Konten Media Partner

Jalani Puasa Ramadan di Inggris, Jadi Momen Erni Syiarkan Islam

18 April 2023 8:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Erni Rosita Dewi.
zoom-in-whitePerbesar
Erni Rosita Dewi.
ADVERTISEMENT
Menjalankan ibadah puasa di negeri orang, tentu bukanlah suatu hal yang mudah. Selain jauh dari keluarga serta kerabat, adaptasi dengan lingkungan juga diperlukan.
ADVERTISEMENT
Hal inilah yang turut dirasakan oleh Erni Rosita Dewi. Pasalnya, alumnus Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) ini tengah melanjutkan studi S2 di Anglia Ruskin University, Inggris.
Erni bercerita, jika durasi berpuasa di Inggris lebih lama dibandingkan di Indonesia. Bahkan ia harus beradaptasi terhadap perubahan jadwal dari musim dingin ke musim semi.
Jika biasanya jam 08.00 atau 09.00 pagi itu baru subuh, namun sekarang lebih maju sekitar 04.15 atau 04.30. Sementara untuk jadwal magrib jika pada musim dingin pukul 16.00 atau 16.30, saat ini jam 20.00 baru memasuki waktu maghrib.
Untuk bisa memantau jadwal salat dan berbuka setiap hari, penerima beasiswa Chevening ini harus menggunakan bantuan aplikasi pada ponselnya yang dibuat oleh masjid sentral terdekat.
ADVERTISEMENT
“Jadi siangnya lebih panjang. Puasanya jadi jauh lebih panjang juga. Salat tarawihnya lebih malam. Jam setengah 10 malam baru mulai,” ungkap Erni, Selasa (18/4).
Selain perbedaan waktu, Erni juga menuturkan jika suasana Ramadan di Inggris sangat berbeda jauh. Salah satunya, ia tidak menemukan penjual takjil di sepanjang jalan, seperti di Indonesia.
“Kalau di Indonesia kan lebih semarak, ada yang tadarusan, orang yang bangunin sahur, jual takjil. Di sini tidak ada, jadi adem ayem aja,” tuturnya.
Meski demikian, Erni mengatakan, bahwa ada beberapa kegiatan seperti kajian Islam hingga berbuka bersama masih bisa ditemukan.
“Ada buka bersama yang diadakan oleh kedutaan Indonesia, perkumpulan pelajar Indonesia di sini (Inggris). Bahkan di kampus saya selalu memfasilitasi buka bersama untuk mahasiswa muslim. Jadi semua makanan gratis tersedia,” ucapnya.
Tinggal di lingkungan dengan mayoritas penduduk nonmuslim, merupakan momen bagi Erni untuk mensyiarkan agama Islam.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, ia kerap kali mendapat pertanyaan dari teman-temannya soal agama Islam, salah satunya terkait ibadah puasa yang tengah ia jalankan.
“Hidup dengan mereka (nonmuslim) dan bagaimana kita menunjukkan sikap sebagai sosok muslim yang baik. Ini akan mempengaruhi pandangan mereka terhadap Islam,” kata Erni.
Terakhir, Erni berpesan kepada masyarakat yang akan melanjutkan studi S2 di luar negeri untuk memperdalam ilmu agama. Hal ini bertujuan agar masyarakat tidak mengikuti arus budaya di negara tujuan yang bertentangan dengan anjuran agama.
“Ilmu agama yang dibutuhkan misal bagaimana hukum salat jika harus berpergian jauh, konsep makanan halal, menutup aurat yang benar, berinteraksi dengan lawan jenis ataupun tetangga, dan tetap mengikuti kajian-kajian agama yang ada untuk menjaga keimanan diri meskipun hidup sebagai minoritas di negara nonmuslim,” pesannya.
ADVERTISEMENT