Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Mengenal 4 Jenis Teori Belajar menurut Ilmu Psikologi
26 Januari 2021 16:25 WIB
·
waktu baca 5 menitDiperbarui 17 Mei 2022 19:03 WIB
Tulisan dari Berita Update tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Proses belajar ini paling sering ditemukan di dalam sekolah, yang diwujudkan dalam bentuk berlangsungnya proses belajar-mengajar antara guru dan murid.
Mengutip buku Teori Belajar dan Konsep Mengajar karya Dr. Drs. Achmad Noor Fatirul, S.T., M.Pd. dkk, belajar didefinisikan sebagai proses perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman, sehingga memperoleh kemampuan dan keterampilan baru yang bisa digunakan dalam waktu relatif lama.
Adapun beberapa aspek yang mempengaruhi proses belajar, yakni meliput psikologi kepribadian, psikologi sosial, fisik, maupun psikis. Dari aspek yang mempengaruhi proses belajar inilah, para ahli membagi teori belajar menjadi beberapa jenis.
Penasaran apa sebenarnya pengertian teori belajar dalam ilmu psikologi? Apa saja tujuan dan jenis-jenisnya? Selengkapnya ada di pembahasan berikut ini.
Apa Itu Teori Belajar dalam Psikologi?
Menyadur dalam buku Teori Belajar Dan Pembelajaran: Menciptakan Pembelajaran yang Kreatif dan Efektif milik Dr. H. Muhammad Soleh Hapudin, M.Si., teori belajar adalah usaha yang diatur untuk memberikan gambaran akan bagaimana manusia mempelajari suatu hal, hingga diperoleh pandangan tentang proses evaluasi yang kompleks dan inheren.
ADVERTISEMENT
Teori belajar dalam psikologi juga dapat didefinisikan sebagai langkah-langkah yang dapat membantu guru atau pendidik ketika mengajar, mendidik, dan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada murid atau peserta didiknya.
Dengan menggunakan teori belajar yang tepat, tidak mustahil bagi murid-murid untuk memperoleh prestasi hingga kemampuan yang mumpuni.
Namun, faktanya ditemukan beberapa guru yang lebih suka mengajar berdasarkan pengalaman saat mereka belajar. Artinya, dalam beberapa kasus, guru telah menemukan cara tersendiri untuk mendidik dan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya, tanpa harus mengetahui teori belajar tersebut.
Apa Tujuan Teori Belajar?
Teori belajar pada dasarnya menjelaskan tentang bagaimana proses belajar yang terjadi pada seorang individu. Dengan memahami proses tersebut, tenaga pendidik atau guru mampu menyelenggarakan pembelajaran dengan baik, efektif, dan efisien.
ADVERTISEMENT
Melalui pemahaman guru yang matang dalam mengorganisasikan proses pembelajaran, siswa dapat belajar secara lebih optimal. Dapat disimpulkan bahwa teori belajar dalam aplikasinya sering digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk membantu siswa mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.
Itulah sebabnya, teori belajar penting diketahui oleh tenaga maupun calon pendidik. Adapun menurut Winfred F. Hill dalam buku Theories Of Learning: Teori-teori Pembelajaran Konsepsi, Komparasi, dan Signifikan, terdapat tiga fungsi utama dari teori belajar, yakni:
Jenis-Jenis Teori Belajar
Dirangkum dari buku Teori Belajar dan Pembelajaran oleh Omon Abdurakhman dan Radif Khotamir Rusli, ragam teori belajar dalam psikologi dibagi menjadi empat jenis, yakni:
ADVERTISEMENT
1. Teori Belajar Kognitif
Secara sederhana, teori kognitif menggambarkan belajar sebagai aktivitas internal yang terdiri dari beberapa proses, di antaranya pemahaman, mengolah informasi, mengingat, penyelesaian masalah, analisis, prediksi, serta perasaan.
Proses belajar dalam teori ini berjalan secara bersambung hingga lengkap. Dalam teori kognitif pula, belajar bukan berdasarkan hasil, melainkan seberapa sukses siswa mengorganisasi pengalaman belajar yang didapat.
Dalam teori ini, guru bukan sumber evaluasi penting, serta kepatuhan siswa tidak akan dituntut. Namun, bagaimana bentuk refleksi yang dikerjakan oleh siswa tentang apa yang diperintah serta ditugaskan oleh guru.
2. Teori Belajar Behavioral
Berbeda dari kognitif, teori belajar behavioral menginginkan hasil berupa terbentuknya tingkah laku yang diharapkan. Agar tingkah laku yang didapat dari belajar dapat menjadi rutinitas, maka harus dilakukan pengulangan secara terus-menerus.
ADVERTISEMENT
Penguatan positif akan diberi pada tingkah laku yang diharapkan. Sebaliknya, tingkah laku yang tidak atau kurang cocok akan memperoleh penilaian atau penghargaan negatif.
Penilaian pada teori behavioral akan didasarkan pada tingkah laku yang terlihat. Guru tidak bisa banyak memberi penjelasan, tetapi akan memberi petunjuk singkat yang diikuti dengan pemberian contoh, lewat simulasi atau dari guru itu sendiri.
3. Teori Belajar Humanistik
Teori ini perkembangan dari teori belajar behavioral, teori jenis ini memandang bahwa proses belajar akan dikatakan sukses, jika siswa sudah bisa memahami diri dan lingkungannya.
Secara umum, teori belajar humanistik adalah metode pembelajaran yang fokus pada siswa-siswa yang ingin mengembangkan potensinya.
Guru bertindak menjadi fasilitator untuk memberi motivasi serta kesadaran tentang arti kehidupan pada siswa. Selain itu, aktor penting dalam teori ini ialah siswa-siswa yang bisa memaknai sebuah proses pengalaman belajar dengan sendirinya.
ADVERTISEMENT
Teori belajar humanistik mengatakan, jika teori belajar apa pun bisa digunakan seandainya mempunyai tujuan untuk memanusiakan manusia, agar mencapai titik manifestasi diri, pandangan diri, dan realisasi diri siswa-siswa dengan maksimal.
Bahkan, teori ini mampu meringkas serta manfaatkan kelebihan dan kekurangan beberapa teori belajar lainnya untuk mendapatkan kesimpulan di titik tertentu.
4. Teori Belajar Konstruktivistik
Dalam ilmu filsafat ilmu, hal yang dibahas dalam teori ini adalah bagaimana proses terbentuknya pengetahuan manusia. Teori konstruktivistik mendefinisikan pembentukan pengetahuan yang terjadi pada manusia berasal dari pengalaman-pengalaman yang telah dilewatinya.
Dalam teori belajar konstruktivistik, siswa diajak untuk mendalami pengetahuan secara bebas sekaligus bisa memaknainya sesuai pengalaman. Dalam pengaplikasiannya, siswa akan diberi ruang untuk membuat gagasan atau ide menggunakan bahasanya sendiri.
ADVERTISEMENT
Teori ini tidak memandang pengetahuan, seperti seperangkat bukti, ide, atau aturan yang telah siap diambil dan diingat begitu saja, melainkan juga harus direkonstruksi oleh manusia serta diberikan arti yang didapatkan melalui pengalaman nyata.
Menurut teori kontruktivistik, belajar lebih mudah dipahami oleh siswa, karena siswa membangun dan mengembangkan pengetahuan berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah dilewati. Dengan hal ini pula, hidup para siswa menjadi lebih dinamis.
(RYFA & VIO)