Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Baru Sadar Kanker Payudara Setelah Ibu Temukan Bercak Cokelat di Bra
3 Oktober 2019 9:35 WIB

ADVERTISEMENT
Breast cancer awareness atau bulan kesadaran tentang kanker payudara selalu jatuh di bulan Oktober. Dari data yang diterbitkan Kementerian Kesehatan RI pada Januari 2019, angka kejadian kanker payudara lebih tinggi dibanding kanker serviks.
ADVERTISEMENT
Tiap 42 dari 100.000 penduduk di Indonesia divonis kanker payudara. Sedangkan jumlah kematian karena kanker payudara rata-rata 17 per 100.000 penduduk. Jumlah ini masih terbilang tinggi. Di negara maju, kematian akibat kanker payudara telah menurun sampai 40 persen karena program deteksi dini sudah jadi keharusan.
Di Indonesia, program periksa payudara sendiri (SADARI) belum rutin dilakukan para perempuan. Padahal menurut dokter spesialis bedah payudara, dr Dwirani Rosmala SpB, kanker payudara yang ditemukan dalam stadium dini atau yang masih berukuran kurang dari 1,5 cm, bisa meningkatkan harapan kesembuhan.
"Tingkat keberhasilan pengobatan kanker payudara yang ditemukan pada stadium dini bisa mencapai 95 persen. Harapan sembuh lebih besar dan wanita tidak perlu kehilangan payudaranya," kata dr Wiwien, sapaan Dwirani Rosmala, yang ditemui Basra di Rumah Sakit Onkologi Surabaya (RSOS) pada Rabu (2/10).
Bila dua puluh tahun lalu pasien kanker payudara didominasi perempuan berusia 40-50 tahun, sejak lima tahun terakhir RSOS pernah menerima pasien kanker payudara di usia 16 tahun.
ADVERTISEMENT
"Pasien remaja itu berobat ke sini (RSOS). Saat itu dia sadar kalau ada benjolan di payudaranya, tapi karena tidak sakit dia abai. Mungkin karena kurang informasi, dia tidak menyadari kalau benjolan itu kanker payudara," kata dr Wiwien.
Sembilan puluh persen kasus kanker payudara dini, menurut dr Wiwien, memang tanpa gejala dan tidak terasa menyakitkan. Karena itu penting bagi remaja untuk mulai mendeteksi apakah kedua payudaranya simetris secara ukuran dan bentuknya. Lalu apakah saat kedua lengan diangkat ke atas, payudara secara bersamaan bergerak ke atas, atau apakah ada yang tampak tertinggal.
Tak lupa untuk mengecek apakah puting susu tertarik masuk ke dalam, dan apakah ada cairan yang keluar dari puting.
"Ada pasien di sini umurnya 21 tahun tapi baru tahu kena kanker setelah ibunya mencuci bra yang dia pakai. Si ibu ini curiga, karena setiap cuci bra selalu ada bercak kecokelatan di bra anaknya. Saat kami periksa, betul itu kanker," kata dr Wiwien yang pernah menyelesaikan studi khusus payudara di European Academy of Senology, Dusseldorf, Jerman ini.
ADVERTISEMENT
Hingga hari ini belum ada penelitian yang secara rinci mengungkap terjadinya kanker payudara. "Kita hanya bisa mengetahui faktor risiko terjadinya kanker payudara. Terkait faktor risiko tersebut dibedakan jadi dua yang bisa dihindari dan tidak bisa dihindari," kata dr Wiwien.
Faktor resiko yang tidak dapat dihindari adalah yang berhubungan dengan faktor genetik, seperti:
ADVERTISEMENT
Faktor resiko yang dapat dihindari adalah faktor lingkungan dan gaya hidup, seperti:
Program deteksi dini kanker payudara dengan SADARI yang dianjurkan American Cancer Society (ACS) adalah :
ADVERTISEMENT
Berikut cara melakukan SADARI :
ADVERTISEMENT
(Reporter : Windy Goestiana)