Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Cacar Monyet Merebak, Akankah Jadi Pandemi Global Selanjutnya?
2 September 2024 7:11 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Cacar monyet atau mpox merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus cacar monyet (MPXV), yang termasuk dalam genus orthopoxvirus. Genus ini juga termasuk virus variola, yang menjadi biang penyakit cacar.
ADVERTISEMENT
Vinod Balasubramaniam, Senior Lecturer, Microbiology, Jeffrey Cheah School of Medicine and Health Sciences, Monash University Malaysia mengungkapkan, infeksi kasus mpox pada manusia pertama kali dilaporkan tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo (DRC).
"Secara historis, kasus mpox jarang terjadi di luar Afrika. Namun, secara global, kasus ini mulai melonjak secara signifikan pada Mei 2022," ujar Vinod dalam keterangan tertulis, seperti dikutip Basra, Senin (2/9).
Menurutnya, virus cacar monyet menular dalam berbagai cara, termasuk dari manusia ke manusia sebagai penularan yang paling signifikan. Penularan ini biasanya melibatkan kontak langsung dengan lesi atau cairan tubuh dari individu yang terinfeksi.
"Penularan virus cacar monyet juga bisa melalui percikan droplet saat melakukan tatap muka yang berkepanjangan dengan orang yang terinfeksi. Selain itu, permukaan benda-benda yang terkontaminasi pun juga dapat menjadi perantara penyebaran virus cacar monyet," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Adapun penularan dari hewan ke manusia merupakan transmisi virus yang paling rawan. Penularan ini seringkali terjadi tanpa sadar lewat kontak langsung dengan hewan-hewan yang terinfeksi, seperti hewan pengerat atau primata, terutama di wilayah dengan masyarakat yang kerap mengkonsumsi daging hewan liar.
"Epidemiologi atau pemahaman terhadap virus mpox telah mengalami pergeseran sejak wabah merebak pada Mei 2022. Kasus mpox tercatat meningkat secara signifikan pada laki-laki yang berhubungan intim dengan sesama jenis, sehingga memicu dinamika penularan," kata Vinod.
Adapun beberapa gejala yang mengindikasikan gejala mpox adalah demam, pembesaran kelenjar getah bening, dan ruam kulit dengan wujud yang khas.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun menyatakan wabah ini sebagai Situasi Darurat Global, menyoroti penyebaran virus yang cepat dan potensi dampak kesehatan yang parah.
ADVERTISEMENT
Munculnya kasus mpox di wilayah non-endemis (Afrika) menimbulkan kekhawatiran terhadap kesiapan sektor kesehatan masyarakat setempat.
Sejumlah negara telah meningkatkan pengawasan dan memperluas edukasi kesehatan masyarakat untuk memantau dan mencegah potensi wabah virus mpox.
"Penetapan mpox sebagai Situasi Darurat Global oleh WHO menegaskan betapa pentingnya memitigasi potensi penyebaran cepat penyakit ini, terutama pada kelompok masyarakat dengan kekebalan tubuh yang rendah akibat berhentinya program vaksinasi cacar." jelasnya.
Laporan terkini mengindikasikan bahwa wabah mpox di seluruh dunia terus meluas, dengan munculnya kasus-kasus baru di berbagai negara.
Pada tahun 2024, lebih dari 15.600 kasus dan sekitar 500 kematian akibat mpox telah dilaporkan, sebagian besar dari Republik Demokratik Kongo, yang menandakan betapa seriusnya penyakit ini.
ADVERTISEMENT
"Edukasi kesehatan masyarakat tentang penularan zoonosis sangat penting untuk mencegah terjadinya wabah. Selain itu, perlu dilakukan pula upaya preventif sebelum dan sesudah kontak langsung dengan penderita mpox, yang didukung oleh upaya global untuk membangun persediaan vaksin dan memastikan distribusi yang merata," tutur Vinod.
Vinod melanjutkan, wabah mpox global saat ini telah menyoroti pembelajaran penting dari pandemi COVID-19, terutama di bidang komunikasi, kesetaraan, dan kesiapsiagaan.
"Penanggulangan yang efektif membutuhkan komunikasi yang jelas dan penuh empati untuk membangun kepercayaan dan mengurangi stigma seputar penyakit ini, terutama di kalangan masyarakat yang rentan terdampak wabah," ujarnya.
Langkah-langkah penanganan cepat, termasuk identifikasi kasus, penelusuran kontak, dan isolasi, terbukti sangat penting dalam mengelola penyebaran, yang mengacu pada keberhasilan strategi penanganan COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Pandemi telah menunjukkan betapa krusialnya peran teknologi dalam menyebarkan informasi dan menjamin akses yang merata terhadap sumber daya," tegasnya.