Kisah Buruh Pencari Rumput Asal Lamongan, Naik Haji Setelah 19 Tahun Menanti

Konten Media Partner
14 Mei 2024 6:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paridjan, buruh pencari rumput asal Lamongan, Jawa Timur.
zoom-in-whitePerbesar
Paridjan, buruh pencari rumput asal Lamongan, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ibadah haji adalah panggilan dari Ilahi kepada hamba-Nya yang terpilih. Ungkapan ini begitu bermakna bagi Paridjan (65), jemaah haji kloter 7 asal Lamongan, Jawa Timur, yang sehari-hari bekerja sebagai buruh pencari rumput hewan ternak. Paridjan merasa sangat bersyukur karena tahun ini ia berkesempatan pergi haji ke tanah suci bersama istri tercinta, Tasriyatun.
ADVERTISEMENT
Pria yang berasal dari Rangge, Kelurahan Sukomulyo, Lamongan, ini mengisahkan bahwa ia mulai menabung yang ia niatkan untuk pergi haji pada 2005.
“Saya usahakan tiap bulan rutin menabung. Kalau jumlahnya tidak tentu. Bisa Rp 50 ribu, Rp 100 ribu, Rp 300 ribu, sebisanya saja,” tuturnya saat tiba di Asrama Haji Sukolilo Surabaya.
Paridjan menceritakan jika keinginan kuatnya untuk menabung haji karena ingin mewujudkan harapan istrinya.
Paridjan bersama sang istri.
“Tetangga-tetangga saya banyak yang sudah berhaji. Suatu hari istri saya bilang kalau dia ingin kami bisa naik haji seperti tetangga tapi dia pesimis, wong saya ini cuma tukang ngarit, upahnya kecil. Istri pun cuma ibu rumah tangga biasa, Mana bisa berangkat haji?” kisah Paridjan.
Akan tetapi Paridjan menguatkan istrinya jika mereka benar-benar tulus berniat ingin berhaji karena Allah SWT, Insya Allah akan dikabulkan.
ADVERTISEMENT
“Haji kan panggilan nggih. Yang uangnya miliaran belum tentu bisa berangkat kalau Allah tidak menghendaki,” tutur bapak 3 anak ini.
Dengan ketekunan, kesabaran, dan tak putus berdoa kepada Sang Kholik, Paridjan bekerja sungguh-sungguh meski upah yang diberikan juragannya tidak terlalu besar sekitar Rp 1,8 juta tiap bulan. Dia juga mencari sampingan sebagai tukang jagal hewan.
”Alhamdulillah hasil dari tukang jagal bisa digunakan untuk menambah sedikit-sedikit tabungan haji,” kenangnya.
Setelah menabung kurang lebih 6 tahun lamanya, Paridjan dan istrinya akhirnya bisa mendaftar haji pada 2011.
Kini setelah 19 tahun menanti sejak awal niat menabung untuk berhaji pada 2005 silam, pasangan ini mampu mewujudkan impiannya untuk pergi ke tanah suci. Mereka tergabung dalam kloter 7 dari Lamongan dan terbang ke Arab Saudi pada Senin (13/5) siang.
ADVERTISEMENT