan dhawuh.
Dhawuh sendiri merupakan perintah seorang Raja yang harus dilaksanakan. Dhawuh untuk mengubah sistem kalender Jawa dilakukan pada hari Jumat Legi saat tahun baru Saka 1555 dan bertepatan dengan 1 Muharram 1043 H atau 8 Juli 1633 M.
Dhawuh tersebut berisi perintah untuk mengganti penanggalan Saka yang berbasis perputaran matahari dengan sistem kalender Qamariah atau berbasis perputaran bulan seperti kalender Islam.
ADVERTISEMENT
Pergantian sistem penanggalan ini tidak mengganti hitungan tahun Saka 1555 yang sedang berjalan menjadi tahun 1, namun meneruskannya. Hal ini dilakukan demi asas kesinambungan kerajaan.
Tri Aji Budi Harto dalam buku Petangan Jawi menjelaskan, dekret atau dhawuh tersebut berlaku di seluruh wilayah Kesultanan Mataram yaitu seluruh pulau Jawa dan Madura kecuali Baten, Batavia, dan Banyuwangi. Ketiga daerah tersebut tidak termasuk wilayah kekuasaan Sultan Agung.
Meskipun Pulau Bali dan Sumatera mendapatkan pengaruh budaya Jawa, daerah ini juga tidak ikut mengambil alih kalender karangan Sultan Agung tersebut.
Selain mengubah sistem penanggalan, penyesuaian juga dilakukan untuk nama bulan dan hari. Nama-nama bulan dalam kalender Jawa memiliki kesamaan dengan nama-nama bulan dalam kalender Hijriah. Hal ini tentu menunjukkan kuatnya pengaruh kalender Islam dalam sistem kalender Jawa.
ADVERTISEMENT
Lalu apa saja nama dan urutan bulan Jawa dalam kalender baru tersebut? Simak penjelasannya dalam artikel berikut.
Urutan Bulan jawa
Sama seperti kalender Masehi, kalender Jawa memiliki 12 bulan dalam setahun. Salah satu keunikan dari kalender Jawa ciptaan Sultan Ageng tersebut ialah memiliki dua siklus hari, yaitu:
Dikutip dari buku Petangan Jawi oleh Tri Aji Budi Harto, urutan nama bulan dalam kalender Jawa adalah sebagai berikut:
1. Sura
Sura merupakan awal tahun bulan Jawa. Dalam kalender Islam, bulan Sura bersamaan dengan bulan Muharam. Nama Sura sendiri diambil dari perayaan Asyura yang bertepatan dengan tanggal 10 Muharram pada sistem kalender Islam.
ADVERTISEMENT
Dalam tradisinya, bulan ini digunakan pada pejabat keraton dan rakyat Jawa untuk merenungi tahun yang sudah lewat. Serta mendoakan keselamatan dan kemakmuran negara. Sehingga pada bulani ini biasanya diadakan tradisi Grebeg Gunungan Sura.
2. Sapar
Bulan Sapar adalah bulan kedua dari kalender Jawa. Bulan ini mengandung makna sebuah perjalanan yang diambil dari nama bulan kalender Hijriah dan berjumlah sebanyak 29 hari.
Pada sejarahnya, bulan Sapar digunakan oleh pejabat untuk menyebarkan kebijakan-kebijakan sebagai hasil dari perenungan bulan Sura dan digunakan sebagai masa publikasi atau sosialisasi program kerajaan.
3. Mulud
Mulud adalah bulan ketiga dalam penanggalan kalender Jawa. Bulan ini bertepatan dengan bulan Rabiul Awal dalam kalender Islam. Berjumlah 30 hari, bulan Mulud digunakan untuk perayaan ulang tahun Nabi Muhammad SAW atau yang sering dikenal sebagai perayaan Maulud Nabi.
ADVERTISEMENT
4. Bakdamulud
Bakdamulud adalah bulan keempat dalam kalender Jawa. Arti dari nama bulan ini adalah setelah bulan Mulud. Bulan ini bertepatan dengan bulan Rabiul Akhir pada kalender Islam.
5. Jumadilawal
Jumadilawal adalah bulan kelima dalam kalender Jawa. Nama dari bulan ini diambil dari bulan pada kalender Islam yaitu Jumadil Awal. Seperti namanya bulan ini juga bertepatan pada bulan Jumadil Awal kalender Islam dan memiliki jumlah 30 hari.
6. Jumadilakhir
Jumadilakhir merupakan nama bulan keenam dalam kalender Jawa. Namanya diambil dari bulan yang lalu, yakni bulan jumadil dalam sistem kalender Islam. Bulan ini memiliki 29 hari.
7. Rejeb
Bulan Rejeb pada kalender Jawa bertepatan dengan bulan Rajab pada kalender Islam. Bulan ini memiliki waktu 30 hari. Menyadur buku Primbon Masa Kini karangan Donny Satryowibowo Ranoewidjojo, bulan ini digolongkan ke dalam bulan yang agung dan memiliki banyak berkah. Sehingga, masyarakat Jawa banyak mengadakan pernikahan pada bulan tersebut.
ADVERTISEMENT
8. Ruwah
Bulan Ruwah adalah urutan bulan ke delapan dalam kalender Jawa. Bulan al-Rawah bertepatan dengan bulan Sa`ban dalam kalender Islam.
Nama “Ruwah” dimulai dengan amalan Nifsu Syaban, yang merupakan amalan dari umat Muslim selama setahun yang dicatat pada bulan Sya’ban dalam sistem kalender Hijriah. Oleh karenanya, bulan ini sering disebut sebagai bulan arwah atau bulan saban.
9. Pasa
Bulan Pasa adalah urutan bulan kesembilan dalam sistem kalender Jawa. Bulan Pasa biasanya disebut “Poso” dan memiliki hari sebanyak 30 hari. Nama Pasa berasal dari amalan puasa yang dilakukan umat Muslim selama bulan Ramadhan untuk sistem kalender Hijriah.
10. Sawal
Bulan ini bertepatan dengan bulan Syawal di kalender Islam. Nama Sawal juga berasal dari nama Al-Syawal dalam sistem kalender Hijriah. Dalam tradisi Jawa, bulan ini digunakan untuk menggelar tradisi Grebeg Gunungan Sawal sebagai ungkapan syukur atas berakhirnya bulan pasa.
ADVERTISEMENT
11. Dulkaidah.
Memasuki bulan ke sebelas dalam kalender Jawa, bulan dulkaidah bertepatan dengan bulan Dzulkaidah pada sistem kalender Islam.
Nama lain dari bulan ini adalah bulan Apit atau Bula Sela. Sebab, bulan ini merupakan bulan di antara dua perayaan gerebeg keraton. Sehingga, pada bulan ini masyarakat dilarang untuk mengadakan segala bentuk perhelatan atau perayaan.
12. Besar.
Bulan besar adalah bulan terakhir dalam kalender Jawa. Bulan ini bertepatan dengan bulan Dzulhijah dalam kalender Islam.
Nama “Besar” dikaitkan dengan Idul Adha dan ibadah haji yang dirayakan di bulan Dzulhijah pada sistem kalender Hijriah. Dalam tradisi Jawa, pihak keraton juga merayakan bulan ini dengan mengadakan upacara Grebeg Gunungan Besar.
Itulah urutan nama bulan Jawa dalam sistem kalender Jawa. Dari nama bulan tersebut, menunjukkan bahwa pengaruh Islam pada kebudayan Jawa sangat kuat dari dulu hingga sekarang.
ADVERTISEMENT
(IND & IPT)