Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Cerita Warga Kampung Jahit Surabaya, Dulu Korban PHK Kini Mampu Beli Mesin Jahit
18 Juni 2022 10:39 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Kehadiran Kampung Jahit Nusantara tak hanya menambah warna tersendiri bagi perkampungan di Kota Surabaya. Terletak di kawasan Manukan Kulon, kampung yang baru diresmikan pada 14 Juni 2022 itu mampu membuat warganya mandiri secara ekonomi. Padahal mayoritas penjahit yang tergabung di Kampung Jahit Nusantara merupakan korban PHK dari pabrik tempatnya bekerja.
ADVERTISEMENT
Kawasan Manukan Kulon memang dikelilingi sejumlah pabrik, mulai dari pabrik sepatu, tas, koper, hingga mikrophone. Tak heran jika mayoritas warga di kawasan tersebut berprofesi sebagai pekerja pabrik.
Namun pandemi yang melanda Indonesia di awal Maret 2020 turut berimbas pada kelangsungan pabrik. Satu persatu pabrik memutuskan merumahkan karyawannya karena sepinya penjualan.
Sri Maryati misalnya. Perempuan paruh baya ini merupakan korban PHK dari pabrik sepatu tempatnya bekerja. Setelah tak lagi bekerja di pabrik sepatu, Sri memutuskan membuka jasa permak baju. Berbekal mesin jahit konvensional miliknya, Sri menerima orderan permak baju.
"Setelah keluar dari pabrik, saya ambil permak-permak baju, digarap pakai mesin jahit yang hitam itu. Nah, pas pandemi lagi rame, ada orderan jahit APD dari sini (koperasi)," ujar Sri saat berbincang dengan Basra, Sabtu (18/6).
ADVERTISEMENT
Dikatakan Sri, dirinya kebagian menjahit sepatu APD. Karena mesin jahit yang dimiliki masih konvensional, Sri pun dipinjami mesin jahit oleh koperasi yang merupakan bantuan dari Pemkot Surabaya.
"Mesin jahitnya bisa dibawa pulang, jadi enak jahitnya di rumah," imbuhnya.
Sri mengaku mendapat upah Rp 900 untuk sepasang sepatu APD yang dikerjakannya. Dalam sehari Sri mampu mengerjakan 50 pasang sepatu APD.
"Jadi sehari saya dapat Rp 45 ribu waktu ngerjakan sepatu APD itu. Selama 3 bulan saya dapat orderan itu. Alhamdulillah hasilnya bisa dipakai buat beli mesin jahit baru," ujarnya sumringah.
Dengan adanya mesin jahit baru miliknya, Sri makin semangat dalam bekerja. Karena kecepatannya dalam menyelesaikan jahitan, Sri pun kembali dipercaya untuk mengerjakan tas sekolah.
ADVERTISEMENT
"Habis orderan jahit sepatu APD itu, dapat orderan lagi, tas ransel yang buat anak-anak sekolah itu," tukasnya.
Saat ini Sri sedang disibukkan dengan jahitan seragam sekolah yang merupakan orderan dari koperasi. Sri mendapat tugas menjahit bawahan seragam sekolah.
"Saya yang jahit celananya. Satu celana itu dibagi 3 orang biar cepat selesai. Sehari minimal 30 celana," tandasnya.
Adapun untuk pengerjaan satu celana tersebut, Sri mendapatkan upah Rp 9 ribu yang dibagi untuk 3 orang.
Selain orderan dari koperasi Kampung Jahit Nusantara, Sri juga diperbolehkan menerima orderan jahit dari luar.
"Boleh (terima orderan luar). Awalnya sempat takut karena kan habis dipinjami mesin jahit kok ambil jahitan dari luar (koperasi), tapi ternyata nggak papa," pungkasnya.
ADVERTISEMENT