Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten Media Partner
Benarkah Olahraga Angkat Beban Membuat Tubuh Anak Pendek? Ini Penjelasan Dokter
14 Januari 2025 10:34 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Banyak orang sering beranggapan bahwa olahraga angkat beban bisa menghambat pertumbuhan atau tubuh menjadi pendek. Tak sedikit orang tua yang melarang anaknya mengikuti olahraga ini karena khawatir menghambat pertumbuhannya. Tapi apa benar olahraga angkat beban dapat menghambat pertumbuhan?
ADVERTISEMENT
Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik, dr. Jonathan Wibisono Tumali, SpKFR, M.Ked.Klin, M.H. menepis adanya mitos yang menyebut angkat beban bagi anak-anak dapat menghambat pertumbuhan alias bikin pendek tubuh anak.
Menurutnya, latihan angkat beban justru dapat membantu tumbuh kembang anak. Pasalnya, kesehatan tulang anak-anak sangat terpengaruh oleh latihan beban.
“Anak-anak boleh latihan beban? Boleh, asal kita lihat dulu adaptasinya atau kemampuan mengangkatnya seperti apa. Boleh latihan beban dengan batas (beban) tertentu,” ujar Jonathan saat talkshow yang digelar Fitnessworks Graha S.A Surabaya, akhir pekan kemarin.
Meski demikian, Jonathan memberi catatan usia anak-anak untuk memulai latihan angkat beban. Seperti pada usia di atas 10 tahun dinilai sangat baik memulai latihan beban.
Selain itu, baik pula dilakukan saat anak-anak memasuki masa tumbuh pesat atau dikenal dengan istilah growth spurt. Pada masa puber ini juga terjadi perubahan hormon.
ADVERTISEMENT
“Kalau anak-anak kita lihat growth spurt atau puberty kids respons dari pertumbuhan tulang akan sangat baik. Jika kita beri beban optimal justru disarankan, dan saat ada perubahan hormon juga dapat membantu pertumbuhan tulang,” terangnya.
Jonathan menuturkan, yang membuat anak tumbuh tinggi adalah epiphyseal plate, yakni bagian tulang yang terus tumbuh dan memungkinkan tulang bertambah panjang.
Epiphyseal plate ini berupa gambaran garis di ujung tulang dekat dengan persendian.
“Ada satu garis yang tidak tampak, tapi kami bisa perkirakan di situ banyak sel punca. Pada dewasa juga ada tapi persentasenya minimal (untuk bisa tumbuh),” ujarnya.
Sedangkan pada anak-anak, garis tersebut dapat dirangsang maupun dihambat untuk tumbuh. Salah satu yang bisa menghambat, saat over of weight maupun under of weight terutama beban dari luar.
ADVERTISEMENT
“Contoh anak-anak yang ada masalah dengan sarafnya (cerebral palsy) atau lumpuh otak. Anak-anak dengan itu, kondisi sarafnya tidak baik, kondisi ototnya tidak baik otomatis pertumbuhan tulang tidak optimal,” paparnya.
Anak-anak dengan tubuh gemuk juga disebut mengalami tinggi badannya tidak optimal.
“Artinya beban yang lebih itu tidak baik. Jadi harus distimulasi beban di level optimal. Tidak minimal, juga tidak terlalu tinggi,” imbuhnya.
Untuk pengaturan angkat beban disebutnya dapat menggunakan repetisi maksimal (RM). Satu beban maksimal yang bisa dieksekusi dengan gerakan proper form.
Proper form adalah istilah dalam fitness yang mengacu pada teknik atau postur tubuh yang benar saat melakukan olahraga.
“Kita bisa menghitung beban optimal di level 70 persen. Jadi ketika dia bisa mengangkat satu kali 10 kilogram beban, maka latihan yang dipakai adalah 7 kilogram beban. Tidak boleh memakai beban yang melebihi level 100 persennya kemampuan anak,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Jonathan tak menampik banyak timbul di masyarakat bahwa anak-anak di bawah usia 10 tahun tidak boleh latihan beban.
Padahal, menurutnya, hal itu bukan suatu larangan. Namun, latihan yang dilakukan tetap harus dimonitor minimal didampingi Personal Trainer (PT). Namun, saat ini masih minim PT yang dapat menghandle anak-anak usia di bawah 10 tahun.
“Karena kebanyakan PT bisa menghandle mereka yang usia dewasa. Jadi di level usia ekstrem terlalu muda atau terlalu tua mungkin mereka belum memiliki pengalaman atau pengetahuan di level itu,” tukasnya.
Sementara itu, Verawaty Budiyanto selaku CEO & Founder Fitnessworks Graha S.A menyebut ada beberapa tempat gym yang memang tidak mengizinkan anak-anak untuk pergi ke tempat gym tersebut.
“Jika gym konvensional tidak mengizinkan anak kecil untuk masuk gym. Itu ada benarnya, di bawah 10 tahun tidak mengizinkan kecuali postur besar dan harus didampingi PT. Kalau tidak didampingi malah resiko cedera,” ungkap perempuan yang juga founder Urban Athletes ini.
ADVERTISEMENT
Ke depannya, pihaknya berkomitmen untuk dapat memberikan sertifikasi kepada para trainer untuk dapat menghandle anak-anak.
“Kita bikin pelatihan untuk bisa melatih trainer kita untuk mengandle latihan bagi anak di antara 10 hingga 17 tahun. Karena memang justru anak-anak ternyata harus dirangsang (pertumbuhannya). Anak saya juga masuk (gym)!di usia itu dan mereka mulai latihan crossFit,” tandasnya.