Cerita Siropen, Pabrik Sirup Pertama di Indonesia

Pabrik Siropen di Jalan Mliwis No. 5 Surabaya. Foto-foto : Amanah Nur Asiah/Basra

Surabaya ternyata jadi kota pertama di Indonesia yang memiliki pabrik sirup dengan nama merek Siropen Telasih.

Kata 'siropen' berasal dari bahasa Belanda yang berarti cairan kental manis atau sirup, hal itulah yang menjadi cikal bakal kata sirup di Indonesia.

Rumah produksi yang berdiri sejak 1923 ini berada di Jalan Mliwis No 5, Surabaya, Jawa Timur.

Di depan pabrik ada tulisan Pabrik Limoen J.C Van Drongelen & Hellfach yang diambil dari nama dua orang pendirinya yang berkebangsaan Belanda.

Ketika memasuki dalam ruangan, terdapat beberapa lemari berisikan botol yang dulu pernah diproduksi, serta terlihat juga brankas tua peninggalan Belanda yang menambah kesan vintage.

Produk Siropen.

“Pabrik ini adalah pabrik pertama yang memproduksi sirup di Indonesia. Jadi bukan pertama di Surabaya. Banyak yang mengira pertama di Surabaya, cuma orang-orang yang paham sejarah aja, kalau pabrik pembuat sirup ini pertama di Indonesia,” jelas Dewi Wulandari selaku pengelola pabrik pada Basra (21/8).

Pabrik yang telah dijadikan Cagar Budaya oleh Pemerintah Kota Surabaya hanya memproduksi sirup Siropen dengan berbagai macam jenis. Diantarannya Siropen Telasih, Siropen Gourmet dan Siropen Premium.

Tak seperti pabrik lain yang memiliki banyak karyawan, rumah produksi ini memiliki total karyawan 15 orang. Pengelolahan sirupnya juga masih terbilang sangat tradisional, salah satunya saat penutupan botol sirup masih menggunakan uap air sebagai proses perekatnya.

"Untuk produk sirupnya, kami juga menggunakan gula asli, bahkan bahan bakunya hampir tidak ada pengawet," ungkap Dewi.

Dengan adanya produk ini, Dewi berharap sirup Siropen Telasih bisa terkenal seperti produk sirup yang ada di pasaran.

Bagi kamu yang ingin membeli sirup legendaris ini, kamu bisa datang langsung ke pabrik pada hari Senin-Jumat pukul 08.00-17.00 WIB. Sedangkan untuk hari Sabtu pabrik ini buka pukul 08.00-12.00 WIB. (Reporter : Amanah Nur Asiah / Editor : Windy Goestiana)