Konten Media Partner

Kata Pakar Kesehatan Soal Belalang dan Ulat Sagu Jadi Menu Makan Bergizi Gratis

28 Januari 2025 7:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ulat sagu. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ulat sagu. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Usulan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, yang menyarankan serangga seperti belalang dan ulat sagu sebagai menu dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) menuai reaksi publik. Idham Choliq Pakar Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) turut angkat bicara.
ADVERTISEMENT
“MBG merupakan program bagus, tetapi memang dalam praktik pemberiannya perlu memperhatikan preferensi atau kebiasaan anak dalam mengkonsumsi jenis makanan di berbagai daerah. Memanfaatkan bahan pangan lokal boleh, asal memenuhi standar gizi,” ujar Idham, dalam keterangannya seperti dikutip Basra, Selasa (28/1).
Idham mengatakan, wacana memasukkan belalang dan ulat sebagai menu Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan produk pangan lokal dan terkait erat dengan budaya atau kebiasaan anak, apakah mereka punya kebiasaan mengkonsumsi serangga tersebut.
“Ada yang namanya 'habitus gizi' yaitu anak-anak dibentuk oleh lingkungan budaya dan ekonomi rumah tangga, yang pada gilirannya terkait dengan praktik-praktik makanan dan ideologi makan tertentu,” jelasnya.
Menurutnya, anak-anak yang belum pernah memakan serangga mungkin akan bereaksi jijik dan menolak saat memakan serangga tersebut.
ADVERTISEMENT
Idham menjelaskan, belalang dan ulat dapat berfungsi sebagai tambahan kaya nutrisi untuk makanan anak-anak. Serangga ini menyediakan sejumlah besar protein, lemak, dan mikronutrien penting yang mirip dengan makanan yang bersumber dari hewan.
“Misalnya ulat dikenal karena kandungan vitamin B1, B2, dan B6, serta vitamin D. Sedangkan belalang menyediakan vitamin A, D3, dan B12, beserta mineral penting seperti zat besi dan seng,” terangnya.
Namun kata Idham, di samping ada manfaatnya, ada kekhawatiran mengenai paparan pestisida dan akumulasi logam berat pada serangga yang ditangkap di alam liar, sehingga serangga yang dibesarkan di peternakan adalah pilihan yang lebih aman.
Untuk itu bila nantinya belalang dan ulat ini dimasukkan ke dalam menu MBG di daerah tertentu, menurut Idham sebaiknya memanfaatkan budidaya serangga tersebut sebagai bahan makanan lokal yang berkelanjutan dan bergizi.
ADVERTISEMENT
“Serangga yang dibudidayakan merupakan pilihan yang lebih aman karena mereka menerima pakan yang terkontrol dan menjalani pemeriksaan kesehatan yang ketat,” pungkasnya.