Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
Cerita Ika Damajanti, Divonis Kanker Payudara Stadium 2 Saat Merasa Sehat
5 Oktober 2020 14:14 WIB

ADVERTISEMENT
Bulan Oktober diperingati sebagai Bulan Peduli Kanker Payudara Sedunia (Breast Cancer Awareness Month). Ika Damajanti, seorang penyintas kanker payudara di Surabaya, sempat percaya diri jika tak akan pernah mengidap penyakit tersebut mengingat tak ada riwayat penyakit mematikan ini dalam garis keturunan keluarga. Namun takdir berkata lain, pada tahun 2000 silam, vonis kanker payudara harus dia terima.
ADVERTISEMENT
"Pertengahan tahun 2000 saya ada benjolan di payudara, tapi enggak sampai kepikiran kalau itu bakal jadi kanker payudara. Waktu itu usia saya masih di bawah 30 tahun, dan di keluarga tidak ada yang punya sakit kanker payudara. Jadi waktu itu saya cukup yakin kalau benjolan itu bukan kanker," kisah Ika kepada Basra, Senin (5/10).
Karena kepercayaan diri itu pula, Ika meremehkan benjolan yang muncul di payudara. Ika tak lantas ke dokter untuk memeriksakan diri. Yang dilakukan Ika hanya sekedar sharing ke sahabat.
Hingga di bulan Oktober 2000, Ika merasakan nyeri pada payudara dan begitu merabanya ternyata benjolan itu lebih besar dari biasanya. Karena adanya rasa nyeri itulah, Ika baru tergerak untuk memeriksakan diri ke dokter.
ADVERTISEMENT
"Untungnya Tuhan ngasih saya rasa nyeri, kalau saya enggak ngerasa nyeri saya enggak akan ke dokter. Saya kan tipe orang yang agak malas kalau harus periksa ke dokter," tukas Humas dari
Reach to Recovery Surabaya (RRS), organisasi nirlaba yang beranggotakan pasien dan penyintas kanker payudara.
Ditemani suami, Ika periksa ke klinik onkologi dengan perasaan yang biasa-biasa saja. Ika sangat yakin jika nyeri tersebut hanya pembesaran kelenjar biasa.
Setelah melalui rangkaian pemeriksaan dokter dan USG, dokter mengatakan jika benjolan tersebut padat sehingga harus dioperasi kurang lebih 30 menit. Namun sebelum dilakukan operasi, dokter akan melakukan biopsi untuk memastikan jenis benjolannya.
Tak sampai tiga hari hasil biopsi Ika keluar, dan dia cukup yakin jika hasil biopsinya baik.
ADVERTISEMENT
"Karena yakin hasilnya baik, waktu itu saya hanya ditemani oleh ibu mertua. Begitu masuk ruang dokter dan mendengar dokter menanyakan dimana suami saya, langsung saya menangkap sesuatu yang negatif," kisahnya.
Ika pun harus menerima vonis itu, kanker payudara stadium 2. Mendengar vonis itu, Ika langsung menangis dan merasa dunia hancur. Dokter pun menyarankan Ika untuk segera dioperasi karena benjolan itu cepat berkembang.
"Mendengar itu saya hanya bisa pasrah dan merasa hidup saya tidak lama lagi. Tapi keluarga selalu menguatkan saya," ujarnya.
Operasi berjalan kurang lebih 3,5 jam pada tanggal 1 November 2000. Kemudian Ika menjalani rangkaian pengobatan kemoterapi sebanyak 6 kali dan radioterapi sebanyak 36 kali.
Meski telah dinyatakan sembuh dari kanker payudara, Ika harus menjaga diri mulai dari gaya hidup hingga psikologinya.
ADVERTISEMENT
Dari apa yang dialaminya, Ika mendapat banyak pelajaran berharga. Bahwa penyakit kanker payudara tak hanya diderita oleh mereka yang memiliki gen keturunan kanker. Gaya hidup menjadi penting untuk dijaga agar tak mengidap kanker payudara.
"Terutama stres ya, jangan sampai kita stres. Benar adanya ungkapan bahwa stres menjadi pintu masuk penyakit, jadi sebisa mungkin buat diri kita happy," tegasnya.
Mengingat kanker payudara juga membayangi kaum perempuan di usia muda, Ika meminta untuk kalangan remaja yang telah menstruasi untuk melakukan gerakan periksa payudara sendiri (SADARI).
"SADARI penting untuk deteksi dini kanker payudara. Minimal satu bulan sekali, yaitu tujuh sampai 10 hari dihitung mulai dari hari pertama menstruasi," pungkasnya.