Konten Media Partner

Hanya 28 Persen Masyarakat Indonesia yang Peduli Pengolahan Sampah

2 Maret 2022 10:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proses pemilahan sampah merupakan faktor kunci yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pengolahan sampah berikutnya. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Proses pemilahan sampah merupakan faktor kunci yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pengolahan sampah berikutnya. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Tingkat kesadaran masyarakat Indonesia dalam mengelola sampah masih rendah. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) di tahun 2018, tingkat kepedulian masyarakat terkait pengolahan sampah hanya mencapai 28 persen.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Alue Dohong mengungkapkan, di dalam filosofi dan prinsip dasar pengolahan sampah, kegiatan menghindari dan mencegah timbulnya sampah menempati hierarki atau kedudukan yang paling tinggi. Karena didasari oleh pengetahuan, pemahaman, kesadaran, dan komitmen yang tinggi.
Namun apabila pencegahan sampah masih sulit dilakukan, Alue mengajak agar masyarakat melakukan proses pemilahan sampah. Proses ini, lanjutnya, merupakan faktor kunci yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pengolahan sampah berikutnya.
“Kegiatan komposting tidak akan berjalan baik kalau tidak diawali pemilahan sampah yang layak dikomposkan. Begitu pula bank sampah, tidak akan berjalan dengan baik jika tidak ada pemilihan sampah yang layak daur ulang,” jelasnya, dalam keterangan tertulis yang diterima Basra, Rabu (2/3).
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, kata Alue, kebijakan dan gerakan pilah sampah dari rumah menjadi penting dan strategis untuk dilaksanakan di kabupaten dan kota di Indonesia. Hal tersebut, lanjutnya, juga perlu dibarengi dengan sistem pengumpulan dan pengangkutan oleh pemerintah daerah sehingga mempermudah proses pengolahan lebih lanjut.
“Ini yang selalu menjadi catatan kita bahwa pada umumnya kita sudah menerapkan sistem tempat pembuangan sampah yang macam-macam warna itu, yang artinya di situ sudah dipilah dan seterusnya. Seharusnya proses dan pemindahan pengangkutannya juga harus dilakukan dengan jadwal dan hari yang terpisah,” ujar Alue.
Sementara itu, menjawab pentingnya peran sektor swasta dan juga dunia usaha dalam memberikan kontribusi nyata terhadap pengolahan sampah, Vera Galuh Sugianto, VP General Secretary Danone Indonesia menjabarkan, “Melalui kerangka program #BijakBerplastik yang telah dilakukan Danone-Aqua sejak 2018, kami terus melakukan berbagai usaha konkrit dalam pengolahan sampah plastik, sesuai dengan tiga pilar utama #BijakBerplastik yaitu Pengumpulan, Edukasi, dan Inovasi."
ADVERTISEMENT
Danone-Aqua, lanjut Vera, telah menjadi pionir dalam program daur ulang dan pengumpulan kemasan plastik bekas melalui Program AQUA PEDULI (Pengelolaan Daur Ulang Limbah) sejak tahun 1993. Selain itu, Danone-Aqua juga memelopori inovasi kemasan ramah lingkungan dengan memperkenalkan produk kemasan galon yang bisa digunakan kembali sejak 1983 yang membuat 70% bisnisnya hingga saat ini telah sepenuhnya sirkular.
Dikatakan Vera, pihaknya selalu mengawal, memberikan pendampingan, dan edukasi dalam setiap proses daur ulang sampah sehingga memastikan konsep sirkular selalu dapat terlaksana dengan baik.
"Danone-Aqua juga memastikan bahwa sampah yang terkumpul akan dikelola dan dapat dimanfaatkan kembali seluruhnya sehingga tidak ada yang terbuang ke lingkungan atau berakhir di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA)," imbuhnya.