Kisah Muhammad Ali dan Alasannya Jadi Petinju, Ingin Menghajar Maling Sepedanya

Berita Viral
Membahas isu-isu yang lagi viral
Konten dari Pengguna
28 September 2021 13:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Muhammad Ali vs Sonny Liston (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Muhammad Ali vs Sonny Liston (Foto: Istimewa)
ADVERTISEMENT
Legenda tinju dunia Muhammad Ali punya sederet prestasi di atas ring. Berbagai gelar, termasuk juara dunia, pernah dia raih.
ADVERTISEMENT
Namun di balik kesuksesan itu, ada alasan kenapa Ali memilih tinju sebagai jalan kariernya. Semua bermula dari suatu siang yang mendung pada Oktober 1954, ketika sepeda kesayangannya hilang digondol maling.
Dalam laporan Sport Casting, Ali kala itu masih berusia 12 tahun. Cuaca pada siang itu mendung dengan rintik gerimis. Muhammad Ali yang dulu bernama Cassius Clay tetap datang ke sebuah bazar di Luisville, Kentucky, Amerika Serikat.
Ali datang ke bazar mengenderai sepeda warna merah bersama teman-temannya. Dia dan teman-temannya memarkirkan sepeda mereka di parkiran. Usai mendapat permen dan pop corn yang diincar, mereka segera kembali ke parkiran.
Ali remaja sangat kaget karena sepedanya hilang. Dia pun marah karena sepeda kesayangan itu merupakan kado Natal dari sang ayah.
ADVERTISEMENT
Dia berkeliling mencari sepeda itu bersama teman-temannya. Namun tak menemukannya. Setelah berkeliling di sekitar lokasi bazar, dia bertemu seorang polisi bernama Joe Martin di depan sebuah gym dekat lokasi.
Kepada polisi, Ali mengatakan akan menghajar si pencuri yang telah mengambil sepedanya. Martin kemudian membantunya membuat laporan kehilangan.
Tak hanya itu, Martin juga memberikan formulir anggota gym kepada Ali. Martin ketika itu juga memiliki program acara tinju Tommorow's Champions di televisi lokal.
Martin memberi formulir itu karena melihat ada sebuah talenta dan semangat dari Ali yang terlihat kurus dengan berat 40 kilogram tersebut. Ali pun antusias untuk ikut menjadi anggota gym dan menjadi petinju demi bisa menghajar si pencuri.
Setelah enam pekan berlatih, Ali kemudian menjalani pertandingan tinju pertamanya di atas ring. Pada acara Tommorow's Champions tersebut, Ali mengalahkan petinju bocah lain bernama Ronny O'Keefe dengan menang angka pada pertarungan tiga ronde.
ADVERTISEMENT
Ali pun terus mendapat kemenangan di bawah asuhan Martin. Bahkan seiring berjalannya waktu Ali makin terkenal di wilayah Kentucky.
Ali sukses menyabet gelar Kentucky Golden Glove sebanyak enam kali, dua National Golden Glove, dan dua gelar Amateur Athletic Union sebelum usianya 18. Total Ali menjalani 108 pertandingan amatir.
Jalan kariernya makin terbuka lebar ketika Ali terpilih sebagai wakil Amerika Serikat di Olimpiade Roma 1960. Di ajang tersebut Ali membuktikan diri sebagai petinju yang tak bisa dipandang sebelah mata. Ali sukses meraih medali emas dengan mengalahkan petinju Polandia.
Medali emas Olimpiade tak membuat Ali yang ketika itu disponsori konsorsium Louisville Sponsoring Group (LSG) berpuas diri. Dia kemudian mendapat kesempatan untuk dilatih pelatih veteran Angelo Dundee.
ADVERTISEMENT
Di bawah bimbingan Dundee, Ali berhasil menjadi juara dunia kelas berat tinju dengan mengalahkan Sonny Liston. Sejak itu, Ali terus berada di bawah asuhan Dundee hingga gantung sarung tinju.
Meski sudah menjadi petinju legendaris, namun hingga akhir hayatnya, Ali belum bisa menemukan sepeda merahnya tersebut.
Kisah Ali ini kemudian diposting ulang oleh akun @galeryduniaa di Instagram. Ada warganet yang merespons, kalau ternyata si pencuri adalah petinju juga.
"Wkwkw, iya dan ternyata yg ngambil sepedanya petinju. Gua ada bukunya," ujar @davidnainggolann_.
"Andai sahaja berlaku butterfly effect, tentu dia ga akan jadi peninju," tambah @tcibw. (ace)