Jurusan IPA IPS Dihapus, Tidak Ada Lagi Sebutan Anak IPA Lebih Baik

Konten Media Partner
6 Januari 2022 11:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pixabay.
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay.
ADVERTISEMENT
Dalam perayaan Hari Guru Nasional, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, Nadiem Anwar Makarim akan menerapkan kurikulum pendidikan baru pada tahun 2022.
ADVERTISEMENT
Dalam kurikulum baru tersebut, tidak ada lagi penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa untuk siswa kelas 11 dan 12 SMA. Kurikulum ini bertujuan untuk memberi kesempatan kepada siswa agar bisa menekuni minatnya secara fleksibel.
Menanggapi kebijakan itu, Dr. Dewi Retno Suminar, M.Si., Psikolog., mengatakan, bahwa kebijakan tersebut merupakan upaya perubahan yang baik. Karena pada dasarnya ilmu tidak terpisah secara murni.
Menurutnya, selama ini mata pelajaran seperti matematika dipelajari oleh semua jurusan, hanya penyebutannya disebutkan matematika minat. Ketika SMA menghapuskan jurusan itu akan memberikan peluang bagi anak-anak menemukan sendiri minatnya.
“Selain itu akan menghapus penggolongan atau hierarki jurusan. Contoh selama ini disebutkan anak IPA lebih tinggi dari anak IPS,” ucapnya, Kamis (6/1).
ADVERTISEMENT
Adanya perubahan kurikulum ini selalu mengikuti kemajuan zaman dan keilmuan yang membuat terjadinya perubahan. Dewi menuturkan, bahwa perubahan kurikulum selalu terkait dengan perubahan keilmuan dan kebutuhan di masyarakat.
“Kolaborasi ilmu sudah menjadi tuntutan zaman. Ilmu sains membutuhkan sosial dan sebaliknya. Nah, nilai ini yang harus ada dalam pemahaman anak-anak di jenjang SMA, sehingga kesadaran bahwa ilmu itu saling kolaborasi untuk menjadi kuat sudah dimiliki sejak SMA,” tuturnya.
Dengan demikian, langkah awal dalam persiapan kurikulum baru bagi pihak sekolah adalah menghapus jurusan yang ada, membuat kebijakan peminatan bagi siswa dengan kebebasan menentukan, namun difasilitasi penelusuran bakat dan minatnya.
Ia juga mengungkapkan, bawah kebijakan kurikulum baru ini dapat direalisasikan di semua wilayah Indonesia. Pasalnya, kebijakan itu menyangkut bagaimana pola pikir anak tidak menjadi terkotak-kotak bidang ilmunya, namun lebih bagaimana minat seseorang.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya kurikulum baru ini, Dewi berharap tidak terjadi lagi kasta dalam jurusan pendidikan semua bidang/jurusan baik, semua bidang ilmu saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
“Saya yakin dengan berjalannya waktu pasti akan berubah semuanya, karena ini tidak menyangkut tentang dapat diterapkan di daerah atau khusus perkotaan,” pungkasnya.