Berkebun Hidroponik Jadi Hobi Saat Pandemi, Seminggu Bisa Panen 20 Kg Sayur

Konten Media Partner
10 Januari 2023 13:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fitriya Aprelianti (kerudung merah) saat melihat tanaman hidroponik miliknya. Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
zoom-in-whitePerbesar
Fitriya Aprelianti (kerudung merah) saat melihat tanaman hidroponik miliknya. Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 yang merebak di Indonesia sejak awal 2020, nyatanya membawa berkah tersendiri bagi Fitriya Aprelianti.
ADVERTISEMENT
Sejak pandemi Fitriya mulai melakukan hidroponik di lahan seluas 35 meter persegi milik pemerintah yang ada di sebelah rumahnya. Dari hasil hidroponik tersebut, ia bisa memperoleh omzet sekitar Rp 2 juta rupiah per bulan.
Kepada Basra, Fitriya bercerita, sebelum terjun ke dunia hidroponik, ia merupakan seorang pegawai di salah lembaga sosial di Tanggerang. Saat itu, ia melakukan program pemberdayaan masyarakat, dan bidangnya hidroponik.
"Nah pas 2020, saya balik ke Surabaya karena Corona. Lalu bingung mau ngapain, akhirnya coba mengembangkan hidroponik, seperti yang pernah saya kerjakan saat di Tangerang," kata Fitriya, Selasa (10/1).
Perempuan asli Surabaya ini mengaku, awal mula memulai bisnis tanaman hidroponik ia membutuhkan modal sekitar Rp 2,5 juta.
ADVERTISEMENT
"Awalnya hanya satu meja saja, dengan panjang 4 meter. Alhamdulillah seiring berjalannya waktu bisa berkembang," ucapnya.
Foto-foto: Amanah Nur Asiah/Basra
Untuk tanamannya, perempuan 30 tahun ini menjelaskan, jika ia menanam beberapa jenis sayuran tanpa pestisida. Misalnya saja sawi pakcoy, samhong, caisim, sawi dakota, selada batavia lettuce, selada grand rapid, kale curly dan siomak.
Dalam sekali panen, Fitriya mampu mendapatkan 15-20 kg sayuran yang siap untuk dijual ke reseller maupun warga sekitar rumahnya.
"Sekali panen kurang lebih 15-20 kg. Dan langsung kita jual. Panennya sendiri setiap seminggu sekali, dan setiap satu minggu juga kita tanam," jelasnya.
Fitriya menuturkan, hama menjadi salah satu kendala yang ia alami. Selain melakukan hidroponik di luar ruangan, ia juga tidak menggunakan pestisida.
ADVERTISEMENT
"Tanpa pestisida, kita sangat menghindari karena itu tidak baik buat kesehatan juga. Di tambah lagi kita tidak ada green house. Jadi untuk penanganan terhadap hama, kita menggunakan yang sifatnya alami. Misal kita pakai Serai yang ditumbuk dan dicampur dengan air untuk membasmi hamanya," tuturnya.
Ke depan, ia berharap dapat mengembangkan bisnis hidroponiknya agar lebih besar lagi dan bisa merekrut banyak orang.
"Karena saat ini saya masih menggandeng, teman-teman karang taruna Kendung Rejo RT 03 RW 08. Semoga bisa lebih berkembang lagi," tukasnya.
Diketahui, kebun hidroponik bernama Yurga Farm ini juga kerap dijadikan sebagai tempat edukasi sekolah-sekolah.