Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Mengintip Kehidupan Orang-orang Berjuluk Manusia Tikus, Tinggal di Terowongan
1 September 2021 14:24 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Berita Viral tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Gara-gara rencana perang nuklir yang terjadi di masa silam, saat ini sedikitnya jutaan di China orang harus hidup di bawah terowongan. Mereka disebut telah nyaman hidup di sana meski pemerintah China telah melarang mereka.
ADVERTISEMENT
'Suku tikus', begitu mereka dijuluki. Mereka tinggal di terowongan yang disebut Dixia Cheng, di bawah Kota Beijing. Terowongan itu memiliki tiga lantai dengan luas total mencapai 30 mil (77,6 kilometer persegi).
Dalam laporan Xinhua, pembangunan terowongan itu dilakukan tahun 1965 dan selesai dibangun empat tahun kemudian.
Semua bermula dari memanasnya ketegangan China dengan Uni Soviet sejak 1950-an. Meski keduanya negara komunis terbesar dunia kala itu, namun ada perbedaan politik yang memungkinkan terjadinya konflik besar. China dan Uni Soviet pun tak ragu perang nuklir.
Pemimpin China, Mao Zedong, menganggap ketegangan sudah hampir mencapai puncaknya sehingga pada 1965 dia memerintahkan mulai menggali terowongan sebagai antisipasi serangan nuklir dari Soviet.
Empat tahun China berhasil membangun terowongan besar dan panjang di 75 kota, termasuk Beijing. Terowongan itu saling terhubung dan bisa menampung 60 persen populasi rakyatnya.
ADVERTISEMENT
Pembangunan disesuaikan standar tertinggi sehingga mampu menahan radiasi atom dan serangan kimia.
Total ada 8 juta warga China saat itu harus tinggal di terowongan-terowongan tersebut. Selama empat tahun mereka hidup tanpa cahaya matahari dan kualitas udara yang kurang baik.
Pada akhirnya terowongan massal itu menjadi kesia-siaan setelah Mao Zedong meninggal pada 1976, posisinya diganti Deng Xiaoping yang membatalkan semua kebijakan dan ideologi keras China.
Perpercahan Uni Soviet yang mulai terjadi pada 1960-an juga menjadi alasan serangan nuklir ke China dibatalkan.
Sayangnya, jutaan warga yang sudah terlanjur nyaman hidup di bawah tanah enggan kembali ke atas. Mereka memilih tetap tinggal di sana.
Pemerintah China kemudian menginstruksikan untuk mengalihfungsikan terowongan itu untuk tujuan komersial, termasuk membangun jalur kereta bawah tanah.
ADVERTISEMENT
Sejak 1981 jalur itu dibuka untuk umum dan menjadi jalur tersibuk di Beijing. Setidaknya saat ini China memiliki sekira 23 stasiun yang beroperasi.
Selain itu, beberapa komunitas warga di dalamnya juga merenovasi terowongan dengan membuat bisnis penginapan berbiaya murah, misalnya hotel ataupun rumah kontrakan.
Pada 2010, pemerintah kemudian mengeluarkan kebijakan mereka yang tinggal di terowongan adalah ilegal. Namun beberapa tahun kemudian manusia-manusia 'tikus' itu dibiarkan tetap tinggal di sana.
Diperkirakan masih ada 1 juta penduduk Beijing yang memilih hidup di bawah tanah dan dijuluki sebagai 'suku tikus'.
Ketika diunggah kembali oleh akun @faktawowinfo di Instagram, 'suku tikus' ini menjadi perhatian publik. Beberapa warganet justru bingung bagaimana mereka bisa tetap tinggal di sana.
ADVERTISEMENT
"Lha kalo cari makan gmn?" @brelaks_art.
"kwalitas udara nya gimana ya, trus kalo mau jemur pakaian gitu gimana kalo ga dapet sinar matahari," timpal @its_minttt.
"saking kelebihan populasi sampe di taro di bawah tanah," @brocodelle. (ace)