Konten Media Partner

Hindari Konsumsi Makanan Ini Agar Tak Mudah Terpapar COVID-19

17 Februari 2022 17:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi makanan cepat saji. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi makanan cepat saji. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada masa pandemi COVID-19 terutama dengan adanya varian Omicron yang penularannya sangat cepat, dibutuhkan daya tubuh yang cukup bagus, tak terkecuali anak-anak. Tapi sayangnya banyak anak-anak yang mengonsumsi beberapa makanan maupun minuman yang justru dapat menurunkan sistem imun tubuh. Sehingga dikhawatirkan akan mudah tertular varian Omicron, apalagi jika anak-anak belum mendapatkan vaksinasi dosis lengkap.
ADVERTISEMENT
"Adapun makanan yang lebih cepat menurunkan imun pada anak adalah makanan yang pro inflamasi. Artinya makanan yang dikonsumsi dapat menyebabkan radang," ujar Andriyanto, Ketua Umum PP AsNI (Asosiasi Nutrisionis Indonesia), kepada Basra, Kamis (17/2).
Lebih lanjut dikatakan Andriyanto, COVID-19 varian apapun akan mudah menyerang tubuh terutama anak-anak, apabila di dalam sel tubuhnya terdapat banyak radang. Oleh karena itu kasus komorbid atau lansia tertular COVID-19 karena di dalam tubuhnya banyak sel-sel yang mengalami radang.
Andriyanto, Ketua Umum PP AsNI (Asosiasi Nutrisionis Indonesia).
"Untuk itu seyogyanya kita terutama anak-anak menghindari makanan yang pro inflamasi, sebagai pro yang menyebabkan radang. Makanan pro inflamasi itu terutama adalah makanan yang banyak mengandung logam berat atau penyebab kanker atau karsinogenik. Misalnya makanan yang digoreng dengan jelantah," jelas Staf Ahli Gubernur Jatim ini.
ADVERTISEMENT
Makanan yang digoreng dengan jelantah, kata Andriyanto, banyak mengandung logam berat. Dan jika itu masuk ke dalam tubuh akan sulit dicerna oleh tubuh, sehingga bisa mengganggu proses oksidasi maupun metabolisme di dalam tubuh.
Untuk itu, lanjut Andriyanto, sebaiknya hindari makanan goreng-gorengan selama masa pandemi, terutama yang dijual di pinggir jalan. Pasalnya, penjual gorengan di pinggir jalan kebanyakan menggunakan minyak jelantah, yakni minyak goreng yang dipakai berulang kali sehingga warnanya kehitaman.
"Kalau seandainya menginginkan makanan yang digoreng bisa bikin sendiri di rumah. Tentunya pakai minyak yang baru. Minyak goreng akan menjadi minyak jelantah apabila pemakaiannya lebih dari 3 hingga 4 kali penggorengan," paparnya lagi.
Selanjutnya makanan yang cenderung dapat menyebabkan imunitas menurun adalah makanan yang mengandung bahan pengawet. Zat pengawet misalkan pemanis buatan. Kemudian pengawet yang tinggi glutamat nya.
ADVERTISEMENT
"Selama monosodium glutamat asalkan tidak kebanyakan tidak ada masalah. Hanya saja makanan yang dijual di pinggir jalan ataupun makanan cepat saji itu terlalu banyak monosodium glutamat nya. Ini bisa menyebabkan penurunan imun tubuh," tukasnya.
Zat pengawet lainnya yang perlu diperhatikan, tutur Andriyanto, adalah yang tinggi logam beratnya, seperti boraks.
"Hati-hati membelikan makanan untuk anak-anak. Misalnya cilok dan sebagainya. Ada dugaan sebagai pengenyal cilok itu dipakai boraks. Padahal boraks itu adalah bijih besi yang apabila masuk ke dalam tubuh tidak bisa dibuang keluar dan mengganggu metabolisme. Waspadai juga pengawet berupa pewarna buatan," pungkasnya.